Natayuda III Bupati Kedu - جرد الجدول

From Rodovid AR

الشّخص:898833
Jump to: navigation, search
Generation of a large tree takes a lot of resources of our web server. Anonymous users can only see 7 generations of ancestors and 7 - of descendants on the full tree to decrease server loading by search engines. If you wish to see a full tree without registration, add text ?showfulltree=yes directly to the end of URL of this page. Please, don't use direct link to a full tree anywhere else.
11/1 <?> Natayuda III Bupati Kedu [Bupati Kedu]
اللقب المميّز: Bupati Kedu

2

21/2 <1> Bendoro Raden Ayu Srenggara [?]

3

41/3 <2+1> 5. Bendoro Raden Ayu Danukusumo [Hamengku Buwono] 52/3 <2+1> 6. Bendoro Raden Ayu Ronggo Prawirodirdjo / Bendoro Raden Ayu Mangundirjo [Hamengku Buwono] 33/3 <2+1> w Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Ario Paku Alam I [Hb.1.6] (Kanjeng Pangeran Haryo Notokusumo) [Hamengku Buwono I]
الميلاد: 21 مارس 1760, Pangeran Notokusumo / Pangeran Adipati Paku Alam I (1813-1829) Pendiri wangsa Pakualaman yang lahir pada tahun 1760 ini adalah peletak dasar kebudayaan Jawa dalam Kadipaten Pakualaman. Kepada para putra sentana, PA I memberi pelajaran sains dan tata negara. Beberapa karya sastranya adalah: Kitab Kyai Sujarah Darma Sujayeng Resmi (syair), Serat Jati Pustaka (sastra suci), Serat Rama (etika), dan Serat Piwulang (etika). Ia wafat pada tanggal 19 Desember 1829.
الميلاد: 21 مارس 1764, Yogyakarta
اللقب المميّز: 28 يناير 1812 - 31 ديسمبر 1829, Yogyakarta, Gusti Pangeran Adipati Paku Alam I [1812-1829]
الوفاة: 31 ديسمبر 1829, Yogyakarta
64/3 <2+1> 25. Bendoro Raden Ayu Yudokusumo I [Hamengku Buwono]

4

91/4 <4+2> Kanjeng Pangeran Adipati Danurejo II / Kanjeng Raden Tumenggung Mangkunegoro (Patih Seda Kedhaton) [Danurejo I]
الميلاد: 1772
الزواج: <5> Bendoro Mas Ayu Pulungayun [?]
العمل: 9 سبتمبر 1799 - 28 October 1811, Yogyakarta, Pepatih Dalem Kesultanan Yogyakarta bergelar Kanjeng Raden Adipati Danurejo II
الوفاة: 28 October 1811, Yogyakarta, Dimakamkan di Banyusumurup, kemudian dipindahkan ke Mlangi
72/4 <3> Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Paku Alam II [Pa.1.1] / Pangeran Suryaningrat (Raden Tumenggung Notodiningrat) [Paku Alam I]
الميلاد: 25 يونيو 1786, Yogyakarta
الزواج:
الزواج: <6> Muktionowati [Ga.Pa.2.1] [?]
الزواج: <7> Resminingdiah [Ga.Pa.2.3] [?]
الزواج: <8> Widowati [Ga.Pa.2.4] [?]
الزواج: <9> Sariningdiah [Ga.Pa.2.2] (Gondhowiryo) [Ga.Pa.2.2]
الزواج: <10> 37. Gusti Kanjeng Ratu Ayu Krama [Gp.Pa.2.1] [Hamengku Buwono II]
اللقب المميّز: 1814, Yogyakarta, Pangeran Suryaningrat
اللقب المميّز: 31 ديسمبر 1829, Yogyakarta, Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Suryaningrat
اللقب المميّز: 4 يناير 1830 - 23 يوليو 1858, Yogyakarta, Kanjeng Gusti Pangeran Adipati (KGPA) Paku Alam II
الوفاة: 23 يوليو 1858, Yogyakarta
RT Notodiningrat dilahirkan 25 Juni 1786 (versi lain 1785) di Yogyakarta. Ia adalah putera pertama BPH Notokusumo (Paku Alam I). Kiprah RT Notodiningrat dalam kancah politik telah dilakukan ketika masih muda. Ketika terjadi intrik di istana ia sempat diangkat menjadi sekretaris istana oleh pamannya, Sultan Sepuh. Notoningprang juga turut dibuang bersama ayahnya ke Semarang dan Batavia. Selama pemerintahan Paku Alam I ia sudah mendampingi ayahnya memerintah.

Pada 1814 ia dilantik menjadi Pangeran Suryaningrat. Setelah ayah mangkat, maka pada 31 Desember 1829 sang pangeran ditahtakan sebagai Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Suryaningrat. Melalui perjanjian politik 1831-1832-1833 dengan Pemerintah Hindia Belanda, KGP Adipati Suryaningrat dikukuhkan menjadi Kanjeng Gusti Pangeran Adipati (KGPA) Paku Alam II. Dalam masa pemerintahannya ditandai dengan apresiasi yang tinggi terhadap kesenian dan kesusastraan disamping meletakkan dasar pemerintahan Kadipaten Pakualaman. Kebudayaan menemukan wujud yang baru dalam kadipaten walaupun tidak meninggalkan pokoknya.

Perlu dicatat bahwa Paku Alam II dari garwa padmi (permaisuri) mendapat empat orang putra. Sementara keseluruhan putra-putrinya berjumlah 16 orang. Pada waktu ia naik tahta putra sulungnya yang bernama GPH Suryoputro telah wafat. Putra kedua yaitu GPH Suryaningrat terganggu ingatannya karena terlalu mendalami soal mistik. Putra yang ketiga GPH Nataningprang mendampinginya dalam memegang tampuk pemerintahan dan merupakan tulang punggungnya. Namun putra ketiga ini mendahului meninggal dunia pada 1857. Dengan demikian putra terakhirnya, GPH Sasraningrat, yang menggantikan membantu tampuk pemerintahan sekaligus pewaris tahta berikutnya. Akhirnya KGPA Paku Alam II mangkat pada 23 Juli 1858 setelah bertahta sekitar 30 tahun dan dimakamkan di Kota Gede Yogyakarta.
83/4 <5+3> Kanjeng Raden Adipati Haryo Ronggo Prawirodirdja III ? (Adipati Maospati Madiun ke III) [Mataram]
الزواج: <11> 22. Gusti Bendoro Raden Ayu Maduretno ? (Gusti Kanjeng Ratu Prawirodirdja III) [Hamengku Buwono]
اللقب المميّز: 1799 - 17 ديسمبر 1810, Bupati Madiun Ke 16 di : Maospati
الوفاة: 17 ديسمبر 1810, Banyu Sumurup-Imogiri dipindahkan ke Giripurno-Gn Bancak-Magetan pada 1957
104/4 <3> Kanjeng Pangeran Adipati Danurejo III / Pangeran Natadiningrat (Barep Hadiwanaryo / Raden Joyosentiko, Pangeran Joko Hadiyosodiningrat) [Danurejo I]
العمل: Mojokerto, Bupati Japan
الزواج: <12> 74. Gusti Kanjeng Ratu Sasi [Hamengku Buwono II]
العمل: 2 ديسمبر 1813 - 22 فبراير 1847, Yogyakarta, Pepatih Dalem Kesultanan Yogyakarta bergelar Kanjeng Raden Adipati Danurejo III
الوفاة: 1849, Mojokerto
115/4 <4> Raden Tumenggung Mertakusuma [?]
126/4 <5+3> Raden Ayu Mangundiwiryo [Ronggo Prawirodirjo II]

5

251/5 <9> Kanjeng Raden Tumenggung Yudonegoro I [Danurejo II]
الميلاد: menikah dgn Raden Ayu Bendara Kaleting Kuning (putri Kanjeng Ratu Kencana)
الزواج: <13> Bendoro Raden Ayu Padmi [?]
172/5 <8+11> 3. Raden Ayu Maduretno / Raden Ayu Diponegoro (Bendoro Raden Ayu Ontowiryo) [Hamengku Buwono]
الميلاد: ~ 1798, Yogyakarta
الزواج: <14> Pangeran Diponegoro [Hb.3.1] / Bendoro Raden Mas Mustahar [Hamengku Buwono III] م 11 نوفمبر 1785 و 8 يناير 1855, Keraton Yogyakarta
اللقب المميّز: 18 فبراير 1825, Tegalrejo
الوفاة: 28 فبراير 1827, Yogyakarta
== 4. RA. Maduretno / RA. Diponegoro / BRA. Ontowiryo ==

Setelah geger Madiun reda di tahun 1814 untuk yang ke lima kalinya Pangeran Diponegoro menikah dengan R.A. Maduretno, putri Raden Rangga Prawiradirjo III dengan Ratu Maduretno (putri HB II), jadi R.A Maduretno saudara seayah dengan Sentot Prawirodirjo, tetapi lain ibu. Tahun 1826 ketika Pangeran Diponegoro diangkat menjadi Sultan di Dekso, R.A Maduretno diangkat menjadi permaisuri. Namun karena sakit beliau meninggal pada tahun 1828. Dari pernikahan ini lahirlah Raden Mas Joned pada tahun 1815 Dan Raden Mas Roub tahun 1816 . Raden Ayu Maduretno juga dikenal dengan Raden Ayu Ontowiryo atau Raden Ayu Diponegoro. Ketika menikah dengan R. A Maduretno, isteri pertama dan keempat sudah meninggal, sedangkan isteri kedua lebih senang tinggal diistana sehingga terjadilah hubungan yang tidak harmonis antara P. Diponegoro dengan RA. Retnokusumo. Hubungan Pangeran Diponegoro dengan keluarga besar Raden Ronggo semakin ditingkatkan untuk menambah kekuatan dan kedudukan kasultanan Jogja di mata penjajah.


Masa Perang Diponegoro di Madiun

Bupati Madiun Pangeran Raden Ronggo Prawirodiningrat adalah putra ke enam Ronggo Prawirodirjo III dengan ibu suri GKR Maduretno, saudaranya kandungnya ada sebelas, yakni RA Prawironegoro, RA Suryongalogo, RA Pangeran Diponegoro, RA Suryokusumo, Raden Adipati Yododiningrat (Bupati Ngawi), Raden Ronggo Prawirodiningrat sendiri ( Bupati Madiun), RA Suronoto, RA Somoprawiro, RA Notodipuro, dan RA Prawirodilogo. Sedangkan dari ibu selir putri asli Madiun, lahirlah Pahlawan Nasional Raden Bagus Sentot Prawirodirjo. Beliau sejak kecil hidup dilingkungan istana Yogyakarta. Pada masa pemerintahan Ronggo Prawirodiningrat ini, meletus perang Jawa, atau Perang Diponegoro, rakyat Madiun dan sekitarnya dari semua golongan mendukung perlawanan Pangeran Diponegoro terhadap pemerintahan Belanda. Perang Besar ini disebabkan karena Bangsa Belanda selalu ikut campur urusan pemerintahan Kasultanan Yogyakarta dan selalu melakukan penindasan, pemerasan yang tidak berperi kemanusiaan, hingga rakyat semakin menderita. Pendukung Perang Diponegoro di Kabupaten Madiun, dan di seluruh wilayah Mataram, pada umumnya terdiri dari :

Rakyat Kebanyakan  : mereka sudah tidak tahan atas berbagai Pajak yang tinggi mencekik hidup mereka (usaha Belanda dalam menutup Kas akibat kekalahan Perang pada era Napoleon ) Golongan Bangsawan  : mereka tidak puas dengan peraturan sewa menyewa tanah yang hanya dihargai sebagai ganti rugi belaka (praktek Monopoli Belanda) Ulama dan Santri  :

mereka merasa tidak senang dengan tingkah laku kaki tangan Belanda minum-minuman, berjudi, dan madat yang akhirnya merajalela.
203/5 <8+?> Raden Ali Basa Abdul Musthofa Sentot Prawiradirdja / Sentot Ali Basah [Sentot Ali Basa]
الميلاد: ~ 1807
الزواج: <15> Raden Ayu Sentotprawirodirjo [Hb.3.2.12] [Hamengku Buwono III]
الوفاة: 17 ابريل 1855, Bengkulu
244/5 <10> Kanjeng Pangeran Adipati Danurejo IV / Mas Tumenggung Sumadipuro (Kanjeng Pangeran Joko Hadiyosodiningrat, Surodipo) [Danurejo]
اللقب المميّز: Adipati Kediri
اللقب المميّز: Bupati Japan (Mojokerto) bergelar Tumenggung Sumodipuro
اللقب المميّز: 2 ديسمبر 1813 - 1847, Yogyakarta, Patih Keraton Yogyakarta bergelar Danurejo IV
145/5 <7+10> Kanjeng Gusti Pangeran Aryo Suryo Sastraningrat / Paku Alam III [Pa.2.12] Gusti Raden Mas Haryo Suryo Sastraningrat [Paku Alam II]
الميلاد: 20 ديسمبر 1827, Yogyakarta
الزواج: <16> Bendoro Raden Ayu Suryo Sastraningrat [Hamengku Buwono II]
اللقب المميّز: 19 ديسمبر 1858 - 17 October 1864, Yogyakarta, Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Surya Sasraningrat
الوفاة: 17 October 1864, Yogyakarta
GPH Sasraningrat dilahirkan pada 20 Desember 1827 oleh permaisuri Paku Alam II GK Ratu Ayu di Yogyakarta. Sebelum menjadi penguasa kadipaten ia pernah membantu ayahnya mulai 1857. Setelah ayahnya mangkat pada 23 Juli 1859, GPH Sasraningrat ditahtakan pada 19 Desember 1858 dengan gelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Surya Sasraningrat. Seperti mendiang Paku Alam II, Kepala Kadipaten Pakualaman ini juga gandrung akan kesusastraan. Ia sempat menulis beberapa karangan antara lain, Serat Darmo Wirayat, Serat Ambiyo Yusup (saduran ceritra Amir Hamzah) dan Serat Piwulang. Selain itu ia juga mengadakan kontak surat dengan para sastrawan Surakarta. KGPA Surya Sasraningrat [Paku Alam III] memiliki 10 putra-putri. Salah seorang putranya adalah KPH Suryaningrat. Pangeran ini merupakan ayah dari Ki Hajar Dewantoro (pendiri Taman Siswa dan menteri Pendidikan RI yang pertama). Pemerintahan KGPA Surya Sasraningrat [Paku Alam III] tidak berlangsung lama karena ia mangkat pada 17 Oktober 1864 ketika berusia 37 tahun. Saat ia mangkat putra-putrinya semua masih kecil sehingga belum ada yang dapat menggantikan sebagai Paku Alam IV. KGPA Surya Sasraningrat [Paku Alam III] dimakamkan di Kota Gede Yogyakarta. Sampai saat mangkat ia secara resmi tidak menggunakan gelar KGPA Paku Alam III karena belum berusia 40 tahun. Gelar Paku Alam hanya dapat digunakan secara resmi oleh penguasa Kadipaten mulai usia 40 tahun. Namun peraturan ini banyak mengalami perubahan nantinya.
156/5 <7+7> Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Ario Paku Alam V [Pa.2.14] Kanjeng Pangeran Haryo Suryodilogo (Bendoro Raden Mas Haryo Notowilogo) [Paku Alam V]
الميلاد: 23 يونيو 1833, Yogyakarta
الزواج: <17> Bendoro Raden Ayu Suryodilogo [Pa.1.8.2] [Paku Alam I]
اللقب المميّز: 10 October 1878, Yogyakarta, Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Ario (KGPAA) Prabu Suryodilogo
اللقب المميّز: 20 مارس 1883 - 6 نوفمبر 1900, Yogyakarta, Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Ario Paku Alam V
الوفاة: 6 نوفمبر 1900, Kulon Progo
KPH Suryodilogo dilahirkan pada 23 Juni 1833 / 1835?? di Yogyakarta. Ibundanya adalah selir Paku Alam II. Setelah KGPA Surya Sasraningrat [ Paku Alam IV ] mangkat dengan mendadak timbul suatu riak-riak di keluarga Paku Alam untuk menentukan siapa penggantinya. Pilihan sulit yang dimiliki mereka adalah diambilkan keturunan langsung Surya Sasraningrat [ Paku Alam IV ], keturunan langsung Paku Alam II atau keturunan langsung Surya Sasraningrat [ Paku Alam III ]. Akhirnya KPH Suryodilogo, seorang komandan Legium Pakualaman terpilih sebagai pengganti almahrum KGPA Surya Sasraningrat [ Paku Alam IV ]. Pada 10 Oktober 1878 (versi lain mengatakan tanggal 9 Oktober dan 15 Desember pada tahun yang sama), KPH Suryodilogo ditahtakan sebagai kepala Kadipaten Paku Alaman ke 5 dengan gelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Ario (KGPAA) Prabu Suryodilogo.

KGPAA Prabu Suryodilogo memegang kewajiban yang sangat berat. Diantaranya adalah melunasi hutang almahrum kepala Kadipaten Pakualaman dan memelihara serta menegakkan ketertiban/keamanan di wilayah Pakualaman. Setelah menujukkan tanda-tanda kemajuan yang baik dalam melaksanakan tugasnya maka pada 20 Maret 1883 ia diperkenankan memakai gelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Ario Paku Alam V. Paku Alam V tidak banyak memberi apresiasi di bidang kesusastraan karena ia memilih berkecimpung di bidang Ekonomi. Selain prestasi sebuah pukulan berat harus diterima dengan dibubarkannya angkatan perang Pakualaman pada tahun 1892.

Berbeda dengan pendahulunya, Paku Alam V merintis anggota keluarga Paku Alam untuk menuntut ilmu di sekolah-sekolah Belanda antara lain di Sekolah Dokter Jawa. Bahkan mulai 1891 ia mengirim beberapa putra dan cucunya ke Negeri Belanda (Nederland) untuk mengecap pendidikan disana. Dari pemikirannya yang tidak kolot ini muncul beberapa hasil diantaranya ada anggota keluarga Paku Alam yang menjadi anggota Volksraad dan Raad van Indie (walaupun ia tidak dapat melihat langsung hasilnya karena telah mangkat).

Paku Alam V memiliki 17 putra-putri yang dilahirkan baik dari permaisuri maupun selir. Salah seorang putranya, KPAA Kusumoyudo, adalah anggota Raad van Indie. Setelah 22 tahun memerintah, pada 6 November 1900, KGPAA Paku Alam V mangkat dan dimakamkan di Girigondo, Adikarto (sekarang-maret 2007- merupakan bagian selatan Kabupaten Kulon Progo).
167/5 <9+5> Kanjeng Pangeran Adipati Danurejo IV / Kanjeng Raden Tumenggung Gondokusumo (Kanjeng Pangeran Haryo Juru / Pangeran Juru Ridder) [Danurejo]
الزواج: <18> Bendoro Raden Ayu Danurejo [Hb.4.8] [Hamengku Buwono IV]
الزواج: <19> Raden Ayu Adipati Danurejo [Hb.3.4.3] [Hamengku Buwono III]
الوفاة: 1844, Yogyakarta, Dimakamkan di Mlangi, sebelah utara Demakijo
العمل: 11 فبراير 1847 - 17 نوفمبر 1879, Yogyakarta, Pepatih Dalem Kesultanan Yogyakarta bergelar Kanjeng Pangeran Adipati Danurejo IV
138/5 <7> Gusti Raden Mas Haryo Nataningprang [Pa.2.8] [Paku Alam II]
الوفاة: 1857
189/5 <7+10> Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Suryoningrat I [Pa.2.1] Gusti Pangeran Haryo Suryoputro (Gusti Raden Mas Haryo Suryoputro) [Paku Alam II]
1910/5 <7+10> Gusti Pangeran Haryo Suryaningrat [Pa.2.5] [Paku Alam II]
2111/5 <8> Raden Abdul Kamil Alibasyah Raden Basyah (Raden Ronggo) [Prawiradirdja] 2212/5 <9> Raden Tumenggung Mertonegoro / Jayapermadi [Danurejo II]
2313/5 <9> Gusti Kanjeng Ratu Kencono [Gp.Hb.4.1] / Gusti Kanjeng Ratu Agung (Gusti Kanjeng Ratu Hageng) [Danurejo II]
2614/5 <7+6> Bendoro Raden Ayu Sosromijoyo [Pa.2.10] [Paku Alam II]
2715/5 <7+8> Bendoro Raden Ayu Sosrodigdoyo [Pa.2.16] [Paku Alam II] 2816/5 <7+8> Bendoro Raden Ayu Sosrosudirjo [Pa.2.15] [Paku Alam II] 2917/5 <7+7> Bendoro Raden Ayu Notoasmoro [Pa.2.13] [Paku Alam II] 3018/5 <7+10> Gusti Raden Ayu Harjowinoto [Pa.2.9] [Paku Alam II] 3119/5 <7+10> Gusti Raden Ayu Ronggo Prawirodiningrat [Pa.2.2] [Paku Alam II] 3220/5 <7+9> Bendoro Raden Ayu Ronoatmojo [Pa.2.3] [Paku Alam II]
3321/5 <7+6> Bendoro Raden Mas Haryo Purwaningrat [Pa.2.4] [Paku Alam II] 3422/5 <7+9> Bendoro Raden Ayu Sosroatmojo [Pa.2.6] [Paku Alam II] 3523/5 <7+6> Kanjeng Pangeran Haryo Sastraningprang [Pa.2.7] [Paku Alam II] 3624/5 <7+9> Kanjeng Pangeran Haryo Gondhowinoto [Pa.2.11] [Paku Alam II] 3725/5 <8> 1. Raden Ayu Prawironegoro [?]
3826/5 <8> 2. Raden Ayu Suryongalogo [?]
3927/5 <8+11> 4. Raden Ayu Suryokusumo [?]
4028/5 <8+11> 5. Raden Adipati Yododiningrat (Bupati Ngawi) [?]
4129/5 <8+11> 6. Raden Ronggo Prawirodiningrat ( Bupati Madiun) [Kesultanan Bima]
4230/5 <8+11> 7. Raden Ayu Suronoto [?]
4331/5 <8+11> 8. Raden Ayu Somoprawiro [?]
4432/5 <8+11> 9. Raden Ayu Notodipuro [?]
4533/5 <8+11> 10. Raden Ayu Prawirodilogo [?]
4634/5 <11> Raden Mas Sutodiwiryo [?]
4735/5 <9> Raden Ajeng Kapilah Raden Ayu Suryabrangta [Danurejo II]

6

591/6 <25+13> Kanjeng Raden Tumenggung Yudonegoro II ? (Raden Bagus Mali) [Yudonegoro]
الميلاد: (dari Ibu Raden Ayu Bendara Padmi) BUPATI BANYUMAS VII
RM. JONET DIPOMENGGOLO putra Pangeran Diponegoro, foto: Ilustrasi
RM. JONET DIPOMENGGOLO putra Pangeran Diponegoro, foto: Ilustrasi
512/6 <17+14> 4. Raden Mas Djonet Dipomenggolo [Hamengku Buwono]
الميلاد: 1815, Solo
الزواج: <36> NYI MAS AYU Fatmah \ Bun Nioh [Tan] م 1817c
الوفاة: 1837, Yogyakarta, dimakamkan di Bogor (Versi 'Peter Carey')
الوفاة: 1885, Bogor, dimakamkan di Bogor (Versi Keluarga)
Catatan Admin : Endang Suhendar alias Idang


فهرست

RIWAYAT HIDUP

PANGERAN DJONET / RM. JUNAT / RM. JEMET

Pangeran Djonet Dipomenggolo

Ketika ayahnya menyatakan diri sebagai penentang penjajah dan terusir dari Puri Tegalrejo, Raden Mas Joned baru berumur sepuluh tahun. Dia ikut rombongan pengungsi bersama keluarga besarnya ke Goa Selarong setelah Puri Tegalrejo digempur oleh pasukan Belanda. Dia sudah bisa merasakan bagaimana susahnya hidup dalam pengungsian dan hanya tinggal di dalam Goa bersama ibu dan saudara-saudaranya. Usianya masih terhitung anak-anak ketika dia lari mengikuti rombongan para penghuni Puri Tegalrejo dan para penghuni kampung sekitar puri. Terkadang sebuah tangan kokoh menyambarnya dan meletakkannya dalam gendongan sambil berlari mendorong gerobak dimana ibu dan bibinya menumpang menyatu dengan perbekalan seadanya. Orang itu tak lain adalah Sentot Prawiro Dirjo pamannya sendiri. Umur Raden Mas Joned sekitar 15 tahun ketika melihat ayahnya ditangkap oleh Belanda. Dia menyaksikan sendiri bagaimana ayahnya tetap tegar menghadapi semuanya. Raden Mas Joned tidak kuasa menitikkan air mata ketika melihat ayahnya digiring dimasukkan ke dalam kereta yang membawanya ke pengasingan. Marah dan dendam, itulah yang ada di dalam benak Raden Mas Joned. Jiwa mudanya sangat terguncang dan itulah yang membuat Raden Mas Joned selalu melakukan perlawanan dimanapun dia melihat orang Belanda. Raden Mas Joned berusaha membebaskan ayahnya dengan cara mengejar ke Ungaran, lalu ke Semarang. Dia berhasil menyusup ke dalam kapal pembawa Pangeran Diponegoro tetapi ketahuan dan Raden Mas Joned menceburkan diri ke laut. Dia tidak putus asa karenanya. Raden Mas joned lalu mengejar Pangeran Diponegoro melalui darat bersama beberapa orang pengikutnya menuju Batavia. Sesampainya di Batavia, Pangeran Joned berusaha mendekati tempat penyekapan Pangeran Diponegoro, tetapi sayang, mata-mata mengatakan bahwa Pangeran Diponegoro telah dipindahkan menggunakan kapal ke arah Timur. Dengan perbekalan seadanya disertai dengan pengikut-pengikut setianya, Raden Mas Joned berangkat ke arah Timur melewati jalan darat sambil menebarkan petaka bagi siapapun yang mencoba menghalanginya. Raden Mas Djonet, mengakhiri hidupnya dengan cara yang tidak menguntungkan dalam perselisihan dengan seorang perwira di Djokjakarta. (J. Hageman, 1856, "Geschiedenis van den oorlog op Java, van 1825 tot 1830"). Atas kehendak keluarga, jenasah beliau disembunyikan dan dimakamkan di Bogor. Ibu Raden Mas Joned yaitu Raden Ayu Maduretno adalah kakak Sentot Prawirodirjo yang ikut bergabung dalam barisan Pangeran Diponegoro. Ketika Pangeran Diponegoro diangkat menjadi sultan di Dekso, Raden Ayu Maduretno diangkat menjadi permaisuri. Pada tahun 1828 beliau wafat karena sakit dan dimakamkan di Imogiri.


PANGERAN DJONET DIPOMENGGOLO / RM. JUNAT / RM. JEMET

Oleh :R. Endang Suhendar Diponegoro
Pangeran Djonet Dipomenggolo

PANGERAN DJONET atau Raden Mas Djonet Dipomenggolo, adalah putera pertama Pangeran Diponegoro yang lahir pada tahun 1815 1) di Yogyakarta dari Ibu kandung yang bernama R.A. Maduretno alias R.A. Ontowiryo alias R.A. Diponegoro yakni isteri kelima Pangeran Diponegoro putri ketiga Raden Rangga Prawiradirjo III dengan Kanjeng Ratu Kedaton Maduretno Krama (putri HB II), jadi saudara seayah dengan Sentot Prawirodirjo, tetapi lain ibu. Pangeran Djonet memiliki adik kandung bernama Pangeran Roub/Pangeran Raab/Pangeran Raib, yang pada tahun 1840 berhasil dibuang Belanda ke Ambon dan meninggal disana. Ketika Pangeran Diponegoro dinobatkan sebagai Sultan Abdulhamid, RA. Maduretno diangkat sebagai permaisuri bergelar Kanjeng Ratu Kedaton l pada 18 Pebruari 1828 (walaupun saat itu Belanda berikut Kerajaan yang lain tidak mengakuinya). Pada saat itu Raden Mas Djonet Dipomenggolo masih berumur 13 tahun.



Image:Kraton3.jpg  SILSILAH KELUARGA (Dari Pancer Bapak)
0. KANJENG SUNAN PRABU AMANGKURAT AGUNG  
1. KANJENG SUSUHUNAN PAKUBUANA I    
2. KANJENG PRABU AMANGKURAT IV    
3. KANJENG SULTAN HAMENGKU BUWANA KAPING I ING NGAYOGYAKARTA   
4. KANJENG SULTAN HAMENGKU BUWANA KAPING II ING NGAYOGYAKARTA    
5. KANJENG SULTAN HAMENGKU BUWANA KAPING III ING NGAYOGYAKARTA    
6. BPH. DIPANEGARA    
7. RM. DJONET DIPAMENGGALA
  
 - Tercatat Di Tepas Darah Dalem -
Image:Kraton3.jpg  SILSILAH KELUARGA (Dari Pancer Ibu)
0. KANJENG SUNAN PRABU AMANGKURAT AGUNG  
1. KANJENG SUSUHUNAN PAKUBUANA I    
2. KANJENG PRABU AMANGKURAT IV    
3. KANJENG SULTAN HAMENGKU BUWANA KAPING I ING NGAYOGYAKARTA   
4. KANJENG SULTAN HAMENGKU BUWANA KAPING II ING NGAYOGYAKARTA
5. KRK. MADURETNO KRAMA (Putri ke 22 HB-II <menikah dengan> RADEN RANGGA PRAWIRADIRDJA III 
6. BRAy. MADURETNO/RA. Ontowiryo/RA. Diponegoro
7. RM. DJONET DIPAMENGGALA
 
 - Tercatat Di Tepas Darah Dalem -

PANGERAN DJONET PADA MASA PERJUANGAN PANGERAN DIPONEGORO (Tahun 1825-1830)

Sejak usia 10 tahun Pangeran Djonet bersama 2 saudaranya yaitu Pangeran Roub dan Pangeran Diponegoro Anom selalu mendampingi/selalu diajak ayahnya dalam setiap perundingan penting dengan Belanda. Mengingat usianya yang relatif muda tidak banyak yang dilakukan Pangeran Djonet muda, akan tetapi selama 5 tahun Pangeran Djonet berada, melihat dan menyaksikan langsung (veni, vedi veci) sejarah yang sedang terjadi di tanah air melalui perjuangan orang tuanya yaitu Pangeran Diponegoro beserta panglima Sentot Prawiradirja dan Pangeran-pangeran juga para Kyai. Di medan perang Pangeran Djoned menyaksikan bagaimana prajuritnya terbunuh...bagaimana mendapatkan kemenangan...bagaimana mengatur siasat perang, semua ini merupakan pengalaman dan pembelajaran yang berharga bagi pembentukan kepribadian Pangeran Djoned kemudian.

Belanda mengerahkan seluruh kekuatannya. Pemberontakan Paderi di Sumatera Barat, untuk sementara dibiarkan. Sekitar 200 benteng telah dibangun untuk mengurangi mobilitas pasukan Diponegoro. Perlahan langkah tersebut membawa hasil. Dua orang panglima penting Diponegoro tertangkap. Kyai Mojo tertangkap di Klaten pada 5 Nopember 1828. Sentot Alibasyah, dalam posisi terkepung, menyerah di Yogya Selatan pada 24 Oktober 1829.

Diponegoro lalu menyetujui tawaran damai Belanda. Tanggal 28 Maret 1830, Diponegoro disertai lima orang lainnya ( Raden Mas Jonet, Diponegoro Anom, Raden Basah Martonegoro, Raden Mas Roub dan Kyai Badaruddin) datang ke kantor Residen Kedu di Magelang untuk berunding dengan Jenderal De Kock. Mereka disambut dengan upacara militer Belanda. Dalam perundingan itu, Diponegoro menuntut agar mendapat "kebebasan untuk mendirikan negara sendiri yang merdeka bersendikan agama Islam." De Kock melaksanakan tipu muslihatnya. Sesaat setelah perundingan itu, Diponegoro dan pengikutnya dibawa ke Semarang dan terus ke Betawi. Pada 3 Mei 1830, ia diasingkan ke Manado, dan kemudian dipindahkan lagi ke Ujungpandang (tahun 1834) sampai meninggal. Di tahanannya, di Benteng Ujungpandang, Diponegoro menulis "Babad Diponegoro" sebanyak 4 jilid dengan tebal 1357 halaman.


PANGERAN DJONET PADA SAAT PENGASINGAN AYAHNYA KE SULAWESI (Tahun 1830)

Menurut cerita salah satu keturunan ke 6 Pangeran Djonet yang tinggal di sekitar makam yaitu R. Ustad ABDUL WAFA (keturunan dari Raden Mas SAHID ANKRIH, anak ke 5 Pangeran Djonet) adalah sebagai berikut : Sewaktu beliau dibuang ke Makassar, beliau ikut namun sewaktu Kapal/Perahu di lautan beliau menceburkan diri bersama pengikutnya melarikan diri ke Batavia. Setelah beberapa lama menetap di Batavia, lalu beliau pindah ke Bogor, berjuang bersama pasukannya yang akhirnya menetap di Kebon Kelapa Cibeureum sampai akhir hayatnya.” (sesuai yang tertera dalam Papan Wisata Ziarah dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bogor).

SITUS MAKAM PANGERAN DJONET DIPOMENGGOLO

Situs Makam Pangeran Djonet Dipomenggolo, Alamat : Pesantren Dipamenggala Al-Khasanan, Jl. Raden Kosasih, Kp. Kebon Kelapa-Kelurahan Cikaret-Bogor Selatan

Cerita lain, versi keturunan yang tinggal di sekitar makam : “ Pangeran Djonet tinggal dan menetap pertama kali di pinggiran kota Bogor (± 4 s.d 7 km dari Istana Belanda) di kampung Jabaru (Jawa Baru), setelah mempunyai 5 orang putra dan 2 orang putri semakin banyaklah keturunan Pangeran Djonet di kampong Jabaru tersebut, akhirnya membuka kampong baru lagi dengan nama kampong Dukuh Jawa, sampai akhirnya wafat pada usia 70 tahunan dan dimakamkan di kampong Kebon Kelapa (sekarang Jalan Raden Kosasih), Cikaret, Bogor Selatan tidak jauh dari kampong tempat beliau menetap ”.


PANGERAN DJONET DI BATAVIA (Tahun 1830-1831)

Setelah lolos dari proses pengasingan ke Pulau Sulawesi sesuai cerita sebelumnya, Pangeran Djonet muda yang baru berusia 15 tahun (1815-1830) dibantu pengikutnya yang berjumlah lebih dari 1 orang untuk mencari tempat persembunyian sementara di daerah Batavia. Sebagai kelompok asing yang berkeliaran di Batavia yang notabene sebagai pusat kegiatan colonial pada masa itu tentunya baik Pangeran Djonet maupun pengikutnya yang asli Yogyakarta mencari sanak saudara, kerabat maupun tetangga yang sedaerah. Akhirnya dengan wawasan sejarah yang dimiliki sang Pangeran Muda diputuskan untuk mencari daerah Matraman (saat itu umur daerah Matraman sudah mencapai 208 tahun sejak penyerbuan Kerajaan Mataram ke Batavia).

Di Matraman, pengikut Pangeran Djonet terlebih dahulu mencari tokoh-tokoh setempat yang dianggap mengetahui asal-usul Matraman dan akhirnya memperkenalkan diri kepada mereka tentang keberadaan Pangeran Mataram (tidak menyebutkan nama/menggunakan nama alias) dan menceriterakan secara umum kondisi kejadian saat itu. Diluar perkiraan sang Pangeran, mereka menerima dengan amat terbuka sambil disertai perasaan haru, bangga dan rindu akan kampong halaman akhirnya berkat bantuan dan perlindungan masyarakat Matraman pada saat itu Pangeran Djonet beserta pengikutnya menetap di Batavia (Matraman) lebih kurang selama 2 tahun.

Selama menetap di Matraman dalam rangka mempertahankan diri dari kejaran tentara Belanda, Pangeran Djonet membentuk pasukan (semacam pengawal Raja) dengan merekrut pemuda-pemuda yang mayoritas keturunan prajurit Kerajaan Mataram walaupun ada juga dari etnis lain yang juga bergabung dengan suka rela (di komplek pemakaman Pangeran Djonet di Bogor dimakamkan juga komandan pasukan pengawal yang berasal dari Banten). Komunikasi keberadaan Pangeran Djonet di Batavia dengan pihak Keraton Yogyakarta (lebih kurang 19 orang Pangeran/turunan Sultan yang mendukung Pangeran Diponegoro) dilakukan melalui media kurir/mata-mata/telik sandi yang masing-masing bergerak menuju titik yang ditentukan (rendesvouz), dari Keratonlah Pangeran Djonet mendapatkan bantuan logistik yang diperlukan dalam membentuk pasukan pengawal.

Tahun 1832 Pangeran Djonet genap berusia 17 tahun, usia yang cukup dewasa bagi seorang keturunan Sultan untuk segera memulai hidup berumah tangga. Maka pada tahun 1832 Pangeran Djonet mempersunting Putri Kapitein keturunan Tionghoa dari Marga Tan yang bernama BUN NIOH kemudian berganti nama menjadi NYI MAS AYU FATMAH (tidak ada literature yang menyebutkan dimana proses pertemuannya). Kalau mengacu kepada usia Nabi Muhammad SAW menikah, usia tersebut masih terlalu muda, akan tetapi karena kondisi saat itu sedang dalam proses bersembunyi ataupun penyamaran (incognito) ditambah lagi kebiasan Raja-raja Kasultanan Yogyakarta anak lelaki tertua menikah pada saat usia menginjak dewasa. Setelah berumah tangga Pangeran Djonet pindah ke pinggiran Kota Bogor, akan tetapi komunikasi dengan masyarakat Matraman tetap terjalin dengan sangat baik, dan sering mengahdiri acara-acara keagamaan yang diadakan di Masjid Jami Mataram.

Berdirinya Masjid Jami Matraman memang tak lepas dari aktivitas bekas pasukan Sultan Agung Mataram yang menetap di Batavia. Nama wilayah Matraman pun disinyalir karena dahulunya merupakan tempat perkumpulan bekas pasukan Mataram. Untuk menjalankan aktivitas keagamaan bekas pasukan Mataram mendirikan sebuah Masjid di kawasan tersebut. Masjid yang didirikan pada tahun 1837 diberi nama Masjid Jami Mataram yang artinya Masjid yang digunakan para abdi dalem Keraton Mataram. Selain itu, pemberian nama tersebut dimaksudkan untuk menandakan bahwa masjid itu didirikan oleh para bekas pasukan Mataram. Keaslian Masjid Jami Matraman masih terlihat dari bagian depan gedung masjid yang belum pernah direnovasi. Pada jaman dahulu masjid itu merupakan masjid paling bagus di kawasan tersebut, dengan perpaduan gaya arsitektur masjid dari Timur Tengah dan India. Jika dilihat dari depan akan nampak bangunan seperti benteng dan pada dinding tembok mimbarnya dipenuhi dengan tulisan kaligrafi serta terlihat pula bentuk kubah bundar. Pada tahun 1837, masjid itu diresmikan oleh Pangeran Jonet (ahli waris Pangeran Diponegoro).


PANGERAN DJONET DI BOGOR (Tahun 1832 - 1885)

Tempat Tinggal Di Bogor

Pangeran Djonet pindah dari pelariannya di Batavia ke daerah pinggiran kota Bogor sekitar tahun 1832. Bersama pengikutnya keturunan bekas tentara kerajaan Mataram di Batavia (Daerah Matraman – Jakarta Timur), Pangeran Djonet membuka perkampungan baru yang akhirnya dikenal dengan nama Kampung JABARU, kependekan dari Jawa Baru.

Sarana transportasi darat yang umum pada masa itu kebanyakan menggunakan Kuda tunggang, kereta kuda, sepeda, sedikit kereta api dan mobil. Pangeran Djonet seperti halnya bangsawan di Keraton Yogyakarta tentunya sangat terlatih menggunakan kuda tunggang, oleh karenanya di sekitar kampong Jabaru, disuatu tempat yang bernama "Pasir Kuda" (Pasir, nama lain dari Bukit) Pangeran Djonet dan para pengikutnya biasa menambatkan kuda-kudanya (kemungkinan besar, dipasir inilah dibangun Istal).


Melihat cerita di atas, dan mempelajari Silsilah yang ada serta mencermati keberadaan RM. Djonet pada masa perjuangan Pangeran Diponegoro setelah saya lakukan analisis dengan seksama dengan mengacu kepada artikel dan buku-buku diperoleh berbagai macam kemungkinan sebagai berikut :

  • RM. Djonet adalah putra sulung dari pasangan Pangeran Diponegoro dengan RA. Maduretno yang lahir pada tahun 1815 M. Ketika Diponegoro berusia 42 tahun, beliau dinobatkan sebagai Sultan Abdulhamid, RA. Maduretno diangkat sebagai permaisuri bergelar Kanjeng Ratu Kedaton l pada tanggal 18 Pebruari 1828, pada saat itu RM. Djonet berumur 13 tahun.
  • Sejarah Pangeran Djonet menurut cerita kutipan dari buku karangan Peter Carey menyebutkan bahwa Pangeran Djonet dibunuh oleh Belanda dalam sebuah peperangan pada tahun 1837. Cerita tersebut dapat beralasan :

  • Dalam artikel : “Jejak Sultan Agung Mataram di Masjid Jami Matraman” disebutkan bahwa Masjid Jami Mataram dibangun dan diresmikan pada tahun 1837 oleh Pangeran Jonet (ahli waris Pangeran Diponegoro). Pada tahun 1837 Masjid Jami tersebut tergolong bangunan mewah arsitktur bangunannya menyerupai Taj Mahal, sehingga menjadi pusat perhatian Belanda. Informasi peresmian Masjid tersebut oleh keturunan langsung Pangeran Diponegoro sampai melalui mata-mata Belanda yang pada akhirnya Belanda melakukan penyergapan (kemungkinan dikediaman Pangeran Djonet di kampung Jabaru (Jawa Baru), di daerah Selatan Bogor. Dalam penyergapan tersebut akhirnya terjadi peperangan antara tentara Belanda dengan Pangeran Djonet dan pengikutnya. Di lain pihak, pada tahun yang sama 1837 Pangeran Djonet sudah berumah tangga dan mempunyai anak 7 ( 5 laki -laki dan 2 perempuan ).
  • Mungkin saja data yang diperoleh Peter Carey sumbernya berasal dari pihak Belanda atau referensi lain yang ada di Inggris, dimana baik Belanda maupun Inggris membukukan sejarah pemberontakan Pangeran Diponegoro dan pengikutnya lebih mengutamakan keberhasilannya semata, sehingga Pangeran Diponegoro dan keluarganya berikut pengikutnya dianggap “BAD GUY” yang sudah dan harus dikalahkan (dibunuh) sedangkan pihak Belanda maupun Inggris sebagai “GOOD GUY” yang patut mendapatkan penghargaan.
  • Pangeran Djonet menetap di Batavia mulai tahun 1830, pada saat beliau berumur 15 tahun.Kalau mengacu kepada cerita versi “makam” (di Cikaret, Bogor), Pangeran Djonet termasuk dalam kelompok yang akan dibuang ke Makassar yang akhirnya dapat melarikan diri dan menetap di Batavia. Dimana pangeran Djonet tinggal di Batavia?, sampai tahun berapa tinggal di Batavia?, kapan pindah ke Bogor? Tahun berapa menikah?, Siapa isterinya? Berapa orang istrinya? Berapa orang putra-putrinya? dimana tinggalnya di Bogor? Jawabannya adalah :

  • Di Batavia pangeran Djonet tinggal di perkampungan mantan prajurit Mataram (Sultan Agung Mataram menyerang VOC ke Batavia pada April 1628 - Mei 1629). Pada tahun 1837 perkampungan tersebut sudah berubah nama menjadi kampung MATRAMAN karena sudah berusia 218 tahun. Di Matraman inilah Pangeran Djonet menetap dan mendapatkan perlindungan dari keterunan tentara Mataram, sampai usia beliau mencapai 17-22 tahun.
  • Pangeran Djonet pindah ke Bogor antara tahun 1832-1837, dimana pada usia tersebutlah menikah dengan puteri Kapitein keturunan Tionghoa dari Marga TAN yang bernama BOEN NIOH kemudin bermualaf dengan nama NYI MAS AYU FATMAH. Mengenai jumlah isterinya dapat diperkirakan sebagai berikut : apabila mengacu kepada buku Peter Carey pangeran Djonet terbunuh pada saat usia perkawinan 5 tahun (1837) dengan jumlah putra-putri 7 orang, berarti pangeran Djonet beristri minimal 2 orang, sedangkan kalau mengacu versi makam, Pangeran Djonet meninggal di usia 70 tahunan meninggalkan 2 orang isteri, 7 orang anak.
  • Di Bogor Pangeran Djonet tinggal di pinggiran Kota ± 5 km dari Istana Belanda. Disana beliau dibantu para pengikutnya keturunan Mataram yang ada di Batavia membuka perkampungan baru yang pada akhirnya dikenal dengan sebutan Kampung JABARU kepanjangan dari Kampung Jawa Baru. Di kampung Jabaru inilah pangeran Djonet membentuk pasukan dan beranak-pinak. Kuda-kuda pangeran Djonet dan pasukannya ditambatkan di Istal Kuda didaerah pasir (bukit) yang pada akhirnya daerah tersebut dikenal dengan nama Kampung Pasir Kuda (kampung diatas bukit yang banyak Kuda). Dari Kampung Jabaru keturunan Pangeran Djonet meluas dan membuka perkampungan baru di sebelah Timurnya yang juga dikenal dengan nama Kampung Dukuh Jawa.
  • Menurut kesaksian keturunan Pangeran Djonet generasi ke 5 Rd.Hj. SITI MARIAM (IIH) & Rd.Hj. SITI JUARIAH (UWE), pada saat ayahnya RM.H. RANA MENGGALA (generasi 4) meninggal sekitar tahun 1970an, ada prajurit utusan Kraton Yogyakarta membawa peti berukir yang berisi antara lain uang. Pada saat itu keturunan Pangeran Djonet sampai generasi ke 5 belum banyak yang mengetahui asal-usul yang mengarah kepada Pangeran Diponegoro. Hal ini dapat diartikan bahwa, pihak Kraton Yogyakarta mengetahui keberadaan Pangeran Djonet di Bogor dan ada kemungkinan sebetulnya pada saat Pangeran Djonet tinggal pertama di Bogor pun sudah ada komunikasi rahasia antara telik sandi kraton Yogyakarta dengan pasukan Pangeran Djonet di Bogor (mengapa masih rahasia, mengingat di kalangan kerabat Pangeran Diponegoro di Yogyakarta pada saat itu disinyalir masih banyak yang pro-kolonial). Sejauh ini diantara keturunan 7 anak Pangeran Djonet, sampai dengan generasi kelima (lahir 1930an-1950an) silsilah keluarga yang lebih rinci tentang keturunan Pangeran Djonet masih memerlukan verifikasi dan penyempurnaan,
  wallahu alam bi sawab.  

SILSILAH KELUARGA BESAR KETURUNAN RM. DJONET DIPAMENGGALA

Putra-putri

No. Nama Tempat/Lahir
1. RM. NGABEHI DIPAMENGGALA Jabaru, C-1833
2. RM. HARJO DIPOMENGGOLO Jabaru, C-1834
3. RM. HARJO DIPOTJOKRO / PANGERAN GRINGSING I Jabaru, C-1835
4. RM. HARJO ABDUL MANAP Jabaru, C-1836
5. RM. KH. SAHID ANGKRIH Jabaru, C-1835
6. NYI MAS RAy. UKIN Jabaru, C-1836
7. NYI MAS RAy. OKAH Jabaru, C-1837

Cucu

  1. 1.1. RM.KH. USMAN BAKHSAN (Lebak pasar, C-1854)
  2. 2.1. RM.H. BRODJOMENGGOLO
  3. 2.2. RAy.Hj. GONDOMIRAH
  4. 2.3. RM.H. ABAS
  5. 2.4. RM.H. ABDULRACHMAN ADIMENGGOLO
  6. 2.5. RM.H. MUHAMMAD HASAN
  7. 3.1. RM. HARJO DIPOTJOKRO HADIMENGGOLO / P.GRINGSING II
  8. 4.1. RM.H. EDOJ
  9. 4.2. RM.H. SAYYID YUDOMENGGOLO
  10. 4.3. NYI RAy.Hj. SARODJA
  11. 4.4. NYI RAy.Hj. AMANUNG
  12. 5.1. RM. ASMINI
  13. 5.2. RM. IDRIS
  14. 5.3. RM. ONDUNG

Buyut / Cicit

  1. 1.1.1. RM.H. RANA MENGGALA (Lebakpasar, C-1877)
  2. 1.1.2. RM.H. ABDULGHANI MENGGALA (Lebakpasar, C-1878)
  3. 1.1.3. RM.H. MUHAMMAD HASYIR (C-1879)
  4. 1.1.4. RAy. Hj. Harisun (C-1880
  5. 1.1.5. RAy.Hj. ITI (Gg Wahir-Empang, C-1882
  6. 1.1.6. RM. Ahmad (Natsir), C-1884
  7. 2.1.1. RM.H. WONGSOMENGGOLO (Ciomas)
  8. 2.1.2. RM.H. SOEROMENGGOLO (Ciomas)
  9. 2.1.3. RM.H. ADIMENGGOLO (Ciomas)
  10. 2.1.4. RAy.Hj.UNAN (Loji)
  11. 2.2.1. RM.H. IBRAHIM\RM. ABD.ROCHMAN WIRADIMENGGOLO\RM. WIRADINEGARA
  12. 2.2.2. NYI RAy.Hj. ASMAYA
  13. 2.2.3. NYI RAy.Hj. ENTING AISYAH
  14. 2.2.4. NYI RAy.Hj. SITI FATIMAH
  15. 2.2.5. NYI RAy.Hj. ANTAMIRAH
  16. 2.2.6. RM. TJANDRANINGRAT\RM. ARIO MAD SURODHININGRAT (Zelfstandig Patih Buitenzorg 1916-1925)
  17. 2.2.7. RM. YAHYA GONDONINGRAT
  18. 2.2.8. RM. INDRIS TIRTODIRDJO/RM. IDRUS TIRTODIRDJO
  19. 2.2.9. NYI RAy.Hj. RAJAMIRAH/RAy.Hj. MIRAH
  20. 2.3.1. RM.H. ARDJA
  21. 2.3.2. RM.H. SUMINTA (MALIK)
  22. 2.3.3. RAy.Hj. PATIMAH <menikah dgn> DJUARSA (Ayahnya Mayjen. ISHAK DJUARSA)
  23. 2.3.4. RAy.Hj. FATMAH <menikah dgn> 1.1.1. RM.H. RANA MENGGALA Cucu RM. NGABEHI DIPOMENGGOLO
  24. 2.3.5. RM.H. YACUB
  25. 2.3.6. RAy.Hj. SITI MARIJAM (Loji)
  26. 2.4.1. RAy.Hj. SUKIYAMAH
  27. 3.1.1. RM. HARJO DIPOHADIKUSUMO / P. GRINGSING III
  28. 4.1.1. RM.H. SINTOMENGGOLO
  29. 4.2.1. RM.H. SADIRI GONDOMENGGOLO
  30. 4.3.1. RM.H. SUMAWIDJAJA
  31. 4.3.2. NYI RAy.Hj. DANANG
  32. 4.3.3. NYI RAy.Hj. ANOK
  33. 4.3.4. NYI RAy.Hj. ENGKO
  34. 4.3.5. NYI RAy.Hj. TOJO (Ibu Bandung)
  35. 5.1.1. RM.H. ASMININ
  36. 5.1.2. RM.H. MALI
  37. 5.1.3. RM.H. MINAU
  38. 5.1.4. RM.H. IKING
  39. 5.1.5. RAy.Hj. UMI

Canggah
  1. 1.1.1.1. R.H. RAIS
  2. 1.1.1.2. R.Hj. ECIN
  3. 1.1.1.3. R.Hj. HALIMAH
  4. 1.1.1.4. R.Hj. SITI KHODIJAH
  5. 1.1.1.5. R.Hj. SITI MUKMINAH
  6. 1.1.1.6. R.Hj. SITI JUARIAH (Uwa UWE, Sempur)
  7. 1.1.1.7. R.H. MAHBUB
  8. 1.1.1.8. R.Hj. SITI MAEMUNAH
  9. 1.1.1.9. R.Hj. SITI MARIAM (Ibu KARIM/Uwa IIH, Gg. Menteng)
  10. 1.1.1.10. R.IYAN RIDWAN
  11. 1.1.2.1. R.H. YASIN (C-1910
  12. 1.1.2.2. R.H. ALI
  13. 1.1.2.3. R.H. ABDUL MANAN (Adung)
  14. 1.1.2.4. R.Hj. SUPIAH (Siti)
  15. 1.1.2.5. R.Hj. ENCUNG
  16. 1.1.2.6. R.MASDIR. JAYAKUSUMAH (Jaya, C-1911)
  17. 1.1.2.7. R.MASDIR KARTANINGRAT (Tata)
  18. 1.1.2.8. R.MASDIR KURNAEN (Aeng)
  19. 1.1.2.9. R.MASDIR MOCHAMAD ARIEF
  20. 1.1.2.10. R.MASDIR SUMANTRI (Ati)
  21. 1.1.2.11. R.MASDIR EMAN SULAEMAN
  22. 1.1.3.1. R. BUSTOMI
  23. 1.1.3.2. R. ISMAIL
  24. 1.1.3.3. R. MUDJITABA
  25. 1.1.3.4. NYI R. SUAEBAH
  26. 1.1.3.5. NYI R. MAEMUNAH
  27. 1.1.4.1. R. ILYAS DAJIR
  28. 1.1.5.1. R. ILYAS DAJIR
  29. 1.1.5.2. R. ILYAS DAJIR
  30. 1.1.6.1. .............
  31. 1.1.6.2. R. SOLEH
  32. 1.1.6.3. R. SOFYAN ATS SAURI / YUSUF
  33. 1.1.6.4. R. ARIFIN
  34. 2.1.1.1. R.H. SOLEH SURODIMENGGOLO (Ciomas)
  35. 2.1.1.2. R.H. UMAR SURIODIRDJO (Ciomas)
  36. 2.1.1.3. R.H. MUSA SUMODIRDJO Ciomas)
  37. 2.1.1.4. R.H. EMBIH SASTRODIRDJO
  38. 2.1.2.1. R.H. ICAN SUROMENGGOLO (Ciomas)
  39. 2.1.2.2. NYI. R. AMOE (Ciomas)
  40. 2.1.2.3. R.H. ARJOMENGGOLO (Ciomas)
  41. 2.1.3.1. R.H. MOH. SYAFEI (Ciomas)
  42. 2.1.3.2. R.H. JAMSARI ADIMENGGOLO (Ciomas)
  43. 2.1.4.1. NYI Rd.Hj. ENUNG (Loji)
  44. 2.2.1.1. R.H. KURAESIN
  45. 2.2.1.2. R.H. ADJID MANGKUWIJAYA
  46. 2.2.1.3. R.H. MUH. ISA (Ciomas)
  47. 2.2.6.1. R.H. PANJI
  48. 2.2.6.2. R.H. PANDU
  49. 2.2.6.3. R.H. HASAN
  50. 2.2.6.4. R.H. KURAESIN
  51. 2.2.7.1. NYI Rd. Hj. RATNA KANCANA (Ciomas) <menikah dengan> Ir. H. MARAH ROESLI (Pujangga Nasional
  52. 2.2.8.1. R.H. ACO UMAR
  53. 2.2.9.1. Rd.H. YASIN WINATADIREDJA (Enceng)
  54. 2.2.9.2. NYI Rd.Hj. SITI RAHMAT (Titi)
  55. 2.2.9.3. Rd.H. TATANG MUCHTAR (Ciluar)
  56. 2.2.9.4. NYI Rd. ICHA AISYAH (Di Belanda sejak 1935)
  57. 2.3.6.1. Drs.H.R. MANSYUR
  58. 2.3.6.2. H.R. SANUSI (Gunung Batu)
  59. 2.3.6.3. Drs.H.R. ENTJEP WAHAB (Jakarta)
  60. 3.1.1.1. R. DR. HARTO PURWOWASONO DIPONEGORO / P. GRINGSING IV (Magetan)
  61. 4.1.1.1. NYI Rd. HJ. S. AISYAH
  62. 4.1.1.2. NYI Rd. HJ. INA
  63. 4.1.1.3. NYI Rd. HJ. SITI
  64. 4.1.1.4. Rd. H. MARANA
  65. 4.1.1.5. NYI Rd. HJ. ARISAH
  66. 4.1.1.6. Rd. H. BARNAS SINTOMENGGOLO
  67. 4.1.1.7. NYI Rd. HJ. UTI
  68. 4.1.1.8. NYI Rd. HJ. UTA
  69. 4.1.1.9. NYI Rd. HJ. HATIMAH
  70. 4.1.1.10.Rd. H. SIDIQ SINTOMENGGOLO
  71. 4.2.1.1. Rd. H. KARTA
  72. 4.2.1.2. NYI Rd. HJ. JUHA
  73. 4.2.1.3. Rd. H. DARMA
  74. 4.2.1.4. Rd. H. DARNA
  75. 4.3.1.1. R.H. ENTUNA PARTAWIJAYA
  76. 4.3.2.1. R.H. PRAWIRA SOMANTRI
  77. 5.1.1.1. R. ABDUL LATIF
  78. 5.1.1.2. R. ARMANI
  79. 5.1.1.3. NYI Rd. JENAB
  80. 5.1.1.4. R. MURNAS
  81. 5.1.1.5. R. ABDURROHIM
  82. 5.1.1.6. R. ABDURROHMAN

523/6 <17+14> 5. Raden Mas Roub / Raden Mas Raab (Pangeran Hasan) [Hamengku Buwono III]
الميلاد: 1816, Solo
الوفاة: 1894, Wanagopa, Tegal
Catatan Admin : Endang Suhendar alias Idang


Raden Mas Roub/Raib/Raab/Pangeran Hasan 1816

Adalah adik kandung Raden Mas Joned. Usianya sekitar sembilan tahun ketika mengikuti ayahnya dalam medan perang. Bersama kakaknya dia ikut merasakan bagaimana kehidupan dalam pengungsian. Raden Mas Roub selalu mengikuti perjalanan ayahnya dalam medan perang. Selain karena putera dari isteri permaisuri kedua, Pangeran Diponegoro menyiapkan Raden Mas Roub agar kelak sebagai seorang pemimpin agama. Sampai di sini dapat dijelaskan bahwa ada 4 (empat) putera Pangeran Diponegoro yang dibuang ke Ambon. Pada buku The Power of Prophecy tulisan Peter F Carey halaman 746 dijelaskan bahwa pada akhir tahun 1848 Pangeran Diponegoro menanyakan kepada gubernur jenderal di Makassar perihal tiga anaknya yaitu Pangeran Dipokusumo, Raden Mas Raib serta Pangeran Diponingrat yang diberitakan mengalami sakit tekanan jiwa. Pangeran Diponegoro juga menanyakan anaknya yang tertua yang mengalami pembuangan di Sumenep pada tahun 1834 setelah memberontak di Kedu, dan belum pernah berkirim kabar.

Segudang Misteri dari Dukuh Wanagopa (27 Maret 2015)

Dukuh Wanagopa terletak di Desa Kreman, Kecamatan Warureja, Kabupaten Tegal. Berjarak ± 4,5 KM di barat daya pusat Kecamatan Warureja. Dukuh Wanagopa juga berada di perbatasan antara Kecamatan Warureja dan Suradadi. Letak yang strategis dengan tiga sungai yang mengalir di dalamnya, antara lain : Sungai Kunci, Sungai Pedati, dan Sungai Jimat, membuat mayoritas penduduk Dukuh Wanagopa memilih bekerja sebagai petani.

Dukuh Wanagopa memiliki salah satu peninggalan sejarah yaitu Makam Kyai Hasan atau yang dikenal warga setempat dengan nama Mbah Wana. Menurut sejarah, Kyai Hasan merupakan anak kedua dari Pangeran Diponegoro dari istri keempatnya, yaitu Raden Ayu Manduretno. Kyai Hasan memiliki nama lain Raden Mas Raib atau Pangeran Hasan. Pada saat perang Diponegoro berlangsung Kyai Hasan berumur 9 tahun, beliau sering membantu ayah dan kakak kandungnya yang bernama Mas Joned. Akhirnya mereka ditangkap oleh pihak Belanda pada tanggal 18 Maret 1830 dan diasingkan ke Ambon. Namun pada tahun 1848, Kyai Hasan pun kembali ke tanah Jawa atas seizin Van den Bosch, kemudian beliau mengembara sembari menyebarkan agama Islam di sekitar lereng Gunung Slamet, dan sampailah di sebuah Desa yang ketika itu sudah dibangun oleh Mbah Ibrohim seorang pendatang dari Desa Bumiharja pada tahun 1870. Kemudian desa itu diberi nama Wanagopa. Menurut Bapak Abdul Salam, S.Ag sejarawan wanagopa mengatakan bahwa Wanagopa berasal dari dua kata yaitu Wana dan Gopak. Wana berarti hutan dan Gopak berarti petak, jadi disimpulkan bahwa Wanagopa dibuat dengan menebang hutan secara berpetak-petak. Selain itu nama Wanagopa merupakan bentuk penghargaan Mbah Ibrohim kepada Kyai Hasan/Mbah Wana. Disisa hidupnya Kyai Hasan menghabiskan waktunya dengan mendekatkan diri pada Allah. Pada tahun 1896-an beliau wafat dan dimakamkan di Dukuh Wanagopa, Desa Kreman, Kecamatan Warureja, Kabupaten Tegal. Tetapi beberapa pihak mengatakan bahwa Kyai Hasan meninggal di Panggung Tegal. Namun kenyataannya, makam Kyai Hasan sendiri berada di Dukuh Wanagopa, Desa Kreman.
484/6 <23+21> Kanjeng Sultan Hamengku Buwono V / Gusti Raden Mas Gathot Menol [Hb.4.6] (Sinuhun Menol) [Hamengku Buwono V]
الميلاد: 24 يناير 1820
الزواج: <37> Gusti Kanjeng Ratu Sultan [Gp.Hb.6.2] / Gusti Kanjeng Ratu Hageng (Roromunting) [Prawirorejoso]
الزواج: <56!> Kanjeng Mas Hemawati [Hamengku Buwono]
الزواج: <38> Bendoro Raden Ayu Panukmowati [Ga.Hb.5.2] [?]
الزواج: <39> Bendoro Raden Ayu Dewaningsih [Ga.Hb.5.1] [?]
الزواج: <40> Bendoro Raden Ayu Retno Sriwulan [Ga.Hb.5.3] [?]
اللقب المميّز: 19 ديسمبر 1823 - 17 أغسطس 1826, Yogyakarta, Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Kanjeng Sri Sultan Hamengku Buwana V Senopati ing Alaga Ngah 'Abdu'l-Rahman Saiyid'din Panatagama Khalifatu'llah Ingkang Jumeneng Kaping V
اللقب المميّز: 17 يناير 1828 - 5 يونيو 1855, Yogyakarta, Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Kanjeng Sri Sultan Hamengku Buwana V Senopati ing Alaga Ngah 'Abdu'l-Rahman Saiyid'din Panatagama Khalifatu'llah Ingkang Jumeneng Kaping V
الزواج: <41> Gusti Kanjeng Ratu Kencono [Hb.2.52.2] / Bendoro Raden Ajeng Suradinah [Gp.Hb.5.1] [Hamengku Buwono II / Hamengku Buwono III]
اللقب المميّز: 1839, Yogyakarta, Letnan Kolonel
اللقب المميّز: 1847, Yogyakarta, Kolonel
الطلاق: <41!> Gusti Kanjeng Ratu Kencono [Hb.2.52.2] / Bendoro Raden Ajeng Suradinah [Gp.Hb.5.1] [Hamengku Buwono II / Hamengku Buwono III]
الزواج: <42> Gusti Kanjeng Ratu Sekar Kedhaton [Hb.3.2.22] / Bendoro Raden Ayu Andaliya [Gp.Hb.5.2] [Hamengku Buwono III] م 1834 و 25 مايو 1919, Yogyakarta
الوفاة: 5 يونيو 1855, Yogyakarta
Sri Sultan Hamengkubuwana V (Bahasa Jawa:Sri Sultan Hamengkubuwono V, lahir: 20 Agustus 1821 – wafat: 1855) adalah sultan kelima Kesultanan Yogyakarta, yang berkuasa tanggal 19 Desember 1823 - 17 Agustus 1826, dan kemudian dari 17 Januari 1828 - 5 Juni 1855 yang diselingi oleh pemerintahan Hamengkubuwana II karena ketidakstabilan politik dalam Kesultanan Yogyakarta saat itu.

Riwayat pemerintahan Nama asli Sri Sultan Hamengkubuwana V adalah Raden Mas Mustoyo, putra Hamengkubuwana IV yang lahir pada tanggal 20 Agustus 1821. Sewaktu dewasa ia bergelar Pangeran Mangkubumi. Ia juga pernah mendapat pangkat Letnan Kolonel tahun 1839 dan Kolonel tahun 1847 dari pemerintah Hindia Belanda.Melihat tahun pemerintahannya dimulai tahun 1823 sedang lahirnya adalah tahun 1821 maka Sultan Hamengku Buwono V waktu permulaan bertahta berumur 2 (dua) tahun.

Hamengkubuwana V sendiri mendekatkan hubungan Keraton Yogyakarta dengan pemerintahan Hindia-Belanda yang berada di bawah Kerajaan Belanda, untuk melakukan taktik perang pasif, dimana ia menginginkan perlawanan tanpa pertumpahan darah. Sri Sultan Hamengkubuwana V mengharapkan dengan dekatnya pihak keraton Yogyakarta dengan pemerintahan Belanda akan ada kerjasama yang saling menguntungkan antara pihak keraton dan Belanda, sehingga kesejahteraan dan keamanan rakyat Yogyakarta dapat terpelihara.

Kebijakan Hamengkubuwana V tersebut ditanggapi dengan tentangan oleh beberapa kanjeng abdi dalem dan adik Sultan HB V sendiri, yaitu Raden Mas Ariojoyo (nantinya Hamengkubuwana VI). Mereka menganggap tindakan Sultan HB V adalah tindakan yang mempermalukan Keraton Yogyakarta sebagai pengecut, sehingga dukungan terhadap Sultan Hamengkubuwana V pun berkurang dan banyak yang memihak adik sultan untuk menggantikan Sultan dengan Raden mas Ariojoyo.

Keadaan semakin menguntungkan Raden Mas Ariojoyo setelah ia berhasil mempersunting putri Kesultanan Brunai dan menjalin ikatan persaudaraan dengan Kesultanan Brunai. Kekuasaan Sultan Hamengkubuwana V semakin terpojok setelah timbul konflik di dalam tubuh keraton yang melibatkan istri ke-5 Sultan sendiri, Kanjeng Mas Hemawati. Sri Sultan Hamengkubuwana V hanya mendapatkan dukungan dari rakyat yang merasakan pemerintahan yang aman dan tenteram selama masa pemerintahannya.

Sri Sultan Hamengkubuwana V wafat pada tahun 1855 dalam sebuah peristiwa yang hanya sedikit diketahui orang, peristiwa itu dikenal dengan wereng saketi tresno ("wafat oleh yang dicinta"), Sri Sultan meninggal setelah ditikam oleh istri ke-5-nya, yaitu Kanjeng Mas Hemawati, yang sampai sekarang tidak diketahui apa penyebab istrinya berani membunuh Sri Sultan suaminya.[2]

Ketika insiden pembunuhan itu terjadi, permaisuri Sultan HB V yakni Kanjeng Ratu Sekar Kedaton, sedang hamil tua. 13 hari pasca sultan tewas, lahirlah anak yang dikandungnya itu dan seharusnya menjadi penerus tahta Yogyakarta. Putra mahkota Sultan HB V tersebut diberi nama Raden Mas Kanjeng Gusti Timur Muhammad.

https://id.wikipedia.org/wiki/Hamengkubuwana_V

Peninggalan Sri Sultan Hamengku Buwono V Salah satu mahakarya yang lahir di era beliau adalah Serat Makutha Raja. Di dalamnya memuat tentang prinsip-prinsip dasar menjadi raja yang baik. Dari karya ini dapat dilihat visi ke depan Sultan Hamengku Buwono V yang sangat memihak kepada rakyat.

Serat Makutho Raja ini pula yang nantinya menjadi pedoman bagi raja-raja selanjutnya, dan juga menjadi rujukan bagi pemimpin-pemimpin di luar keraton. Serat Makutho Raja ini kurang lebih mengandung nasehat-nasehat dari Kitab Tajussalatin.

Kitab Tajussalatin diterjemahkan di era Sri Sultan Hamengku Buwono V. Kemudian lahir pula karya lain seperti Suluk Sujinah, Serat Syeh Tekawardi dan Serat Syeh Hidayatullah.

Sri Sultan Hamengku Buwono V juga menunjukkan perhatiannya yang besar terhadap kegiatan-kegiatan seni, terutama seni tari. Beliau memimpin sendiri komunitas tari di istana. Bahkan, beberapa sumber juga mengatakan ia turut menjadi penari.

Disamping tarian, Sri Sultan Hamengku Buwono V memprakarsai Gendhing Gati yang memadukan alat musik diatonis seperti terompet, trombon, suling dan jenis drum atau tambur dengan karawitan Jawa. Gendhing Gati ini lazimnya digunakan dalam gerak Kapang-Kapang pada tari Bedaya atau Serimpi, yaitu komposisi ketika masuk atau keluar dari ruang tari.

Pada era pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono V juga terdapat keunikan-keunikan lain dalam pelembagaan tari. Beliau membentuk kelompok penari Bedaya yang biasanya ditarikan oleh para penari wanita, digantikan oleh sekelompok penari laki-laki yang disebut kelompok Bedaya Kakung.

Karya seni tari lain yang diciptakan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono V adalah Tari Serimpi Renggawati yang ditarikan oleh lima orang penari, yang salah satunya berperan sebagai Dewi Renggawati. Jalan cerita tari ini menggambarkan kisah Prabu Anglingdarma.

Selain itu, Sri Sultan Hamengku Buwono V juga mengembangkan seni wayang orang. Pada masanya tak kurang dari lima judul lakon yang sering dipertunjukkan yakni Pragulamurti, Petruk Dadi Ratu, Angkawijaya Krama, Jaya Semedi dan Pregiwa-Pregiwati.

Media:https://www.kratonjogja.id/raja-raja/6/sri-sultan-hamengku-buwono-v
495/6 <23+21> Kanjeng Sultan Hamengku Buwono VI / Gusti Raden Mas Mustojo [Hb.4.12] (Sinuhun Mangkubumi) [Hamengku Buwono VI]
Sri Sultan Hamengkubuwana VI (Bahasa Jawa: Sri Sultan Hamengkubuwono VI, lahir: 1821 – wafat: 20 Juli 1877) adalah sultan ke-enam Kesultanan Yogyakarta yang memerintah pada tahun 1855 – 1877. Dia menggantikan kakaknya, Hamengkubuwana V yang meninggal di tengah ketidakstabilan politik dalam tubuh Keraton Yogyakarta.

Riwayat Pemerintahan Nama asli Sultan Hamengkubuwana VI adalah Raden Mas Mustojo, putra Hamengkubuwana IV yang lahir pada tahun 1821.

Hamengkubuwana VI naik takhta menggantikan kakaknya, yaitu Hamengkubuwana V pada tahun 1855, setelah Hamengkubuwana V meninggal secara misterius. Pada masa pemerintahannya terjadi gempa bumi yang besar yang meruntuhkan sebagian besar Keraton Yogyakarta, Taman Sari, Tugu Golong Gilig, Masjid Gede (masjid keraton), Loji Kecil (sekarang Istana Kepresidenan Gedung Agung Yogyakarta) serta beberapa bangunan lainnya di Kesultanan Yogyakarta.

Pada masa Hamengkubuwana V, Raden Mas Mustojo adalah seorang penentang keras kebijakan politik perang pasif kakaknya yang menjalankan hubungan dekat dengan pemerintahan Hindia-Belanda yang ada di bawah Kerajaan Belanda. Namun setelah kakaknya meninggal dan dia dinobatkan menjadi Hamengkubuwana VI, semasa pemerintahannya dia justru melanjutkan kebijakan dari kakaknya yang sebelumnya dia tentang keras.

Semasa pemerintahan Hamengkubuwana VI kemudian mulai timbul pemberontakan-pemberontakan yang tidak mengakui masa pemerintahan Sultan Hamengkubuwana VI, namun pemberontakan-pemberontakan tersebut dapat diredam dan dibersihkan. Hal ini berkat kepemimpinan dan ketangguhan Danuredjo V, patih Keraton Yogyakarta saat itu. Hubungan dengan berbagai kerajaan pun terjalin kuat pada masa pemerintahan HB VI, apalagi setelah dia menikah dengan putri Kesultanan Brunai.

Walaupun sempat menimbulkan beberapa sengketa dengan kerajaan-kerajaan lain, tercatat bahwa Sultan HB VI dapat mengatasinya dengan arif bijaksana. Tapi lambat laun hubungan dengan pemerintahan Hindia-Belanda agak mulai menuai konflik tertama karena keraton Yogyakarta kala itu banyak menjalin hubungan dengan kerajaan-kerajaan yang menjadi musuh pemerintah Hindia-Belanda dan Kerajaan Belanda.

Pemerintahan Hamengkubuwana VI berakhir ketika ia meninggal dunia pada tanggal 20 Juli 1877. Ia digantikan putranya sebagai sultan selanjutnya bergelar Hamengkubuwana VII.
586/6 <13> Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Ario Paku Alam IV / Raden Mas Nataningrat (Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Surya Sasraningrat) [Paku Alam IV]
الميلاد: 25 October 1840, Yogyakarta
الزواج: <98!> Gusti Kanjeng Ratu Ayu [Hb.6.10] [Gp.Pa.4.1] [Hamengku Buwono VI]
الزواج: <53> Raden Ayu Pujaningrum [Ga.Pa.4.1] [?]
الزواج: <54> Raden Ayu Pujoretno [Ga.Pa.4.2] [?]
الزواج: <55> Raden Ayu Rengganingsih [Ga.Pa.4.3] [?]
اللقب المميّز: 1 ديسمبر 1864 - 24 ديسمبر 1878, Yogyakarta, Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Surya Sasraningrat bergelar Prabu Paku Alam IV
الوفاة: 24 ديسمبر 1878, Yogyakarta
RM Nataningrat dilahirkan 25 Oktober 1841 (versi lain 1840) di Yogyakarta. Ia diperjuangkan GK Ratu Ayu permaisuri PA II untuk menjadi pewaris tahta. Di sini sekali lagi dapat dilihat peranan perempuan dalam mengatur pemerintahan pada zaman kerajaan (bandingkan dengan pengaruh besar ibu Hamengkubuwono III dalam mendudukkan putranya dengan mendongkel kedudukan suaminya).

Pada 1 Desember 1864 RM Nataningrat ditahtakan sebagai Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Surya Sasraningrat menggantikan almahrum pamannya. Masa pemerintahannya ditandai dengan kemunduran Kadipaten Pakualaman. Banyak dari kebijakan Surya Sasraningrat [Paku Alam IV] menimbulkan ketidakpuasan. Selain itu ia tidak begitu mahir dalam hal kesusastraan dan kebudayaan. Di keluarga besar Paku Alam pun terjadi beberapa perubahan yang cenderung kurang baik akibat sering bergaul dengan orang-orang Belanda. Kemewahan dan foya-foya menjadi penyebab kehancuran beberapa anggota keluarga Paku Alam.

Namun disamping itu, dengan perjanjian politik 1870, Kadipaten Pakualaman diperkenankan memiliki setengah batalyon infantri dan satu kompi kavaleri. Legiun ini lebih besar dari angkatan perang yang diperbolehkan pada masa para pendahulunya. Perlu ditambahkan pula, KGPA Surya Sasraningrat [Paku Alam IV] mengirim seorang pegawai laki-lakinya untuk menuntut ilmu di Kweekschool Surakarta dan seorang pegawai perempuannya untuk menuntut ilmu kebidanan di Jakarta. Agaknya inilah yang akan mendorong para Paku Alam selanjutnya untuk menyekolahkan anggota keluarga besar Paku Alam ke sekolah Belanda.

KGPA Surya Sasraningrat [Paku Alam IV] menikah pertama kali dengan Putri Bupati Banyumas yang kemudian diceraikan karena sakit. Perkawinan yang kedua dengan GK Ratu Ayu putri Hamengkubuwono VI. Namun lagi-lagi seperti perkawinan yang pertama ia tidak memperoleh anak. GK Ratu Ayu selanjutnya juga diceraikan. Perlu dicatat GK Ratu Ayu kemudian menikah dengan Bupati Demak dan melahirkan Bupati Jepara, ayah RA Kartini. KGPA Surya Sasraningrat [Paku Alam IV] hanya memiliki 2 putra-putri yang berasal dari selir. Pada 24 September 1878 ia mangkat dan dimakamkan di Kota Gede Yogyakarta.
507/6 <15+17> Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Ario Paku Alam VI / Kanjeng Gusti Pangeran Notokusumo [Pakualam V]
الميلاد: 9 ابريل 1856
الزواج: <75!> Gusti Kanjeng Ratu Timur [Paku Alam III]
اللقب المميّز: 11 ابريل 1901 - 9 يونيو 1902, Yogyakarta, Gelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Ario Paku Alam VI
الوفاة: 9 يونيو 1902, Kulon Progo
KPH Notokusumo dilahirkan pada 9 April 1856 (versi lain 1860). Ia adalah putra Paku Alam V dari permaisuri. Walaupun tidak sampai selesai dalam menuntut ilmu, Notokusumo pernah sekolah di HBS. Ia merupakan tokoh yang representatif dan dapat baca-tulis dalam bahasa Belanda. Notokusumo ditahtakan menggantikan almahrum ayahnya pada 11 April 1901 dan langsung menggunakan gelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Ario Paku Alam VI. Dari Pemerintah Hindia Belanda ia juga mendapat pangkat Kolonel tituler. Sungguh sayang kondisinya yang kurang sehat menyebabkan banyak tugas yang diserahkan kepada adiknya, KPH Notodirojo. KGPAA Paku Alam VI memiliki 9 putra-putri. Secara mendadak penguasa Kadipaten Paku Alaman ini meninggal pada 9 Juni 1902 dan dimakamkan di Girigondo, Adikarto (sekarang Kabupaten Kulon Progo bagian selatan). Banyak tugas yang belum dapat ia kerjakan selama memegang tampuk pemerintahan yang sangat singkat.
538/6 <14> Kanjeng Pangeran Haryo Suryaningrat [Paku Alam III]
549/6 <15> Kanjeng Gusti Pangeran Notodirojo [Paku Alam V] 5510/6 <15> Kanjeng Pangeran Adipati Anom Kusumoyudo [Paku Alam V]
5611/6 <24> Kanjeng Mas Hemawati [Hamengku Buwono]
5712/6 <20> Gusti Kanjeng Ratu Kencana [Gp.Hb.7.1] (Bendara Raden Ayu Retno Sriwulan) [Sentot Alibasa]
6013/6 <23+21> Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Hanom Hamengkunegoro [Hb.4.1] [Hamengku Buwono IV]
6114/6 <16+19> Raden Ayu Suryoprawiro [Hb.3.4.3.1] [Hamengku Buwono III / Danurejo IV]
6215/6 <16+19> Raden Mas Karmeni [Hb.3.4.3.2] [Hamengku Buwono III / Danurejo IV]
6316/6 <16+19> Raden Mas Suleman [Hb.3.4.3.3] [Hamengku Buwono III / Danurejo IV]
6417/6 <16+19> Raden Ajeng Parkis [Hb.3.4.3.4] [Hamengku Buwono III / Danurejo IV]
6518/6 <16+19> Raden Ayu Mertonegoro [Hb.3.4.3.5] [Hamengku Buwono III / Danurejo IV]
6619/6 <16+19> Raden Ayu Dipokusumo [Hb.3.4.3.6] [Hamengku Buwono III / Danurejo IV]
6720/6 <23+21> Gusti Kanjeng Ratu Sekar Kedhaton [Hb.4.14] [Hamengku Buwono IV]
6821/6 <16+18> Raden Ayu Suryoprawiro [Hb,4.8.1] [Hamengku Buwono IV]
6922/6 <16+18> Raden Mas Karmeni [Hb.4.8.2] [Hamengku Buwono IV]
7023/6 <18> Raden Ayu Sosrodipuro [Pa.2.1.1] [Paku Alam II]
7124/6 <30+26> Raden Ayu Supartmirah [Pa.2.9.1] [Paku Alam II]
7225/6 <30+26> Raden Mas Suryo Jonokusumo [Pa.2.9.2] [Paku Alam II]
7326/6 <30+26> Raden Mas Harjowiloyo [Pa.2.9.3] [Paku Alam II]
7427/6 <30+26> Raden Mas Ario Harjokusumo [Pa.2.9.4] [Paku Alam II] 7528/6 <14+16> Gusti Kanjeng Ratu Timur [Paku Alam III] 7629/6 <46> R.Pj. Mangunrejo [?]
7730/6 <14> Bendoro Raden Mas Suryohudoyo [Paku Alam III]
7831/6 <14> Kanjeng Pangeran Haryo Purwoseputro [Paku Alam III]
7932/6 <14> Bendoro Raden Ayu Sosropawiro [Paku Alam III]
8033/6 <14> Bendoro Raden Mas Haryo Suryokusumo [Paku Alam III]
8134/6 <14> B.r.m.a. Nototaruno [Paku Alam III]
8235/6 <14> B. R. A. Notoatmojo [Paku Alam III]
8336/6 <14+16> Bendoro Pangeran Haryo Sosroningrat [Paku Alam III] 8437/6 <14> Bendoro Raden Ayu Notodirjo [Paku Alam III] 8538/6 <22+20> Kanjeng Raden Tumenggung Mertonegoro II [Danurejo II]

7

1111/7 <51+36> RM. Ngabehi Dipomenggolo / KH. Safawi [Hamengku Buwono]
الميلاد: 1831c, Bogor (Jabaru)
الزواج: <57> Nyi Mas Ngabey [?] م 1836c
الوفاة: 1896, Banten
Catatan Admin : Endang Suhendar alias Idang

== ASAL-USUL ==

RADEN NGABEHI DIPOMENGGOLO alias KH. SAFAWI, lahir di Jabaru-Bogor sekitar tahun 1833 putra ke 1 dari 
7 bersaudara dari pasangan orang tua RADEN MAS DJONET DIPOMENGGOLO (Generasi ke 2 dari Sultan HB III) dengan 
NYIMAS AYU FATMAH / BUN NIOH (Putri Kapiten Tionghoa dari Marga TAN) dikaruniai 1 orang anak :
1. RM. KH. USMAN BAKHSAN Dipomenggolo
Image:Kraton3.jpg  SILSILAH KELUARGA (Dari Pancer Bapak)

#0. KANJENG SULTAN HAMENGKU BUWANA KAPING III ING NGAYOGYAKARTA
#1. BPH. Diponegoro
#2. RM. Djonet Dipamenggala
#3. RM. Ngabehi Dipamenggala
 

KETURUNAN

#1. RM. NGABEHI DIPAMENGGALA (C-1833)   
    1.1. RM.KH. USMAN BAKHSAN (Lebakpasar, C-1854)><Nyi Rd Kuraesin (Cucu RA. Mangkuwidjaja, Bupati Bogor tahun 1865-1870)
         1.1.1. RM.H. RANA MENGGALA (Lebakpasar, C-1877)
                1.1.1.1.  RA.DJUHRO
                1.1.1.2.  RA.DJUHRIAH
                1.1.1.3.  RM.H. RAIS
                1.1.1.4.  RA.Hj. ECIN
                1.1.1.5.  RA.Hj. HALIMAH
                1.1.1.6.  RM. ACEP USMAN
                1.1.1.7.  RA. DJUBAEDAH
                1.1.1.8.  RM. HASBULLOH
                1.1.1.9.  RA.Hj. SITI KHODIJAH
                1.1.1.10. RA.Hj. SITI MUKMINAH
                1.1.1.11. RM.H. MAHBUB
                1.1.1.12. RA.Hj. NENENG MAEMUNAH
                1.1.1.13. RA.Hj. SITI MARIAM (Ibu KARIM/Uwa IIH, Gg. Menteng)
                1.1.1.14. RM.IYAN RIDWAN
                1.1.1.15. RM. IBRAHIM
         1.1.2. RM.H. ABDULGHANI MENGGALA (Lebakpasar, C-1878)
                1.1.2.1.  R.H. YASIN (C-1910
                          1.1.2.1.1. R. ENDUS
                          1.1.2.1.2. R. SALMAH (Encal)
                                     1.1.2.1.2.1.  R. HARUN AL-RASYID
                          1.1.2.1.3. R. SUHANDA (Kang AA)
                          1.1.2.1.4. R. ARSYAD (Kang OO)
                          1.1.2.1.5. R. SUKARNA (Kang UU)
                                     1.1.2.1.5.1.  R. ENEN
                                     1.1.2.1.5.2.  R. DIDING
                                     1.1.2.1.5.3.  R. ENTIN
                          1.1.2.1.6. R. SUKARNI (Kang Ani)
                                     1.1.2.1.6.1.  R. SUKANTA
                          1.1.2.1.7. R. MUTHOLIB (Toto)
                                     1.1.2.1.7.1.  R. DEDI NURTHOLIB (Nunuy)  
                                     1.1.2.1.7.1.  R. IIS  
                                     1.1.2.1.7.1.  R. DEDE
                1.1.2.2.  R.H. ALI
                          1.1.2.2.1.  R.H. JUMENA
                1.1.2.3.  R.H. ABDUL MANAN (Adung)
                          1.1.2.3.1.  R. SASTRA (Caca)
                          1.1.2.3.2.  R. ENOH
                          1.1.2.3.3.  R.H DIDIH
                          1.1.2.3.4.  R. CICIH
                          1.1.2.3.5.  R. SUPARTI
                                      1.1.2.3.5.1. Kang Eddy
                                      1.1.2.3.5.2. R.Pepen Supendi
                                      1.1.2.3.5.3. R.Neni
                                      1.1.2.3.5.4. R.Yeti 
                1.1.2.4.  R.Hj. SUPIAH (Siti)
                          1.1.2.4.1.  R. DJAKA
                                      1.1.2.4.1.1. R. Abdul Kadir (Oding)
                          1.1.2.4.2.  R. ANONG KRAMAATMAJA <menikah dengan> MA. SALMUN RAKYADIKARIA (Pujangga Sunda, asal Banten)
                                      1.1.2.4.2.1. R. Jatayu Wiyati Salmun (Uyu)
                                                   1.1.2.5.2.1.1. R. Riefa Sayyidina
                                                   1.1.2.5.2.1.2. R. Yutimma Dewiaty
                                      1.1.2.4.2.2. R. Yeti
                                      1.1.2.4.2.3. R. Parti
                                      1.1.2.4.2.4. R. Iwan
                                      1.1.2.4.2.5. R. Aas
                                      1.1.2.4.2.6. R. Neni
                                      1.1.2.4.2.7. R. Hedi
                                      1.1.2.4.2.8. R. Ented
                          1.1.2.4.3.  R.Hj. HALIMAH (Emah)
                          1.1.2.4.4.  R.Hj. EMPIN (Rapi'ah)
                          1.1.2.4.5.  R.H. DJAJUSMAN (Jayus)
                          1.1.2.4.6.  R. SOLEH
                1.1.2.5.  R.Hj. ENCUNG
                          1.1.2.5.1.  R. NANI (Eneng)
 
                1.1.2.6.  R.MASDIR. JAYAKUSUMAH (Jaya, C-1911)
                          1.1.2.6.1.  R. JATNIKA JAYAKUSUMAH (Enjat)
                                      1.1.2.6.1.1. R. EDI WAHYUDI
                                                   1.1.2.6.1.1.1.  R. YUDHA
                                                   1.1.2.6.1.1.2.  R. ENENG
                                                   1.1.2.6.1.1.3.  R. TATI
                                                   1.1.2.6.1.1.4.  Rb. MOCH HAPI 
                          1.1.2.6.2.  R. LUKMAN JAYAKUSUMAH (Maman)
                          1.1.2.6.3.  R. NYIMAS TUTI TRISNAWATI JAYAKUSUMAH (Enis)
                                      1.1.2.6.3.1. R. PEPEN RUSPENDI DIPONEGORO
                                                   1.1.2.6.3.1.1.  Rb. YANA RUBIYANA DIPONEGORO
                                                   1.1.2.6.3.1.2.  Rb. AGUSTANJAYA DIPONEGORO
                                                   1.1.2.6.3.1.3.  Rr. NURWINA SEPTI DIPONEGORO
                                                   1.1.2.6.3.1.4.  Rr. RIZKI MELINA DIPONEGORO
                                      1.1.2.6.3.2. R. ENDANG SUHENDAR DIPONEGORO
                                                   1.1.2.6.3.2.1.  Rr. INESIA VIOLINA DIPONEGORO
                                                   1.1.2.6.3.2.2.  Rb. M. HARPA RAMADHAN DIPONEGORO
                                                   1.1.2.6.3.2.3.  Rb. M. GITAR RAMADHAN DIPONEGORO
                                      1.1.2.6.3.3. R. SUPRIATINI DIPONEGORO (Tintin)
                                                   1.1.2.6.3.3.1.  R. EKA SANDRA DIPONEGORO
                                                   1.1.2.6.3.3.2.  R. AIDA NANDARA DIPONEGORO
                                      1.1.2.6.3.4. R. LILIH SURYYA DIPONEGORO
                                                   1.1.2.6.3.4.1.  Rb. RANDY ADITYANA DIPONEGORO
                                                   1.1.2.6.3.4.2.  Rr. ALIN NURGIANTY DIPONEGORO
                                                   1.1.2.6.3.4.3.  Rr. DITA TRIJAYANTI DIPONEGORO
                                                   1.1.2.6.3.4.4.  Rb. IVAN WIRANATA DIPONEGORO
                                      1.1.2.6.3.5. R. MARYATI DIPONEGORO
                                                   1.1.2.6.3.5.1.  Rb. NIKI ADRIAN PURNAMA DIPONEGORO
                                                   1.1.2.6.3.5.2.  Rr. RANTI DWILESTARI DIPONEGORO
                                                   1.1.2.6.3.5.3.  Rb. JODI TRIADI DIPONEGORO
                                                   1.1.2.6.3.5.4.  Rr. GITA SEPTIA PERMATA DIPONEGORO
                                                   1.1.2.6.3.5.5.  Rr. VERDA FAUZIYAH RACHMAN DIPONEGORO
                                      1.1.2.6.3.6. R. DENI SUPRAMANA DIPONEGORO(Wafat 2012)
                          1.1.2.6.4.  R.H. SURYA KUSUMAH (Cecep)
                                      1.1.2.6.4.1. R. Hedi Hadiwinata 
                                                   1.1.2.6.4.1.1.  Rr. Anisa Nurditasari  
                                                   1.1.2.6.4.1.2.  Rb. Muhammad Arditya Hadiwinata
                                      1.1.2.6.4.2. R. Henny Handayani
                                                   1.1.2.6.4.1.1.  Rr. Afifah Rachmalia
                                                   1.1.2.6.4.1.2.  Rr. Nabila RAchmani
                                                   1.1.2.6.4.1.3.  Rb. M. Rizki Asidiq
                                      1.1.2.6.4.3. R. Adi Karyadi
                                                   1.1.2.6.4.1.1.  Rb. Moh. Raghit Putra Karyadi
                                                   1.1.2.6.4.1.2.  Rb. Moh. Rehan Putra Karyadi
                          1.1.2.6.5.  R. HARJA SUTISNA JAYAKUSUMAH (Entis)
                                      1.1.2.6.5.1. R. Toto
                                                   1.1.2.6.5.1.1.  Putra Toto ke 1
                                                   1.1.2.6.5.1.2.  Putra Toto ke 2
                                      1.1.2.6.5.2. R. Yayat
                                                   1.1.2.6.5.2.1.  Putra Yayat ke 1
                                                   1.1.2.6.5.2.2.  Putra Yayat ke 2
                                      1.1.2.6.5.3. R. Tina Herlina (Nina)
                                                   1.1.2.6.5.3.1.  Putra Nina ke 1
                                                   1.1.2.6.5.3.2.  Putra Nina ke 2
                                      1.1.2.6.5.4. R. Kurnia
                                                   1.1.2.6.5.4.1.  Putra Kurnia ke 1
                                                   1.1.2.6.5.4.2.  Putra kurnia ke 2
                                      1.1.2.6.5.5. R. Hira
                          1.1.2.6.6.  R. MUSLIHAT JAYAKUSUMAH (Emung)
                                      1.1.2.6.6.1. R. Bambang Meirano
                                                   1.1.2.6.6.1.1.  Rb. M. Arul 
                                                   1.1.2.6.6.1.2.  Rr. Luthfiah (Lulut)
                                      1.1.2.6.6.2. R. Irwan Junarsa
                                      1.1.2.6.6.3. R. Nur Endah Noviani (Nuri)
                                                   1.1.2.6.6.3.1.  Rb. Sihabuddin
                                                   1.1.2.6.6.3.2.  Rb. Fachri
                          1.1.2.6.7.  R. MULYADI JAYAKUSUMAH (Yadi)
                                      1.1.2.6.7.1. R. Dian Mardiana
                                                   1.1.2.6.7.1.1.  Rr. Sifa
                                                   1.1.2.6.7.1.2.  Rb. Defa
                                      1.1.2.6.7.2. R. Fitria Yulianti
                                                   1.1.2.6.7.2.1.  Rr. Dea
                                                   1.1.2.6.7.2.2.  Rb. Yofa
                                                   1.1.2.6.7.2.3.  Rr. Deean Coco
                                      1.1.2.6.7.3. R. Mulya Saputra
                                                   1.1.2.6.7.3.1.  Rb. Axel Alvito Meola
                          1.1.2.6.8.  R. DODY SUYATNA JAYAKUSUMAH (Dodot/Dody)
                                      1.1.2.6.8.1. R. Irene Anggraeni
                                                   1.1.2.6.8.1.1.  Rb. Daffa Adillah
                                                   1.1.2.6.8.1.2.  Rr. Syahla Dheandra Zahran
                                                   1.1.2.6.8.1.3.  Rr. Alma Hiraku Pramuditha
                                      1.1.2.6.8.2. R. Rangga Permana Kusumah (Angga)
                                                   1.1.2.6.8.2.1.  Putra Angga Ke 1
                          1.1.2.6.9.  R. RIDWAN JAYAKUSUMAH (Wawang)
                                      1.1.2.6.9.1. R. Bahraini Riza
                                                   1.1.2.6.9.1.1. Rr. Bahraini Putri
                                                   1.1.2.6.9.1.2. Rb. Bahraini putra
                                      1.1.2.6.9.2. R. Budhi Nusantara
                                                   1.1.2.6.9.2.1. Rb. Budhi Putra
                                                   1.1.2.6.9.2.2. Budhi Putra ke 2
                                      1.1.2.6.9.3. R. Bella Kusnandar
                                                   1.1.2.6.9.3.1. Rb. Nizar Maulana
                                                   1.1.2.6.9.3.2. Rb. Aqeela
                                                   1.1.2.6.9.3.3. Rr. Bella Putri
                                      1.1.2.6.9.4. R. Rina Kusmawati
                                                   1.1.2.6.9.4.1. Putra ke 1 Rina
                                                   1.1.2.6.9.4.2. Putra ke 2 Rina
                          1.1.2.6.10. R. RAFIUDIN JAYAKUSUMAH (Dingding, tidak berputra)
                          1.1.2.6.11. R. SUDRAJAT JAYAKUSUMAH (Jajat)
                                      1.1.2.6.11.1. Rr. Rina Oktaviani
                                      1.1.2.6.11.2. Rr. Debi Aprianti
                                      1.1.2.6.11.3. Rb. Heri (tidak berputra)
                                      1.1.2.6.11.4. R. Hari Sephandri (AO)    
                                                    1.1.2.6.11.3.1. Putra Ari ke 1
                1.1.2.7.  R.MASDIR KARTANINGRAT (Tata)
                          1.1.2.7.1.  R.Hj. NUNUNG NURJUARIAH
                          1.1.2.7.2.  R.Hj. NINIH NURJANAH
                          1.1.2.7.3.  R. YAYAH
                          1.1.2.7.4.  R. ENDANG
                          1.1.2.7.5.  R. ODIN
                1.1.2.8.  R.MASDIR KURNAEN (Aeng)
                          1.1.2.8.1.  R.Hj. KURNIATI (Iis) <menikah dengan> DR.Ir.H. FACHRUDDIN (Rektor UNHAS)
                          1.1.2.8.2.  R. KASWATI (Kotih)
                                      1.1.2.8.2.1. Drs. R. Deddi Fardillah
                                      1.1.2.8.2.2. R. Finny Redjeki, SE, MM
                                      1.1.2.8.2.3. R. Arif Budiman
                1.1.2.9.  R.MASDIR MOCHAMAD ARIEF
                          1.1.2.9.1.  R. MEMET SAPUTRA (Ahmad)
                          1.1.2.9.2.  R. YEYET RUSMIATI
                1.1.2.10. R.MASDIR SUMANTRI (Ati)
                          1.1.2.10.1. R. HEDI SUMARDI
                          1.1.2.10.2. R. EMBED SUHARLI
                          1.1.2.10.3. R. SOPIAH (Iyong)
                1.1.2.11. R.MASDIR EMAN SULAEMAN
                          1.1.2.11.1. R. HAYATI (Titi)
         1.1.3. RM.H. MUHAMMAD HASYIR (C-1879)
                1.1.3.1. R. Bustomi
                1.1.3.2. R. Ismail
                1.1.3.3. R. Mudjitaba
                1.1.3.4. Nyi R. Suaebah
                1.1.3.5. Nyi R. Maemunah
         
         1.1.4. RAy. Hj. Harisun (C-1880
                1.1.4.1. RH. Drs. Ilyas Dajir (Ciawi-Seuseupan)
         1.1.5. RAy.Hj. ITI (Gg Wahir-Empang, C-1882
         1.1.6. RM. Ahmad (Natsir), C-1884
                1.1.6.1. .........................
                1.1.6.2. R. Sholeh
                1.1.6.3. R. Sofyan Ats Sauri
                         1.1.6.3.1. R. Ahmad Qohar
                1.1.6.4. R. Arifin
== PEKERJAAN ==
1122/7 <51> RM. Harjo Dipomenggolo [Hamengku Buwono]
الميلاد: 1832c, Bogor (Jabaru)
Catatan Admin : Endang Suhendar alias Idang

ASAL-USUL

RADEN MAS HARJO DIPOMENGGOLO alias AYAH KULON, lahir di Jabaru-Bogor sekitar tahun 1834 putra ke 2 dari 
7 bersaudara dari pasangan orang tua RADEN MAS DJONET DIPOMENGGOLO (Generasi ke 2 dari Sultan HB III) dengan 
NYIMAS AYU FATMAH / BUN NIOH (Putri Kapiten Tionghoa dari Marga TAN) dikaruniai  orang anak :
1. RM. H. Brodjomenggolo
2. RAy. Hj. Gondomirah
3. RM. H. Abbas
4. RM. H. Abdurrahman Adi Menggolo
5. RM. H. Muhamad Hasan  
Image:Kraton3.jpg  SILSILAH KELUARGA (Dari Pancer Bapak)

#0. KANJENG SULTAN HAMENGKU BUWANA KAPING III ING NGAYOGYAKARTA
#1. BPH. Diponegoro
#2. RM. Djonet Dipomenggolo
#3. RM. Harjo Dipomenggolo
 

KETURUNAN

#2. RM. HARJO DIPOMENGGOLO (C-1834)   
    2.1. RM.H. BRODJOMENGGOLO
         2.1.1. RM.H. WONGSOMENGGOLO (Ciomas)
                2.1.1.1. R.H. SOLEH SURODIMENGGOLO (Ciomas)
                         2.1.1.1.1. R.H. Djunaeni
                         2.1.1.1.2. R.H. Masca Suroatmojo
                                    2.1.1.1.2.1. R. Suratmi
                                    2.1.1.1.2.2. R. Sukendar
                                    2.1.1.1.2.3. R. Sulaeman
                                    2.1.1.1.2.4. R. Suhardi
                                    2.1.1.1.2.5. R. Sudarjat
                                    2.1.1.1.2.6. R. Suheni
                                    2.1.1.1.2.7. R. Supiati
                                    2.1.1.1.2.8. R. Surachman
                2.1.1.2. R.H. UNENG SURIODIRDJO (Ciomas)
                         2.1.1.2.1. R.H. Dadang Pandji
                                    2.1.1.2.1.1. R. Sudjatna
                                                 2.1.1.2.1.1.1. R. Enda Juanda
                                                                2.1.1.2.1.1.1.1. R. Najla Ramadhani
                                                 2.1.1.2.1.1.2. R. Irma Resmiati
                                                 2.1.1.2.1.1.3. R. Dudi Kurnia
                                                 2.1.1.2.1.1.4. R. Adi Purnama 
                                    2.1.1.2.1.2. R. Juwariyah
                                                 2.1.1.2.1.2.1. R. Denny Rusian Achmed
                                                                2.1.1.2.1.2.1.1. R. Firdha Sapta Erlina
                                                                2.1.1.2.1.2.1.2. R. Sukma Harining Cakraningrat
                                                 2.1.1.2.1.2.2. R. Ebbet Surya Subakti
                                                                2.1.1.2.1.2.2.1. R. Dewi Suryani Oktaviana
                                                                2.1.1.2.1.2.2.2. R. Endang Dewa Supana
                                                                2.1.1.2.1.2.2.3. R. Siti Zahra Subakti
                                                 2.1.1.2.1.2.3. R. Triana Jaka Lesmana
                                                                2.1.1.2.1.2.3.1. R. Syechnoor Faris Lesmana
                                                                2.1.1.2.1.2.3.2. R. Rivanny Bunga Lesmana
                                                 2.1.1.2.1.2.4. R. Tita Novita Skartika
                                                                2.1.1.2.1.2.4.1. R. Rizky Pradana
                                                                2.1.1.2.1.2.4.2. R. Reza Purnama
                                                                2.1.1.2.1.2.4.3. R. Rasyid Fadillah
                                                 2.1.1.2.1.2.5. R. Rikky Nandang Permana
                                                                2.1.1.2.1.2.5.1. R. Aidah Faizah Permana
                                                                2.1.1.2.1.2.5.2. R. Aisyah Raihanah Permana
                                                                2.1.1.2.1.2.5.3. R. Raihan Permana
                                                 2.1.1.2.1.2.6. R. Muchammad Ichwan Karunia
                                                                2.1.1.2.1.2.6.1. R. Zidane Nayadikara Karunia
                                                                2.1.1.2.1.2.6.2. R. Keysha Jasmine Karunia
                                    2.1.1.2.1.3. R. Muhammad Hidayat 
                                                 2.1.1.2.1.3.1. R. Fitri Yanti
                                                                2.1.1.2.1.3.1.1. R. Tommy Faisal
                                                 2.1.1.2.1.3.2. R. Fatmawati
                                                                2.1.1.2.1.3.2.1. R. Audry Velma Calysta
                                                                2.1.1.2.1.3.2.2. R. Zyhan Kameylia Calysta
                                                 2.1.1.2.1.3.3. R. Anah Yuliastanti
                                                                2.1.1.2.1.3.3.1. R. Lolita Wibiyono
                                                                2.1.1.2.1.3.3.2. R. Angreini Wibiyono
                                                                2.1.1.2.1.3.3.3. R. Andini Wibiyono
                                                                2.1.1.2.1.3.3.4. R. Kanaya Wibiyono
                                                 2.1.1.2.1.3.4. R. Sari Komalasari
                                                 2.1.1.2.1.3.5. R. Ratna Dewi
                                                 2.1.1.2.1.3.6. R. Meti Rahmawati
                                                 2.1.1.2.1.3.7. R. Meta Melisa
                                    2.1.1.2.1.4. R. Euis Sukaesih
                                                 2.1.1.2.1.4.1. R.  Endang Kosasih
                                                                2.1.1.2.1.4.1.1. RR. Vernna Nurjannah
                                                                2.1.1.2.1.4.1.2. RR. Verlasya Khayira
                                                 2.1.1.2.1.4.2. R.  Dede Komariah
                                                 2.1.1.2.1.4.3. R. Agus Supriatna 
                                    2.1.1.2.1.5. R. Siti Juleha
                                                 2.1.1.2.1.5.1. R. Muhammad Effendi (alm)
                                                 2.1.1.2.1.5.2. R. Dewi Puspa Sari (alm)
                                                 2.1.1.2.1.5.3. R. Abdul Azis
                                                                2.1.1.2.1.5.3.1. R. Muhammad Rassya Pratama
                                                                2.1.1.2.1.5.3.2. R. Muhammad Faza Adzima
                                                 2.1.1.2.1.5.4. R. Suprihatini (alm)
                                                 2.1.1.2.1.5.5. R. Rahmah Rahayu
                                                                2.1.1.2.1.5.4.1. R. Muhammad Azzam Fahrezi
                                                 2.1.1.2.1.5.6. R. Arif Bahtiar
                                    2.1.1.2.1.6. R. Muhammad Taufik
                                                 2.1.1.2.1.6.1. R. Dinda Nur Ayu Lestari
                                                                2.1.1.2.1.6.1.1. RR. Nayla Syakila
                                                 2.1.1.2.1.6.2. R. Adietya Dwi Cahyadi
                                                                2.1.1.2.1.6.2.1. RR. Audrey Izzatunnisa Cahyani
                                    2.1.1.2.1.7. R. Neneng Sukemi
                                                 2.1.1.2.1.7.1. R. Endang Fadillah
                                                 2.1.1.2.1.7.2. R. Lina Aprilia
                                    2.1.1.2.1.8. R. Muhammad Lukman
                                                 2.1.1.2.1.8.1. R. Leni Kurnia Sari
                                    2.1.1.2.1.9. R. Indah Ratnawati 
                                    2.1.1.2.1.10.R. Dedeh Juwita 
                                    2.1.1.2.1.11.R. Nur Aini Oktavia 
                                    2.1.1.2.1.12.R. Dedi Priatna
                                                 2.1.1.2.1.12.1.R. Muhammad Axelle
                2.1.1.3. R.H. MUSA SUMODIRDJO (Ciomas)
                         2.1.1.3.1. R. H. Ading
                         2.1.1.3.2. R. Djohariah
                         2.1.1.3.3. R. H. Djajasukarta
                         2.1.1.3.4. R. Djumirah
                         2.1.1.3.5. R. Djula
                         2.1.1.3.6. R. Nurbaja
                2.1.1.4. R.H. EMBIH SASTRODIRDJO
                         2.1.1.4.1. R. Eem Suhaimi <menikah dgn 2.1.1.2.1.1. R. Sudjatna
                         2.1.1.4.2. R. Endjuh
                         2.1.1.4.3. R. H. MUH Sanusi
                         2.1.1.4.4. R. H. Sukardi
                         2.1.1.4.5. R. Enah
                         2.1.1.4.6. R. Endah 
         2.1.2. RM.H. SOEROMENGGOLO (Ciomas)
                2.1.2.1. R.H. ICAN SUROMENGGOLO (Ciomas)
                         2.1.2.1.1. R. Djamhari Djunaedi Mantarena
                                    2.1.2.1.1.1 R. Endjoh Danumihardja
                                                2.1.2.1.1.1.1. R. Lukman Danumihardja
                                                               2.1.2.1.1.1.1.1. R. Mohamad Aliyudin Danumihardja (Yudhi)
                                    2.1.2.1.1.2 R. Ahmad Sanusi
                                    2.1.2.1.1.3 R. Ningrum
                                    2.1.2.1.1.4 R. Rukminah
                2.1.2.2. NYI. R. AMOE (Ciomas) 
                2.1.2.3. R.H. ARJOMENGGOLO (Ciomas)
                         2.1.2.3.1. R. Narijah
                         2.1.2.3.2. R. Hawirodja
                         2.1.2.3.3. R. Ningrat
         2.1.3. RM.H. ADIMENGGOLO (Ciomas)
                2.1.3.1. R.H. MOH. SYAFEI ADINATA (Ciomas)
                         2.1.3.1.1. R. Muhammad ALI
                         2.1.3.1.2. R. Muhammad Soleh
                         2.1.3.1.3. R. Muhammad Sidik
                         2.1.3.1.4. R. Muhammad As'ari
                                    2.1.3.1.4.1. R.Anwar Basari
                                                 2.1.3.1.4.1.1. R. Hamdhani Zul Faqor
                         2.1.3.1.5. R. Romlah
                         2.1.3.1.6. R. Djuhro
                         2.1.3.1.7. R. Aisyah 
                2.1.3.2. R.H. JAMSARI ADIMENGGOLO (Ciomas)
                         2.1.3.2.1. R. Muchtar
                         2.1.3.2.2. R. Syafaat
                         2.1.3.2.3. R. Munajat
                         2.1.3.2.4. R. Hasanah
                         2.1.3.2.5. R. Abdullah
                         2.1.3.2.6. R. Habibah
                         2.1.3.2.7. R. Jajaria
                         2.1.3.2.8. R. Jenab
                         2.1.3.2.9. R. Sidah
                         2.1.3.2.10.R. Sarah 
         2.1.4. RAy.Hj.UNAN (Loji)
                2.1.4.1. NYI Rd.Hj. ENUNG (Loji)
                         2.1.4.1.1. NYI Rd.UHA (loji)
                         2.1.4.1.2. NYI Rd.Anung
                         2.1.4.1.3. NYI Rd.Atjih
     2.2. RAy.Hj. GONDOMIRAH <menikah dgn> Rd. SURYADIMENGGALA (KRT. Buitenzorg, Trah Sumedang)
         2.2.1. RM.H. IBRAHIM\RM. ABD.ROCHMAN WIRADIMENGGOLO\RM. WIRADINEGARA 
                2.2.1.1. R.H. KURAESIN
                         2.2.1.1.1. R. Mama Jaya
                         2.2.1.1.2. R. Muhammad Tohir
                         2.2.1.1.3. NYI R. Ratnasari 
                2.2.1.2. R.H. ADJID MANGKUWIJAYA
                         2.2.1.2.1. R. Wiradikusumah
                         2.2.1.2.2. R. Moh. Toha
                                    2.2.1.2.2.1. NYI R. Soleha
                                    2.2.1.2.2.2. R. Musa
                         2.2.1.2.3. R. Achmad
                                    2.2.1.2.3.1. NYI R. Sukarsih
                                    2.2.1.2.3.2. R. Gunawan
                                    2.2.1.2.3.3. R. Harun
                                    2.2.1.2.3.4. NYI R. Supiah
                                    2.2.1.2.3.5. NYI R. Siti Entit
                                    2.2.1.2.3.6. R. Jamil
                                    2.2.1.2.3.7. NYI R. Sumini
                         2.2.1.2.4. R. Muh Agus
                                    2.2.1.2.4.1. NYI R. Juhro
                         2.2.1.2.5. R. Hasan
                                    2.2.1.2.5.1. R. Amirsyah
                                    2.2.1.2.5.2. NYI R. Harsinah
                                    2.2.1.2.5.3. NYI R. Jumiati
                                    2.2.1.2.5.4. R. Jaenalludin
                         2.2.1.2.6. NYI R. Julaeha
                         2.2.1.2.7. NYI R. Salmah
                         2.2.1.2.8. NYI R. Mari
                         2.2.1.2.9. NYI R. Juhro
                         2.2.1.2.10.NYI R. Hadijah 
                2.2.1.3. R.H. MUH. ISA (Ciomas) 
         2.2.2. NYI RAy.Hj. ASMAYA
         2.2.3. NYI RAy.Hj. ENTING AISYAH
         2.2.4. NYI RAy.Hj. SITI FATIMAH
         2.2.5. NYI RAy.Hj. ANTAMIRAH
         2.2.6. RM. TJANDRANINGRAT\RM. ARIO MAD SURODHININGRAT
                2.2.6.1. R.H. PANJI 
                2.2.6.2. R.H. PANDU 
                2.2.6.3. R.H. HASAN 
                2.2.6.4. R.H. KURAESIN 
         2.2.7. RM. YAHYA GONDONINGRAT
                2.2.7.1. NYI Rd. Hj. RATNA KANCANA (Ciomas) <menikah dengan> Dr. H. MARAH ROESLI (Pujangga Nasional
                         2.2.7.1.1. R. Mayjen (pur) Roeshan Roesli
                                    2.2.7.1.1.1. R. dr Ratwini Roesli, SpTHT
                                    2.2.7.1.1.2. R. dr Utami Roesli, SpA, Ibclc, Fabm
                                    2.2.7.1.1.3. R. Prof. Dr. dr Rully MA Roesli, SpPD.KGH
                                    2.2.7.1.1.4. R. Prof. Dr. Harry Roesli \ Djauhar Zaharsyah Fachrudin Roesli  
         2.2.8. RM. INDRIS TIRTODIRDJO/RM. IDRUS TIRTODIRDJO
                2.2.8.1. R.H. ACO UMAR 
         2.2.9. NYI RAy.Hj. RAJAMIRAH/RAy.Hj. MIRAH
                2.2.9.1. Rd.H. YASIN WINATADIREDJA (Enceng)
                         2.2.9.1.1. Nyi Rd. Halimah 
                2.2.9.2. NYI Rd.Hj. SITI RAHMAT (Titi)
                         2.2.9.2.1. Rd.H.A.B. Yogapranatha (Alm)
                         2.2.9.2.2. Rd. Syafei (Alm)
                         2.2.9.2.3. Nyi Rd. Tuti Guritna
                                    2.2.9.2.3.1. Rd. H. Adang Yusuf Martadiredja <menikah dgn> 2.2.9.3.1.1. Nyi Rd. Mundiyah
                                                 2.2.9.2.3.1.1. Rd. Damon Yusuf Martadiredja
                                                                2.2.9.2.3.1.1.1. Rd. M.Yasin Vahreza Yusuf Martadiredja (Reza Wahyu Martadiredja)
                                                                2.2.9.2.3.1.1.2. Rd. M.Yasin Vahrezi Yusuf Martadiredja (Rezi Wahyu Martadiredja)
                                                                2.2.9.2.3.1.1.3. Rd. Nur Illahi Vahriva Mudaim (Riva Wahyu Martadiredja)
                                                                2.2.9.2.3.1.1.4. Rd. Nur Husna Dewinda Fatmah (Winda Fatmah Martadiredja)
                                                                2.2.9.2.3.1.1.5. Rd. Nazwa Mustika Negara (Ica Wahyu Martadiredja)
                                                 2.2.9.2.3.1.2. Rd. Gunawan Yusuf Martadiredja
                                                                2.2.9.2.3.1.2.1. Rd. Rahmania Purwagunifa
                                                                2.2.9.2.3.1.2.2. Rd. Fathan Adi Gunawan
                                                 2.2.9.2.3.1.3. Rd. Ade Nine Siti Mariam ( Wafat Saat Bayi )
                                                 2.2.9.2.3.1.4. Rd. Nanang Firman Safari Yusuf Martadiredja SP,M.Si
                                                                2.2.9.2.3.1.4.1. Rd. Nanang Junior
                                    2.2.9.2.3.2. Rd. Syarif Kusnadi Jamal Martadiredja
                                                 2.2.9.2.3.2.1. Rd. Tetet Dian Indria Rahayu (wafat th 2002)
                                                                2.2.9.2.3.2.1. Rd. Syamil Hilminiandra Budiman
                                                 2.2.9. .3.2.2. Rd. Rully Ramdhani Kusumah
                                                                2.2.9.2.3.2.2.1. Rd. Sekar Rahayu Kusumah
                                                 2.2.9.2.3.2.3. Rd. Kusnadi Wisnu Yogasuwara (Wisnu)
                                    2.2.9.2.3.3. Nyi.Rd. Yuliani Wahyu Martadiredja
                                                 2.2.9.2.3.3.1. Rd. Julkifli Rustita ( Wafat th 2012)
                                    2.2.9.2.3.4. Nyi Rd. Mimi Wahyu Martadiredja (Wafat Bayi)
                         2.2.9.2.4. Rd. Hanafi (Alm)
                         2.2.9.2.5. Rd. Ali M. Ali Widyapranatha
                         2.2.9.2.6. Nyi Rd. Neneng Kulsum
                         2.2.9.2.7. Nyi Rd. Hj. Iyoh Roswati
                         2.2.9.2.8. Rd. U. Effendi Madyaprana
                         2.2.9.2.9. Nyi Rd. Dewi Sarah
                                    2.2.9.2.9.1.  Rd. Teddy Sao Wirakusumah
                                    2.2.9.2.9.1.1. Rd. Devita Rizqi Yulianty
                                    2.2.9.2.9.1.2. Rd. Dwi Dorozatun Samaniaty Ramadhona, S.I.Kom
                         2.2.9.2.10.Rd. H. Usman Satiaprana (Alm) 
                         2.2.9.2.11.Rd. Enen Sutresna Yogaprana
                                    2.2.9.2.11.1. Rd. Narayana Yoga Pertama
                                                  2.2.9.2.11.1.1. NR. Laras (Almh)
                                                  2.2.9.2.11.1.2. NR. NR. Ermalia Nuryanti
                                                  2.2.9.2.11.1.3. Rd. Moch, Riyan Chandra (Alm)
                                                  2.2.9.2.11.1.4. NR. Elma Nathania Yalanda                                                  
                                    2.2.9.2.11.2. Rd. Yadi Indra Mulyadi Yogaprana
                                                  2.2.9.2.11.2.1. Rd. Zulqiar Ramdan
                                    2.2.9.2.11.3. NR. Rengganis Kurniawati Yogaprana
                                                  2.2.9.2.11.3.1. NR. Fadhilah Istiqomah Yogandena
                                                  2.2.9.2.11.3.2. Rd. Firza Finaldien Yogandena (Alm)
                                                  2.2.9.2.11.3.3. Rd. Farly Nugraha Yogandena
                                    2.2.9.2.11.4. NR. Popi Yuliawati Yogaprana
                                    2.2.9.2.11.5. Rd. Tedi Wibisana Yogaprana
                                    2.2.9.2.11.6. Rd. Ruhyat Apandi Yogaprana
                                                  2.2.9.2.11.6.1. NR. Keyla Azka Kireina
                                                  2.2.9.2.11.6.2. Rd. Fadlan Danish Ryogaprana
                                    2.2.9.2.11.7. Rd. Rimau Gumelar Yogaprana
                                                  2.2.9.2.11.7.1. Rd. Aldebaran Nabhan Pradipta
                                    2.2.9.2.11.8. Rd. Banyu Dewanata Yogaprana
                                    2.2.9.2.11.9. Rd. Surya Tirta Bayu Yogaprana
                                    2.2.9.2.11.10.Rd. Purnama Alam Yogaprana
                2.2.9.3. Rd. Tatang Muhtar (Ciluar)    
                         2.2.9.3.1. Nyi Rd. Siti Aminah 
                                    2.2.9.3.1.1. Nyi Rd. Mundiyah 
                                    2.2.9.3.1.2. R Hidayat 
                                    2.2.9.3.1.3. R Ruhiyat
                                                 2.2.9.3.1.3.1. R. Dadang Darmayadi
                                                                2.2.9.3.1.3.1.1. Nyi Rr. Sriastuty Handayani Kyla Khu'mairah
                                                                2.2.9.3.1.3.2.2. Nyi Rr. Rezky Pertiwi
                                                 2.2.9.3.1.3.2. Nyi Rd. Sriyat
                                                                2.2.9.3.1.3.2.1. Nyi Rr. Ika
                                                                2.2.9.3.1.3.2.2. R. Aldi
                                                                2.2.9.3.1.3.2.3. Nyi Rr. Fia
                                                                2.2.9.3.1.3.2.4. Nyi Rr. Linda
                                                 2.2.9.3.1.3.3. Nyi Rd. Rodiah
                                                                2.2.9.3.1.3.3.1. R. Yudi
                                                                2.2.9.3.1.3.3.2. Nyi Rr. Ririn
                                                                2.2.9.3.1.3.3.3. R. LILI
                                                 2.2.9.3.1.3.4. R. Darmawan
                                                                2.2.9.3.1.3.4.1. R. Ekal
                                                                2.2.9.3.1.3.4.2. R. Zirul
                         2.2.9.3.2. Nyi Rd. Umriyah 
                                    2.2.9.3.2.4. R. Iskandar 
                                                 2.2.9.3.2.4.1. R. Asep 
                                                 2.2.9.3.2.4.2. Nyi Rr. Rosi 
                                                 2.2.9.3.2.4.3. R. Irfan 
                                    2.2.9.3.2.5. Nyi R. ETI
                                                 2.2.9.3.2.5.1. R. Rizki
                                                 2.2.9.3.2.5.2. R. Agung          
                                    2.2.9.3.2.6. Nyi Rd. ENI Rohaeni
                                                 2.2.9.3.2.6.1. Nyi Rr. Gita
                                                 2.2.9.3.2.6.2. Nyi Rr. Gina
                                                 2.2.9.3.2.6.3. Nyi Rr. Garnia
                                                 2.2.9.3.2.6.4. Nyi Rr. Gian
                                    2.2.9.3.2.7. R Saleh Sudrajat
                                                 2.2.9.3.2.7.1. R. Fredi
                                                 2.2.9.3.2.7.2. ................
                                                 2.2.9.3.2.7.3. Nyi Rr. Annisa
                                    2.2.9.3.2.8. R. ADE
                                                 2.2.9.3.2.8.1. R. Agung
                                                 2.2.9.3.2.8.2. R. DEDE
                                                 2.2.9.3.2.8.3. Rr. Eneng
     2.3. RM. H. Abas (Penghulu Ciomas) <menikah dgn> [[Person:628329|Putri Pertama H. Daeng Jarbi (putra Raja Gowa ke 32)) 
          2.3.1. RM. H. Ardja
          2.3.2. RM. H. Suminta (Malik)
          2.3.3. RAy. Patimah Ibunya Mayjen Ishaq Djuarsa
          2.3.4. RAy. Fatmah <menikah dgn> 1.1.1. RM. H. Moch. Rana Menggala
          2.3.5. RM. Yacub
          2.3.6. RAy. Siti Mariyam (loji)
                 2.3.6.1. Drs. H. R. Mansyur (Mama)
                          2.3.6.1.1. HR. Syarif Arifin
                          2.3.6.1.2. R. Surachman
                          2.3.6.1.3. R. Suherman S
                                     2.3.6.1.3.1.  R. ADITYA TIRTA WIGUNA   
                                     2.3.6.1.3.2.  R. INDAH PRANASARI HERNANINGTIAS
                          2.3.6.1.4. R. Suratmi
                                     2.3.6.1.4.1.  R. AGUNG RAHMADI
                                     2.3.6.1.4.2.  R. MAHENDRA
                                     2.3.6.1.4.3.  R. KRESNA HADIWIJAYA 
                                     2.3.6.1.4.4.  R. RETNO A. WULANDARI
                          2.3.6.1.5. R. Suparman
                                     2.3.6.1.5.1.  R. AYU
                                     2.3.6.1.5.2.  R. PUSPA
                                     2.3.6.1.5.3.  R. ARIEF
                          2.3.6.1.6. R. Sudirman
                                     2.3.6.1.6.1.  R. RACHMAT C. WINATA
                                     2.3.6.1.6.2.  R. DODDY A. KUSUMAH
                                     2.3.6.1.6.3.  R. DICKY SAPUTRA
                                     2.3.6.1.6.4.  R. FANNY SARASWATI
                          2.3.6.1.7. R. Suhartini
                                     2.3.6.1.7.1.  R. ASTRI FITRIA ASTUTI S.
                                     2.3.6.1.7.2.  R. MARAHDOMU S.
                                     2.3.6.1.7.3.  R. MARAHDIKA S.
                                     2.3.6.1.7.4.  R. PUTRI SARASWATI
                                     2.3.6.1.7.5.  R. YUSUF IBRAHIM
                 2.3.6.2. H. R. Sanusi (Momo)
                          2.3.6.2.1. R. Juwita
                          2.3.6.2.2. R. Rosita
                          2.3.6.2.3. ...............
                 2.3.6.3. Drs. HR. Entjep Wahab
                          2.3.6.3.1. .................
     2.4. RM. H. Abdulrachman ADI Menggolo (Camat Ciomas)
          2.4.1. R.Ay. Sukiamah
     2.5. RM. H. Muhammad Hasan
     
== PEKERJAAN ==
1133/7 <51> RM. Harjo Dipotjokromenggolo [Hamengku Buwono]
الميلاد: 1833c, Bogor (Jabaru)
Catatan Admin : Endang Suhendar alias Idang

ASAL-USUL

RADEN MAS HARJO DIPOTJOKRO MENGGOLO alias PANGERAN GRINGSING I, lahir di Jabaru-Bogor sekitar tahun 1835 putra ke 3 dari 7 bersaudara dari pasangan orang tua RADEN MAS DJONET DIPOMENGGOLO (Generasi ke 2 dari Sultan HB III) dengan NYIMAS AYU FATMAH / BUN NIOH (Putri Kapiten Tionghoa dari Marga TAN) dikaruniai orang anak : 1. RM. Harjo Dipotjokro Hadimenggolo


Image:Kraton3.jpg SILSILAH KELUARGA (Dari Pancer Bapak)

#0. KANJENG SULTAN HAMENGKU BUWANA KAPING III ING NGAYOGYAKARTA
#1. BPH. Diponegoro
#2. RM. Djonet Dipomenggolo
#3. RM. Harjo Dipotjokro Menggolo
 

KETURUNAN

#3. RM. HARJO DIPOMENGGOLO (PANGERAN GRINGSING I)   
 3.1. RM. HARJO DIPOTJOKRO HADIMENGGOLO (PANGERAN GRINGSING II)
 3.1.1. RM.HARJODIPO HADIKUSUMA (PANGERAN GRINGSING III)
 3.1.1.1. R.DR. HARTO PURWOWASONO DIPONEGORO (Eyang Hertog)
 3.1.1.1.1. R.Ngt. SRI DEWI Diponegoro (Magetan)
 3.1.1.1.1.1. R.Wisnu Wibowo Diponegoro (Magetan)
 3.1.1.1.1.1.1. R.Ngt. Kartika Ishianan Wisnu Wardhani Diponegoro (Magetan)
 3.1.1.1.1.1.2. Rb.Nafi Wianditra Hafri Nugraha Diponegoro (Magetan)
 3.1.1.1.1.2. R.Krisna Putra Diponegoro (Cilegon)
 3.1.1.1.1.2.1. Rb.Satrio Bagus Eka Putra Diponegoro (Cilegon)
 3.1.1.1.1.2.2. Rb.Bimo Bagaskoro Diponegoro (Cilegon)
 3.1.1.1.1.2.3. Rr.Aisya Rahmania Putri Diponegoro (Cilegon)
 3.1.1.1.1.3. R.Ngt. Dewi Pancawati Diponegoro (Surabaya)
 3.1.1.1.1.3.1. Rb.Hade Pratama Diponegoro (Surabaya)
 3.1.1.1.1.3.2. Rr.Alya Nismara Cayadewi Diponegoro (Surabaya)
 3.1.1.1.1.3.3. Rb.Muhammad Ayman Arshq Ramadhan Diponegoro (Surabaya) 
 
 3.1.1.1.2. R.Heno Erlangga Diponegoro, SH (Karanganyar)
 3.1.1.1.2.1. R.Wibowo Kusumo Winoto Diponegoro, SH (Karanganyar)
 3.1.1.1.2.2. R.Ngt. Retno Wulandari Diponegoro, SH (Karanganyar)
 3.1.1.1.2.3. R.Ngt. Kustini Kusumo Wardhani Diponegoro, S.Sn (Karanganyar)
 3.1.1.1.2.4. R.Putra Wisnu Wardhana Diponegoro (Karanganyar)
 3.1.1.1.2.5. R.Bayu Giri Prakosa Diponegoro, SE. MSi (Karanganyar)
 3.1.1.1.3. R. Putra Wisnu Agung Diponegoro (Agung Dipo)
 3.1.1.1.3.1. R. Putra Wisnu Agung Diponegoro (Agung Dipo)
 3.1.1.1.3.2. R. Putra Wisnu Agung Diponegoro (Agung Dipo)
 3.1.1.1.3.3. R. Putra Wisnu Agung Diponegoro (Agung Dipo)
 
 3.1.1.1.4. R. Ngt. Gusti Laksmi Mahadewi Sri Diponegoro
 3.1.1.1.5. R. Ngt. Gusti Maya Brahma Diponegoro
 3.1.1.1.6. R. Nalendro Wibowo Diponegoro
 
 3.1.1.1.7. R. Ngt. Dwi Wahyuni Kusuma Wardhani Diponegoro
 3.1.1.1.7.1. Rb. Supratama Dwipa Diponegoro
 3.1.1.1.7.2. Rb. Gusti Atmojo Suryo Menggolo Diponegoro
 3.1.1.1.7.3. Rr. Ambar Rukmini Diponegoro
 3.1.1.1.8. R. Putra Kusuma Wardhana Diponegoro
 3.1.1.1.9. R. Kesuma Hendra Putra Diponegoro
3.1.1.1.10.R. Ngt. Putri Laksmini Murni Diponegoro
1144/7 <51> RM. H. Harjo Abdul Manap Dipomenggolo [Hamengku Buwono]
الميلاد: 1834c, Bogor (Jabaru)
1155/7 <51+?> RM. Sahid Angkrih [Hamengku Buwono]
الميلاد: 1835c, Bogor (Jabaru)
Catatan Admin : Endang Suhendar alias Idang

ASAL-USUL

RADEN MAS SAHID ANKRIH lahir di Jabaru-Bogor sekitar tahun 1835 putra ke 4 dari 7 bersaudara dari pasangan orang tua RADEN MAS DJONET DIPOMENGGOLO (Generasi ke 2 dari Sultan HB III) dengan NYIMAS AYU FATIMAH (asli Bogor) dikaruniai 3 orang anak : 1. RM. ASMINI 2. RM. IDRIS 3. RM. ONDUNG


Image:Kraton3.jpg SILSILAH KELUARGA (Dari Pancer Bapak)

#0. KANJENG SULTAN HAMENGKU BUWANA KAPING III ING NGAYOGYAKARTA
#1. BPH. Diponegoro
#2. RM. Djonet Dipomenggolo
#3. RM. Sahid Ankrih
 

KETURUNAN

#4. RM. SAHID ANKRIH   
 4.1. RM. ASMINI
 4.1.1. RM. ASMININ
 4.1.1.1. R. Abdul Latif
 4.1.1.1.1. R. Komarudin
 4.1.1.1.1.1. R. Muhammad
 4.1.1.1.1.2. R. Aah Mafahir
 4.1.1.1.1.3. R.Ust. Abdul Wafa
 4.1.1.1.1.4. R. Ahmad Hujatullah
 4.1.1.1.1.5. R. Euis Nurhayati
 4.1.1.1.1.6. R. Bunyamin
 4.1.1.1.1.7. R. Nikmatullah
  
 4.1.1.2. R. Armani
 4.1.1.2.1. R. AL. KH. Darma
 4.1.1.2.1.1. R. KH. Maksum
 4.1.1.3. R. Jenab
 4.1.1.4. R. Murnas
 4.1.1.5. R. Abdurrohim
 4.1.2.6. R. Abdurrohman
 
 4.1.2.  R. Mali
 4.1.3. RM. MINAU
 4.1.4. RM. IKING
 4.1.5. NYIMAS RAy. UMMI
 4.2. RM. IDRIS
4.3. RM. ONDUNG
1106/7 <48+39> Bendoro Raden Ayu Adipati Mangkubumi [Hb.5.8] / Bendoro Raden Ayu Sukinah [Gp.Hb.7.11.1] [Hamengku Buwono V]
1167/7 <51+?> NYI MAS RAy. Ukin [Hamengku Buwono]
الميلاد: 1836c, Bogor (Jabaru)
1178/7 <51+?> Raden Ayu Okah / Nyi Mas Okah [Hamengku Buwono III]
الميلاد: 1837c, Bogor (Jabaru)
879/7 <49+37> Kanjeng Sultan Hamengku Buwono VII / Gusti Raden Mas Murtejo [Hb.6.1] (Sinuhun Behi) [Hamengku Buwono VI]
الميلاد: 4 فبراير 1839, Yogyakarta
الزواج: <58> Gusti Kanjeng Ratu Mas ? ([Gp.Hb.7.2], Joyodipuro) [?] و 1892
الزواج: <59> Bendoro Raden Ayu Retnojuwito ? (Ga.Hb.7.6) [?]
الزواج: <60> 2. Gusti Kanjeng Ratu Kencono II [Gp.Hb.7.3] (Bendoro Raden Ayu Ratna Sri Wulan) [Hamengku Buwono II]
الزواج: <61> Bendoro Raden Ayu Ratnaningsih ? (Ga.Hb.7.1) [?]
الزواج: <62> Bendoro Raden Ayu Ratnaningdia ? ([Ga.Hb.7.2]) [?]
الزواج: <63> Bendoro Raden Ayu Retnohadi ? (Ga.Hb.7.3) [?]
الزواج: <64> Bendoro Raden Ayu Retnodewati [Ga.Hb.7.5] [?]
الزواج: <65> Bendoro Raden Ayu Rukmidiningdia [Ga.Hb.8.5] [Hb.6.9.3.1] (Bendoro Raden Ayu Rukhihadiningdyah) [Hamengku Buwono VI]
الزواج: <66> Bendoro Raden Ayu Retnosangdiah ? ([Ga.Hb.7.4]) [?]
الزواج: <67> Bendoro Raden Ayu Pujoretno [Ga.Hb.7.9] [?]
الزواج: <68> Bendoro Raden Ayu Pujoretno [Ga.Hb.7.9] [?]
الزواج: <69> Kanjeng Bendoro Raden Ayu Retnopurnomo [Ga.Hb.7.10] [?]
الزواج: <70> Bendoro Mas Ayu Retnojumanten [Ga.Hb.7.11] [?]
الزواج: <71> Bendoro Raden Ayu Retnodewati [Ga.Hb.7.5] [?]
الزواج: <72> Bendoro Raden Ayu Retnomurcito [Ga.Hb.7.8] [?]
الزواج: <73> Bendoro Raden Ayu Retnomandoyo [Ga.Hb.7.13] [Danurejo] و 30 ديسمبر 1931
الزواج: <74> Bendoro Raden Ayu Dewo Retno [Ga.Hb.7.7] [?]
الزواج: <75> Raden Ajeng Centhung [Pl.Hb.7.1] [?]
الزواج: <76> Raden Roro Sumodirejo [Pl.Hb.7.2] [?]
الزواج: <77> Bendoro Raden Ayu Retnoliringhasmoro [Ga.Hb.7.16] [?]
الزواج: <78> Bendoro Raden Ayu Retnosetyohasmoro [Ga.Hb.7.15] [?]
الزواج: <79> Bendoro Raden Ayu Retnorenggohasmoro [Ga.Hb.7.14] [?]
الزواج: <80> Bendoro Raden Ayu Retnowinardi [Ga.Hb.7.12] [?]
الزواج: <110!> Bendoro Raden Ayu Adipati Mangkubumi [Hb.5.8] / Bendoro Raden Ayu Sukinah [Gp.Hb.7.11.1] [Hamengku Buwono V] م 1836, Yogyakarta
الطلاق: <110!> Bendoro Raden Ayu Adipati Mangkubumi [Hb.5.8] / Bendoro Raden Ayu Sukinah [Gp.Hb.7.11.1] [Hamengku Buwono V] م 1836
الزواج: <57!> Gusti Kanjeng Ratu Kencana [Gp.Hb.7.1] (Bendara Raden Ayu Retno Sriwulan) [Sentot Alibasa] , Yogyakarta
اللقب المميّز: 13 أغسطس 1877 - 29 يناير 1920, Yogyakarta, Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Kanjeng Sri Sultan Hamengku Buwana Senopati ing Alaga Ngah 'Abdu'l-Rahman Saiyid'din Panatagama Khalifatu'llah Ingkang Jumeneng Kaping VII
الطلاق: <81> Bendoro Raden Ayu Tejaningrum [?] , Yogyakarta
الوفاة: 30 ديسمبر 1921, Yogyakarta
Image:hb-vii.jpeg

Sri Sultan Hamengkubuwana VII (Bahasa Jawa:Sri Sultan Hamengkubuwono VII, lahir: 1839 – wafat: 1931 adalah raja Kesultanan Yogyakarta yang memerintah pada tahun 1877 – 1920. Ia dikenal juga dengan sebutan Sultan Ngabehi atau Sultan Sugih.(Bahasa Jawa:Sri Sultan Hamengkubuwono VII, lahir: 1839 – wafat: 1931 adalah raja Kesultanan Yogyakarta yang memerintah pada tahun 1877 – 1920. Ia dikenal juga dengan sebutan Sultan Ngabehi atau Sultan Sugih.

Riwayat Pemerintahan Nama aslinya adalah Raden Mas Murtejo, putra Hamengkubuwono VI yang lahir pada tanggal 4 Februari 1839. Ia naik takhta menggantikan ayahnya sejak tahun 1877.

Pada masa pemerintahan Hamengkubuwono VII, banyak didirikan pabrik gula di Yogyakarta, yang seluruhnya berjumlah 17 buah. Setiap pendirian pabrik memberikan peluang kepadanya untuk menerima dana sebesar Rp 200.000,00. Hal ini mengakibatkan Sultan sangat kaya sehingga sering dijuluki Sultan Sugih[rujukan?].

Masa pemerintahannya juga merupakan masa transisi menuju modernisasi di Yogyakarta. Banyak sekolah modern didirikan. Ia bahkan mengirim putra-putranya belajar hingga ke negeri Belanda.

Pada tanggal 29 Januari 1920 Hamengkubuwono VII yang saat itu berusia 81 tahun memutuskan untuk turun takhta dan mengangkat putra mahkota sebagai penggantinya. Konon peristiwa ini masih dipertanyakan keabsahannya karena putera mahkota(GRM. Akhadiyat, putra HB VII nomor 14) yang seharusnya menggantikan tiba-tiba meninggal dunia dan sampai saat ini belum jelas penyebab kematiannya.

Dugaan yang muncul ialah adanya keterlibatan pihak Belanda yang tidak setuju dengan putera Mahkota pengganti Hamengkubuwono VII yang terkenal selalu menentang aturan-aturan yang dibuat pemerintah Batavia.

Biasanya dalam pergantian takhta raja kepada putera mahkota ialah menunggu sampai sang raja yang berkuasa meninggal dunia. Namun kali ini berbeda karena pengangkatan Hamengkubuwono VIII dilakukan pada saat Hamengkubuwono VII masih hidup.<--, bahkan menurut cerita masa lalu sang ayah diasingkan oleh anaknya pengganti putera mahkota yang wafat ke Pesanggrahan Ngambarrukma di luar keraton Yogyakarta.-->

Hamengkubuwono VII dengan besar hati mengikuti kemauan sang anak (yang di dalam istilah Jawa disebut mikul dhuwur mendhem jero) yang secara politis telah menguasai kondisi di dalam pemerintahan kerajaan. Setelah turun takhta, Hamengkubuwono VII pernah mengatakan "Tidak pernah ada raja yang meninggal di keraton setelah saya" yang artinya masih dipertanyakan. Sampai saat ini ada dua raja setelah dirinya yang meninggal di luar keraton, yaitu Hamengkubuwono VIII meninggal dunia di tengah perjalanan ke luar kota dan Hamengkubuwono IX meninggal di Amerika Serikat. Bagi masyarakat Jawa adalah suatu kebanggaan jika seseorang meninggal di rumahnya sendiri. Hamengkubuwono VII meninggal di Pesanggrahan Ngambarrukma pada tanggal 30 Desember 1931 dan dimakamkan di Imogiri. Silsilah Anak tertua dari Sultan Hamengkubuwana VI dan istri pertamanya RAy Sepuh/GKR Sultan/GKR Agung dan diangkat anak oleh Ratu Kencana. Memiliki delapan belas istri: 1.BRA Sukina/BRA Mangku Bumi (b. 1836), putri termuda Sultan Hamengkubuwana V dengan istri keduanya BRAy Dewaningsih. 2.GKR Mas, putri dari KRT Jayadipura atau dari Pangeran Suryadiningrat. 3.GKR Kencana/GKR Wandhani, putri dari Raden 'Ali Basa 'Abdu'l-Mustafa Senthot Prawiradirja. 4.GKR Kencana II/BRAy Ratna Sri Wulan, putri dari BPH Adi Negara. 5.BRAy Ratnaningsi. 6.BRAy Ratnaningdia. 7.BRAy Ratna Adi. 8.BRAy Ratnasangdia. 9.BRAy Ratnajiwata. 10.BRAy Puryaningdia. 11.BRAy Devaratna. 12.BRAy Puspitaningdiya. 13.BRAy Srengkara Adinindia. 14.BRAy Rukmidiningdia. 15.BRAy Ratna Adiningrum. 16.BRAy Ratna Puspita. 17.BRAy Tejaningrum. 18.BRAy Ratna Mandaya, putri dari Patih Dhanuraja VI.

Versi lain mengatakan bahwa Hamengkubuwono VII meminta pensiun kepada Belanda untuk madeg pandito (menjadi pertapa) di Pesanggrahan Ngambarrukma (sekarang Ambarrukma). Sampai saat ini bekas pesanggrahan itu masih ada dan di sebelah timurnya dulu pernah berdiri Hotel Ambarrukma yang sekarang sudah tidak ada lagi.
10710/7 <49+37> Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Mangkubumi [Hb.6.11] (Gusti Pangeran Haryo Hadikusumo) [Hamengku Buwono VI]
10911/7 <48+42> Kanjeng Gusti Timur Muhammad Suryengalogo [Hb.5.9] / Raden Mas Muhammad [Hb.3.2.22.1] [Hamengku Buwono V]
Pada saat Sultan Hamengku Buwono ke V wafat, beliau belum mempunyai anak laki-laki sebagai pewaris kesultanan, karena anaknya yang ada, semuanya wanita, sedang permaisuri yaitu Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Sekar Kedaton sedang hamil tua, yang kemudian 13 hari setelah Sultan Hamengku Buwono V wafat, melahirkan seorang anak laki-laki dan anak tersebut diberi nama Gusti Timur Muhammad, dimana setelah berumur 12 tahun mendapat gelar Gusti Pangeran Haryo (GPH) Suryengalogo.

Karena Gusti Muhammad masih bayi, dan untuk mengisi kekosongan tahta kesultanan maka diangkatlah Pangeran Mangkubumi (adik dari Sultan Hamengku Buwono V) menjadi Sultan Hamengku Buwono ke VI, dengan persyaratan bahwa apabila setelah dewasa Gusti Muhammad akan diangkat menjadi Sultan berikutnya. Namun ternyata Sultan lebih memilih menunjuk putranya menjadi pengganti (putra mahkota) yang nantinya akan menjadi Sultan Hamengku Buwono VII.

Hal tersebut menimbulkan kekecewaan pada keluarga Hamengku Buwono V, terutama GKR Sekar Kedaton dan GPH Suryengalogo yang kemudian memulai perlawanan kepada Sultan Hamengku Buwono VII. Kemudian GKR Sekar Kedaton dan GPH Suryengalogo diputuskan bersalah telah memberontak dan “DIPINDAHKAN DARI YOGYAKARTA KE MANADO SELEBES” dengan Surat Keputusan dari Kesultanan Yogyakarta Hamengku Buwono VII yang disampaikan melalui Dipati Danureja dan Residen Befembag berbunyi sebagai berikut: “Surat Peringatanku aku Kanjeng Narendra, yang menguasai negeri Kerajaan Ngayogya, sabdaku ini : Tuan Kanjeng Prameswari dan Kangmas Pangeran Suryengalogo berdua, aku pindahkan dari negeri Ngayogya ke negeri Menado, sebab uwa, kangmas berani membangkang (mbalelo) pada Raja. Pergi dari kota tanpa pamit, serta berbuat perang sabil; membunuh perajurit Usar, abdi Kanjeng Gupermen Belanda. Karena itu Kangmas serta Uwa Jeng Prameswari kesalahan membangkang pemerintahan Raja. Tanggal 11 April 1883.”

Dengan berdasarkan Surat Keputusan dari Kesultanan tersebut diatas GKR Sekar Kedaton dan GPH Suryengalogo beserta istri pertama berikut anaknya, dan juga semua pengikutnya, berangkat dengan diantar oleh Residen untuk naik kapal laut dari Semarang menuju Manado. Di Manado bertemu dengan saudara-saudaranya yang telah lebih dahulu dipindahkan dari Yogyakarta ke Manado, yaitu Bendoro Pangeran Haryo Hadiwijoyo (putra Sultan Hamengku Buwono VI dan saudara dari Sultan Hamengku Buwono VII) beserta istri dan anaknya, menjemput rombongan dari Jogyakarta di kapal dan mempersilahkan agar Prameswari dan GPH Suryengalogo menempati rumah mereka di kampung Pondol.

GPH Suryengalogo, 4 tahun kemudian memanggil istri keduanya yaitu Raden Ayu Dayaningsih yang ada di Yogyakarta untuk tinggal di Manado, dan setahun kemudian mempunyai 1 anak laki-laki yang elok rupanya. Tetapi Raden Ayu Dayaningsih cepat meninggalkan segala-galanya. GPH Suryengalogo akhirnya wafat di Manado pada tanggal 12 Januari 1901. Setelah beliau meninggal dunia, GKR Sekar Kedaton dibelikan rumah oleh Sultan Hamengku Buwono VII untuk ditempati oleh beliau bersama anak dan cucunya. Kanjeng Bendoro Pangeran Haryo (BPH) Hadiwijoyo sudah dianggap sebagai anaknya sendiri oleh GKR Sekar Kedaton, apalagi setelah GPH Suryengalogo meninggal dunia.

BPH Hadiwijoyo pun akhirnya meninggal dunia pada tahun 1916, dan dimakamkan di Manado, tetapi kemudian oleh para keturunannya makamnya dipindahkan ke Hastorenggo Kotagede Yogyakarta.
10812/7 <49+37> Gusti Pangeran Haryo Puger [Hb.6.20] [Hamengku Buwono VI]
12213/7 <48+39> Gusti Bendoro Raden Ayu Angabehi [Hb.5.1] / Bendoro Raden Ayu Gondokusumo [Gp.Hb.6.3] [Hamengku Buwono V]
13114/7 <59> Kanjeng Pangeran Adipati Aryo Danurejo VII / Raden Mas Bambang Ryanto (Kanjeng Raden Tumenggung Yudonegoro V) [Danurejo]
الميلاد: 20 نوفمبر 1869
الزواج: <414!> Gusti Kanjeng Ratu Ayu [Hb.7.36] [Hamengku Buwono VII]
الزواج: <417!> Gusti Bendoro Raden Ayu Yudonegoro II [Hb.7.19] (Bendoro Raden Ayu Cokdrodiningrat) [Hamengku Buwono VII]
العمل: 1 مارس 1912 - October 1933, Yogyakarta, Pepatih Dalem Kesultanan Yogyakarta bergelar Kanjeng Pangeran Haryo Adipati Danurejo VII
الوفاة: 1933, Yogyakarta, Dimakamkan di makam Cendonosari dusun Wonocatur, Banguntapan, Bantul
KPAA Danurejo VII atau KPH Tjokordiningrat, seniman yang pertama kali mengadakan pertunjukan wayang wong di luar Kraton Pada masa Sri Sultan Hamengku Buwana VII penyelenggaraan pergelaran wayang wong di luar kraton tidak mudah seperti sekarang ini. Itulah sebabnya KPH Tjokrodiningrat mencari akal supaya dapat mementaskan wayang wong di luar Kraton, tetapi tidak menyamai wayang wong di dalam Kraton. Karena itu diciptakan Langen Mandra Wanara dimana semua tarian-tarian dilakukan dengan jongkok dan dialognya dengan tembang. Ternyata dengan terciptanya ” Langen Mandra Wanara ” dapat mengobati rakyat yang telah lama menunggu dan haus akan wayang wong asli di luar benteng kraton . Maka tiap-tiap latihan, rakyat dari segala penjuru kasultanan berduyun-duyun membanjiri halaman halaman Yudonegaran untuk menyaksikannya. Lebih-lebih jika ada ” Langen Mandara Wanara ” untuk setiap keperluan dimana para pemain berpakaian wayang lengkap dengan segala alat-alatnya, rakyat antusias menyaksikannya.
14615/7 <53> Raden Mas Soerjopranoto [Paku Alam III]
الميلاد: 11 يناير 1871, Yogyakarta
الزواج: <104> Djauharin Insjiah [Abdussakur] و 1951
الوفاة: 15 October 1959, Cimahi
10616/7 <49+37> Gusti Pangeran Haryo Suryoputro [Hb.6.22] [Hamengku Buwono VI]
الميلاد: 1872?
9917/7 <49+37> Gusti Kanjeng Ratu Bendoro [Hb.6.13] [Hamengku Buwono VI]
12518/7 <57+87!> Kanjeng Gusti Pangeran Haryo Mangkukusumo [Hb.7.17] (Gusti Raden Mas Puntoaji) [Hamengku Buwono VII]
8819/7 <50+75!> Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Ario Paku Alam VII / Bendoro Raden Mas Aryo Surarjo [Paku Alam VII]
الميلاد: 9 ديسمبر 1882, Yogyakarta
اللقب المميّز: 16 October 1906, Yogyakarta, Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Ario Prabu Suryodilogo
اللقب المميّز: 16 October 1906 - 16 فبراير 1937, Yogyakarta, Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Ario Paku Alam VII
الزواج: <115> Gusti Bendoro Raden Ayu Retno Puwoso [Pakubuwono X] , Yogyakarta
الوفاة: 16 فبراير 1937, Kulon Progo
الدفن: 18 فبراير 1937, Kulon Progo
BRMH Surarjo (lahir di Yogyakarta, 9 Desember 1882 – meninggal 16 Februari 1937 pada umur 54 tahun) adalah putra Paku Alam VI dari permaisuri. Ia ditinggal mangkat oleh ayahnya saat masih menyelesaikan studi di HBS Semarang. Sambil menunggu Surarjo menyelesaikan studi, Pemerintah Hindia Belanda mengangkat sebuah Raad van Beheer/Dewan Perwalian Pakualaman untuk menyelenggarakan pemerintahan Pakualaman sehari-hari. Akhirnya pada 16 Oktober 1906 ia diangkat oleh Pemerintah Hindia Belanda sebagai penguasa tahta Pakualaman dengan gelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Ario Prabu Suryodilogo. Namun upacara resmi pentahtaan baru dilaksanakan pada 17 Desember tahun yang sama.

Setelah bertahta Prabu Suryodilogo, bekerjasama dengan Pemerintah Hindia Belanda, mengadakan beberapa pembaruan dibidang sosial dan agraria. Kemudian ia juga mereformasi bidang pemerintahan dengan mulai menerbitkan rijksblad (semacam lembaran Negara) untuk daerah Pakualaman. Pengertian yang konservatif secara berangsur digantikan dengan pikiran yang modern dan berpandangan luas. Pada 10 Oktober 1921 pengganti Paku Alam VI menggunakan gelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Ario Paku Alam VII dan oleh Pemerintah Hindia Belanda diberi pangkat Kolonel tituler. Pembaruan tidak berhenti pada tahun itu tetapi terus berlanjut, terutama dalam penyempurnaan pengelolaan anggaran keuangan. Pemerintah desa pun tidak luput dari pembenahan dan reorganisasi. Status kewarganegaraan penduduk dipertegas dengan membedakan antara warga Negara (kawulo kerajaan/kadipaten) dan bukan warga Negara (kawulo gubermen).

Disamping pemerintahan perhatian Paku Alam VII juga tertuju pada kesenian. Pagelaran wayang orang berkembang dengan baik. Dalam kesempatan menerima tamu-tamu dari luar negeri ia acapkali menjamu mereka dengan wayang orang dan beksan (tari-tarian klasik). Dalam bidang pendidikan ia mengijinkan sekolah-sekolah berdiri di daerah Adikarto (bagian selatan Kabupaten Kulon Progo sekarang) serta mengadakan sebuah lembaga beasisiwa untuk menjamin kelanjutan studi bagi mampu melanjutkan studi ke jenjang lebih tinggi.

Pada 5 Januari 1909 Paku Alam VII menikah dengan GBRA Retno Puwoso, Putri dari Pakubuwono X, Sunan Surakarta. Seluruh putra-putrinya ada 7 orang. Ketika putra mahkota berkunjung ke Nederland untuk menghadiri pesta perkawinan Putri Mahkota Belanda Juliana dan Pangeran Bernard, Paku Alam mangkat. Ia meninggal pada 16 Februari 1937 dan dimakamkan pada 18 Februari tahun yang sama di Girigondo Adikarto (sekarang bagian selatan Kabupaten Kulon Progo).
16820/7 <84+54!> w Raden Mas Noto Soeroto [Paku Alam V]
الميلاد: 5 يونيو 1888, Yogyakarta
الزواج: <116> Johanna Adriana Catharina Wilhelmina Meijer [Meijer] م 15 سبتمبر 1897
الوفاة: 25 نوفمبر 1951, Surakarta
8621/7 <53> Raden Mas Soewardi Soerjaningrat (Ki Hajar Dewantara) [Paku Alam III]
الميلاد: 2 مايو 1889, Yogyakarta, Indonesia
الزواج: <154!> R. A. Soetartinah [Paku Alam III] م 14 سبتمبر 1890
الوفاة: 26 ابريل 1959, Yogyakarta
15422/7 <83+166!> R. A. Soetartinah [Paku Alam III]
الميلاد: 14 سبتمبر 1890
الزواج: <86!> Raden Mas Soewardi Soerjaningrat (Ki Hajar Dewantara) [Paku Alam III] م 2 مايو 1889 و 26 ابريل 1959
16223/7 <83+166!> Raden Mas Johannes Soedarto Sosroningrat [Paku Alam III]
الميلاد: 25 ديسمبر 1895, Yogyakarta
الزواج: <167!> Raden Ajeng Siti Pailah [Paku Alam III] م 17 يوليو 1902
16324/7 <83+166!> R. A. Maria Soelastri Sosroningrat [Paku Alam III]
الميلاد: 22 ابريل 1898, Yogyakarta
الزواج: <117> Raden Mas Jacobus Soejadi Darmosapoetro [Darmosapoetro]
الوفاة: 18 سبتمبر 1975, Semarang
الدفن: Kompleks Gua Maria Kerep, Ambarawa, Semarang
Sedari kanak-kanak hingga remaja, Maria Soelastri begitu tertarik mempelajari budaya bangsa lain, termasuk diantaranya budaya barat, untuk menjawab rasa ingin tahu beliau kenapa tanah air Indonesia dikuasai bangsa barat. Sebaliknya, ayahanda beliau, Pangeran Sasraningrat, sangat menaruh minat pada Kesusasteraan Jawa Kuno dengan pergolakan-pergolakan dan perubahan jamannya. Kegiatan beliau dalam bidang jurnalistik membawa beliau berkenalan dengan tamu-tamu dari luar daerah, juga dari Batavia. Salah satunya adalah Dr. Hazeu, penasehat urusan pemerintahan jajahan, yang membawa serta seorang anggota Misi Gereja Katolik untuk Jawa Tengah yaitu Romo van Lith. Romo van Lith yang kemudian sering berkunjung untuk mempelajari Sastra Jawa, adat istiadat dan kebudayaan Jawa.

Th. 1906 dengan rekomendasi Romo van Lith dan disetujui ibunda B.R.A. Sasraningrat masuklah Ibu Maria Soelastri ke Europeese Meisjesschool dari Ordo Suster Fransiskanes Kidul Loji Mataram, Yogyakarta.

Dari sejarah keluarga Maria Soelastri ini, dan dari lingkungan dan komunitas keluarga yang banyak berhubungan dengan tokoh-tokoh pendidikan pada masa itu, tentu menjadi mudahlah bagi kita untuk dapat memahami sifat dan sikap nasionalisme Maria Soelastri yang kental, amat peduli pada rakyat kecil dan berpikiran maju. Perasaannya yang halus dan mudah tersentuh pada penderitaan kaum lemah begitu kuat, yang kemudian mendorong untuk melakukan suatu tindakan nyata bagi orang-orang di sekitarnya. Secara khusus perhatiannya tercurah pada buruh perempuan di pabrik cerutu Negresco dan pabrik gula di Yogyakarta dan usaha untuk mencarikan jalan keluar bagi kesejahteraan dan masa depan mereka. Dari kaum buruh inilah usaha peningkatan derajat dan martabat wanita pada umumnya dan wanita katolik pada khususnya dimulai.

Saat awal didirikannya Poesara Wanita Katholiek – kelak menjadi Wanita Katolik RI – bersama teman-temannya pada tanggal 26 Juni 1924, yang terpilih sebagai ketua pertamanya adalah adik Maria Soelastri, yaitu R.A. Catharina Soekirin Sasraningrat karena R.A. Maria Soelastri bertempat tinggal di Magelang. Terlihat betapa Maria Soelastri ini amat ‘sepi ing pamrih’ (tak punya pamrih atau ambisi pribadi), namun sepak terjangnya dalam membela kaum buruh dan kegigihannya itu membuatnya mendapat julukan ‘singa betina’ yang amat disegani.

Th. 1914 Ibu R.Ay. Maria Soelastri Sasraningrat dipersunting oleh Dokter Hewan R.M. Jacobus Soejadi Darmosapoetro, yang meskipun seorang pegawai negeri dalam pemerintahan tetapi berideologi politik melawan Politik Kapitalis Kolonial.

Ketika Wanita Katolik RI merayakan ulangtahunnya yang ke-50 di tahun 1974, Maria Soelastri menuliskan sebagian dari pengalaman perjuangannya, dengan antara lain menulis :

Sebagai langkah perjuangan yang pertama Ibu (Maria Soelastri – red) menemui pengusaha-pengusaha Belanda dari Pabrik Cerutu dan Pabrik Gula di Yogyakarta yang kedua-duanya juga beragama katolik. Buruh kedua pabrik ini sebagian besar terdiri dari buruh wanita. Pertemuan berlangsung dalam suasana damai. Pembicaraan diadakan dari hati ke hati dengan berpedoman pada Ensiklik-ensiklik Gereja Katolik, antara lain Rerum Novarum dari Bapak Leo ke XIII di Roma dan Quadragesimo Anno dari Paus Pius XI. Sebagai hasil pembicaraan, dengan segera dibentuklah peraturan-peraturan di kedua belah pabrik tersebut untuk perbaikan nasib para buruhnya pada umumnya dan buruh wanita pada khususnya. Langkah berikutnya dari Organisasi Wanita Katolik meliputi kerja sama dengan Usahawan-usahawan Katolik Belanda untuk mengadakan segala macam perbaikan nasib para buruh. … (Maria Soejadi Darmosaputro Sasraningrat, 24-6-1974) – oleh Iswanti, Kodrat yang Bergerak

Kini buah pikiran dan gagasan ibu R.A. Maria Soelastri Soejadi Sasraningrat telah semakin dikembangkan dan diwujud-nyatakan secara meluas. Dari gagasan yang muncul dari seorang perempuan ningrat yang peduli pada kaumnya, dari sebuah tempat ikrar di Kidul Loji, Yogyakarta, kini telah meluas ke seluruh nusantara. Dan gagasan itu semakin dikembangkan oleh srikandi-srikandi masa kini yang mengambil tongkat estafet dari para pendahulunya, namun sampai sekarang gagasan inti tetap tak lekang oleh waktu, tertuang dalam visi misi organisasi Wanita Katolik RI : demi tercapainya kesejahteraan bersama serta tegaknya harkat dan martabat manusia, dengan dilandasi nilai-nilai Injil dan Ajaran Sosial Gereja.

R.A. Maria Soelastri wafat di Semarang tanggal 8 September 1975 dan dimakamkan di Kompleks Gua Maria Kerep Ambarawa (GMKA).
16725/7 <77> Raden Ajeng Siti Pailah [Paku Alam III]
الميلاد: 17 يوليو 1902, Yogyakarta
الزواج: <162!> Raden Mas Johannes Soedarto Sosroningrat [Paku Alam III] م 25 ديسمبر 1895
8926/7 <49+44> Bendoro Pangeran Haryo Hadiwijoyo [Hb.6.17] [Hamengku Buwono VI]
الزواج: <118> Gusti Raden Ayu Hadiwijoyo / Raden Ajeng Jimah [Hadiwijoyo] و 10 فبراير 1939
الوفاة: 9 فبراير 1916, Mahakeret Manado, Disarekan kembali di Pasarean Hasta Renggo Kotagede Yogyakarta pada Hari Minggu Legi 22 Juli 1990
Bendoro Pangeran Haryo (BPH) Hadiwijoyo adalah putra ke-17 dari Kanjeng Sri Sultan Hamengku Buwono VI. Beliau mempunyai 6 orang putra/putri dari Garwo Padmi yang bernama R.Aj. Jimah (GRA. Hadiwijoyo). BPH. Hadiwijoyo difitnah dan dibuang oleh Belanda ke Manado pada tahun 1875 karena dianggap membenci tindakan baginda Sultan HB VII, Media:https://kanjengratusekarkedaton.blogspot.com/p/sejarah.html sampai wafatnya pada 9 Februari 1916 dan dimakamkan di Mahakeret Manado.

Pada tahun 1883, BPH. Hadiwijoyo bersama istri dan anaknya, menjemput rombongan Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Sekar Kedaton (permaisuri Sultan Hamengku Buwono V) dan putranya Gusti Raden Mas (GRM) Timur Muhammad/Gusti Pangeran Haryo (GPH) Suryengalogo di pelabuhan kapal di Manado, dan mempersilahkan mereka menempati rumah beliau di kampung Pondol. Selama di pengasingan, BPH. Hadiwijoyo ditemani putranya yang bernama RM. Menot. Kemudian disana lahir putra no.6 yang diberi nama RM. Joko Sangkolo. Setelah GPH. Suryengalogo meninggal dunia (1901), GKR. Sekar Kedaton dibelikan rumah oleh Sultan Hamengku Buwono VII sebagai tempat tinggal beliau bersama anak dan cucunya. BPH. Hadiwijoyo sudah dianggap sebagai anak sendiri oleh GKR. Sekar Kedaton.

Kemudian GRA. Hadiwijoyo kembali ke Yogyakarta sampai dengan wafatnya dan dimakamkan di Pasarean Hasta Renggo Kota Gede Yogyakarta (di luar cungkup). BPH. Hadiwijoyo bersumpah tidak akan kembali ke Yogyakarta sebelum saudara yang memfitnahnya wafat, namun ternyata beliau wafat terlebih dahulu. Setelah sekian lama, akhirnya para anggota Trah Hadiwijoyo (Hadiwijayan) bersepakat untuk memindahkan makam BPH. Hadiwijoyo dari Mahakeret Manado ke Pasarean Hasta Renggo Yogyakarta. Rencana ini terelisasi pada tanggal 21 Juli 1990 dimana sebelumnya makam GRA. Hadiwijoyo dibongkar terlebih dahulu dan disandingkan dengan peti BPH. Hadiwijoyo untuk kemudian secara bersama-sama dimakamkan kembali di dalam cungkup.

Keenam Putra/Putri BPH. Hadiwijoyo adalah: 1. RA. Kustiyah (w.VI.17.1) 2. RM. Sutijo / RM. L. Prawirodipuro / RMW. Hatmodijoyo (w.VI.17.2) 3. RM. Subroto / RM. Dutodiprojo / RM. Rio Projomardowo (w.VI.17.3) 4. RA. Sriyati (w.VI.17.4) 5. RM. Sujono / RM. Menot (w.VI.17.5)

6. RM. Joko Sangkolo (w.VI.17.6)
10427/7 <49+37> Gusti Pangeran Haryo Buminoto [Hb.6.18] [Hamengku Buwono VI]
9028/7 <49+44> Bendoro Raden Ayu Mangkuyudo [Hb.6.19] [Hamengku Buwono VI]
9129/7 <49+48> Bendoro Pangeran Haryo Hadiwinoto [Hb.6.12] [Hamengku Buwono VI]
9230/7 <49+47> Bendoro Raden Ayu Suryomurcito [Hb.6.21] [Hamengku Buwono VI]
9331/7 <49+50> Bendoro Raden Ayu Purwodiningrat [Hb.6.8] [Hamengku Buwono VI]
9432/7 <49+49> Bendoro Pangeran Haryo Puruboyo [Hb.6.6] [Hamengku Buwono VI]
9533/7 <49+46> Bendoro Raden Mas Suleman [Hb.6.4] [Hamengku Buwono VI]
9634/7 <49+45> Bendoro Raden Ayu Notoyudo [Hb.6.16] [Hamengku Buwono VI] 9735/7 <49+45> Raden Ajeng Karsinah / Sedo Timur [Hamengku Buwono VI]
9836/7 <49+45> Gusti Kanjeng Ratu Ayu [Hb.6.10] [Gp.Pa.4.1] [Hamengku Buwono VI]
10037/7 <49+37> Gusti Kanjeng Ratu Hangger [Hb.6.3] [Hamengku Buwono VI]
10138/7 <49+37> Gusti Kanjeng Ratu Hanom [Hb.6.7] [Hamengku Buwono VI]
10239/7 <49+37> Gusti Kanjeng Ratu Pembayun [Hb.6.5] [Hamengku Buwono VI]
10340/7 <49+37> Gusti Pangeran Haryo Anom [Hb.6.23] [Hamengku Buwono VI]
10541/7 <49+37> Gusti Pangeran Haryo Suryomataram I [Hb.6.9] [Hamengku Buwono VI]
11842/7 <49+51> Gusti Raden Ajeng Samilah [Hb.6.2] [Hamengku Buwono VI]
11943/7 <49+52> Gusti Raden Ajeng Kusdilah [Hb.6.14] [Hamengku Buwono VI]
12044/7 <49+52> Gusti Kanjeng Ratu Sasi [Hb.6.15] [Hamengku Buwono VI]
12145/7 <48+39> Bendoro Raden Mas Sepuh [Hb.5.2] [Hamengku Buwono V]
12346/7 <48+39> Bendoro Raden Ayu Timur [Hb.5.3] [Hamengku Buwono V]
12447/7 <48+38> Bendoro Raden Ayu Hadiwinoto [Hb.5.7] [Hamengku Buwono V]
12648/7 <57+87!> Gusti Pangeran Haryo Tejokusumo [Hb.7.27] (Gusti Raden Mas Sugiri) [Hamengku Buwono VII]
12749/7 <57+58> Gusti Raden Mas Sukirna [Hamengku Buwono VII]
12850/7 <57> Gusti Pangeran Haryo Notoproyo [Hamengku Buwono VII]
12951/7 <57> Gusti Raden Mas Suhardi [Hamengku Buwono VII]
13052/7 <50> Putri [Pakualam VI] 13253/7 <48+38> Bendoro Raden Ayu Suwardi [Hb.5.4] [Hamengku Buwono V / Hamengku Buwono III]
13354/7 <48+38> Bendoro Raden Ayu Rabingu [Hb.5.5] [Hamengku Buwono V]
13455/7 <48+40> Bendoro Raden Ayu Bumisalamah [Hb.5.6] [Hamengku Buwono V]
13556/7 <65> Kanjeng Raden Tumenggung Gondokusumo [Hb.3.4.3.5.1] [Hamengku Buwono III / Danurejo IV]
13657/7 <57+87!> Gusti Kanjeng Ratu Condrokirono I [Hb.7.8] [Hamengku Buwono VII]
13758/7 <58> Bendoro Raden Mas Haryo Notodiningrat [Pa.4.1] [Paku Alam IV]
13859/7 <58> Bendoro Raden Ayu Surodiningrat [Pa.4.2] [Paku Alam IV]
13960/7 <58> Bendoro Raden Ayu Surodirjo [Pa.4.3] [Paku Alam IV]
14061/7 <70> Raden Mas Nataningrat [Pa.2.1.1.1] [Paku Alam II]
14162/7 <74+56> Raden Ayu Sosroseputro [Pa.3.1.3] [Pa.2.9.4.1] [Paku Alam III] 14263/7 <50+75!> Bendoro Raden Ajeng Amiratna [Pa.6.2] (Bendoro Raden Ayu Mangkudiningrat) [Paku Alam VI] 14364/7 <50> Bendoro Raden Mas Haryo Surtiyo [Pa.6.1] [Paku Alam VI]
14465/7 <76> Raden Sutadiwirya [?]
14566/7 <77> Raden Mas Brotosudirjo [Paku Alam III]
14767/7 <53> Raden Mas Soerjosisworo [Paku Alam III]
14868/7 <53> R. A. Soewartijah Bintang [Paku Alam III]
14969/7 <53> R. A. Soewardinah Soerjopratiknjo [Paku Alam III]
15070/7 <53> Raden Mas Djoko Soewarto [Paku Alam III]
15171/7 <53> Raden Mas Soewarman Soerjaningrat [Paku Alam III]
15272/7 <53> Raden Mas Soertiman Soerjodipoetro [Paku Alam III]
15373/7 <53> Raden Mas Haroen Al Rasid [Paku Alam III]
15574/7 <83+166!> Raden Mas Prawironingrat [Paku Alam III]
15675/7 <83+166!> Raden Mas Notoningrat Soetjipto [Paku Alam III]
15776/7 <83+166!> Raden Mas Soeprapto [Paku Alam III] 15877/7 <83+166!> R. A. Martodirdjo [Paku Alam III]
15978/7 <83+166!> Raden Mas Soerojo Sosroningrat [Paku Alam III]
16079/7 <83+166!> R. A. Soekapsilah [Paku Alam III]
16180/7 <83+166!> Raden Mas Soejatmo [Paku Alam III]
16481/7 <83+166!> Raden Mas Santjojo Sosroningrat [Paku Alam III]
16582/7 <83+166!> R. A. Catharina Soekirin Sosroningrat [Paku Alam III]
16683/7 <85> R. A. Mutmainah [Danurejo II]

8

1891/8 <111+57> RM. KH. Usman Bakhsan Dipomenggolo [Hamengku Buwono]
الميلاد: 1849c, Jabaru, Ciomas
الزواج: <159> 10. Nji R. Kuraesin [Kasultanan Banten] م 1864c
1902/8 <112> 1. RM. H. Brodjomenggolo [Hamengku Buwono]
الميلاد: 1850c
1913/8 <112> 2. RAy. Gondomirah [Hamengku Buwono]
الميلاد: 1852c
الوفاة: 5 يوليو 1908
Catatan Admin : Endang Suhendar alias Idang

mengenai Kalkulasi usia perkawinan dan status perkawinan :

  • Perbedaan usia antara RTA. Suradimenggala dengan RAy. Gondomirah sebanyak (1852-1819) = 33 tahun, ini dapat diartikan bahwa RAy. Gondomirah adalah isteri ke 2 / ke 3.
  • Pernikahan berlangsung pada saat usia RAy Gondomirah mencapai 26 tahun atau pada tahun 1878, dimana RTA. Suradimenggala sudah berusia (1878-1819) = 59 tahun.
1924/8 <112> 3. RM. H. Abas (Penghulu Ciomas) [Hamengku Buwono]
الميلاد: 1854c
العمل:  ?, 1893-1903 Penghoeloe Tjiomas
1965/8 <112> 4. RM. H. Abdulrachman ADI Menggolo (Camat Ciomas) [Hamengku Buwono]
الميلاد: 1855c
Catatan Admin : Endang Suhendar alias Idang


Gerakan Perlawanan Sosial di Tanah Partikelir Ciomas Bogor Tahun 1886

Gerakan perlawanan sosial dikenal juga dengan istilah “gerakan melawan pemerasan”, “gerakan melawan keadaan”, atau “gerakan melawan peraturan yang tidak adil”. Dalam istilah kolonial, peristiwa perlawanan semacam itu dikategorikan sebagai “ganguan ketentraman”, “huru-hara”, “kerusuhan”, atau “gerakan rohani”. Suatu ciri umum, bahwa hampir semua gerakan perlawanan sosial peristiwanya terjadi di tanah Partikelir (particultire landerijen). Sebab – sebab timbulnya gerakan tersebut, dipengaruhi oleh terbentuknya tanah partikelir dan situasi – situasi yang mempengaruhinya, antara lain:

Tanah partikelir muncul sejak awal jaman VOC sampai perempatan pertama abad ke-19, sebagai akibat adanya praktik penjualan tanah yang dilakukan oleh orang – orang Belanda. Tanah – tanah tersebut berlokasi disekitar Batavia, dan sebagaian besar berada di daerah pedalaman antara Batavia dan Bogor, daerah Banten, Karawang, Cirebon, Semarang, dan Surabaya. Pada awal kekuasaan VOC tanah tadi dihadiahkan kepada penanggung jawab kententraman dan keamanan di sekitar daerah Batavia, sedangkan sebagian kecil ada yang diberikan kepada kepala – kepala pribumi. Khusus untuk tanah partikelir di daerah Bogor, status kepemilikannya berada ditangan pribadi para Gubernur Jendral yang berlangsung secara berturut – turut. Bagi orang yang menerima tanah tersebut secara leluasa mereka bertindak sebagai tuan tanah dan segera menguasai penggarap anah dengan dikenakan beban berupa pajak tanah (cuke) yang tinggi, serta penyerahan wajib kerja yang berat. Tindakan pemerasan tuan tanah di wilayah pemilikan tanahnya itu membangkitkan gerakan perlawanan sosial yang penampilannya lebih cenderung bermotifkan perasaan dendam yang bersifat milenaristis atau mesianistis. Untuk menghilangkan kegelisahan para petani di daerah tersebut pada masa pemerintahan Deandeles dan Raffles pernah dikeluarkan larangan kepada tuan – tuan tanah untuk memperoleh sepersepuluh dari hasil tanah atau menentukan penyerahan tenaga kerja yang berat. Selanjutnya dalam Peraturan Pemerintah tahun 1836, dinyatakan bahwa pemerintah mempunyai hak untuk melindungi para petani dan mengatur suatu peradilan di tanah partikelir. Tetapi dalam menghadapi kecurangan tuan – tuan tanah, termasuk para pembantunya, pihak pemerintah sangat sulit mengawasinya, sehingga kegelisahan dikalangan petani semakin cenderung untuk mencetuskan gagasan dengan jalan melakukan tindakan kekerasan dalam bentuk perlawanan yang berkesinambungan. Kasus perlawanan petani di tanah partikelir pada periode abad ke-19, banyak terjadi dan seolah – olah merupakan hal yang lumrah.

Menurut letak geografisnya, tanah partikelir Ciomas berada di lereng sebelah utara Gunung Salak. Tanah tersebut menjadi milik tuan tanah setelah dijual oleh Gubernur Jendral Deandels, dengan meliputi areal tanah seluas 9.00 bau (1 bau = 0,8 hektar). Tanah seluas itu dihuni oleh penduduk ± 15.000 jiwa. Seperti di tanah partikelir lainnya di daerah Ciomas pun para petani dihadapkan pada kondisi – kondisi sosial-ekonomi yang tidak menguntungkan, karena tenaganya dieksploitasi oleh tuan tanah, para pengawas, dan petugas tuan tanah lainnya yang menuntut pelayanan kerja yang berat, serta pemenuhan pajak (cuke) yang tinggi. Sebelum meletusnya gerakan petani tersebut, keadaan politik dan ekonomi yang berlaku di daerah Ciomas sendiri, antara lain :

1) Para pemungut pajak sering melakukan praktik, bahwa untuk menuai panen para petani diharuskan menunggu waktu yang ditentukan oleh tuan tanah. Untuk mengawasi panen, tuan tanah menunjuk petugas – petugas dan penjaga yang ditempatkan di sawah – sawah. Oleh karena petugas – petugas dan penjaga tersebut tidak diawasi secara langsung oleh tuan tanah, mereka cenderung untuk menggunakan kedudukannya dengan praktik yang curang terhadap petani. Berbeda dengan kebiasaan yang berlaku di tanah partikelir lainnya, bahwa pada saat panen tiba, penuaian hanya dilakukan oleh petani di daerah itu. Hal ini akan membawa akibat, bahwa sebagian dari hasil panen dapat diserap ke tempat lain, dan dengan sendirinya mengurangi pendapatan petani di Ciomas.

2) Kekurangan pendapatan petani di Ciomas, ditambah lagi dengan kewajiban untuk mengangkut hasil panen milik tuan tanah dari sawah – sawah ke lumbung – lumbung (gudang – gudang padi), yang jaraknya antara 10 sampai 12 paal (= 15 sampai 18 km).

3) Di kebun – kebun dan pabrik – pabrik kopi Ciomas, berlau juga sistem perbudakan yang lebih berat, sehingga berlaku juga kerja paksa, dan kepada buruh yang tidak hadir atau datang terlambat dikenakan peraturan yang keras.

4) Kepada para petani dikenakan juga kewajiban untuk menyerahkan jenis barang tertentu, antara lain penyerahan dua butir kelapa untuk setiap pohon, penyerahan sebatang bambu untuk setiap petak sawah, penyerahan seluruh hasil pohon enau dan kopi yang diwajibkan ditanam di kebun petani yang jumlahnya mencapai 250 batang.

5) Petani dilarang mengekspor padi, kerbau, dan hasil bumi lainnya.

6) Jika petani tidak dapat membayar huangnya, maka akan dikenakan penyitaan atas tanah, rumah, dan kerbaunya.

7) Perluasan kekuasan tuan tanah terhadap petani sampai juga pada pengawasan mengenai penjualan ternak, rumput, kayu, dan penebangan pohon – pohon.

8) Kaum wanita dan anak – anak pun diharuskan bekerja selama sembilan hari untuk setiap bulannya.

Adanya dominasi politik, ekonomi, dan sosial yang dilakukan oleh tuan tanah terhadap kaum petani, telah membawa iklim yang lebih buruk dan pada akhirnya sampai mencapai konflik yang tajam. Salah satu akibat dari pelaksanaan eksploitasi tenaga kerja yang berat dan pemungutan cuke yang tinggi menjelang pecahnya perlawanan petani ialah terjadinya migrasi penduduk dari daerah itu. Bagi mereka yang tidak tahan lagi dengan praktik pemerasan tuan tanah dan merasa terancam akan kehancuran ekonominya segeralah angkat kaki meninggalkan tanah partikelir di Ciomas. Perasaan tidak puas petani untuk bekerja di tanah partikelir lebih nampak nyata ketika menolak kerja paksa di perkebunan kopi, dan mulailah mencetuskan perlawanan secara terbuka yang ditandai dengan tindakan kekerasan.

Perlawanan secara langsung diawali dengan melancarkan pemberontakan tanggal 22 Februari 1886, ketika mereka membunuh Camat Ciomas, Haji Abdurrachim (RM. H. ABDURRACHMAN ADI MENGGOLO), dan masih pada bulan Februari itu juga Arpan bersama kawan – kawannya mengundurkan diri ke Pasir Paok, dan di sana mereka menolak untuk menyerah kepada tentara pemerintah kolonial.

Sebulan sebelum terjadinya kedua peristiwa tadi, Mohammad Idris telah mengundurkan diri ke Gunung Salak. Sekalipun ia lahir di Ciomas, namun dalam perjuangan hidupnya ia selalu berpindah – pindah tempat, seperti ke Sukabumi dan Ciampea. Ia termasuk salah seorang yang sangat membenci tuan tanah dan kaki tangannya. Karena sikapnya itu, maka semakin banyaklah petani pelarian dari tanah partikelir untuk menggabungkan diri. Setelah diadakan pertemuan besar di pondok kecilnya, Idris bersama pengikutnya bersepakat untuk melancarkan penyerangan ke Ciomas. Dan tepat pada hari Rabu malam, tanggal 19 Mei 1886 sesuai dengan rencana semula Idris bersama pengikutnya berhasil menduduki daerah Ciomas bagian selatan. Selama menduduki daerah tersebut mereka tidak melakukan perampokan terhadap gudang – gudang di Sukamantri, Gadong, dan Warungloa. Bahkan sebaliknya mereka menyatakan, bahwa serangan yang dilancarkannya itu tidak dimaksudkan untuk merampok kekayaan, tetapi serangan tersebut hanya ditujukan khusus bagi pribadi tuan tanah. Tanggal 20 Mei 1886 para pemberontak menyelenggarakan upacara sedekah bumi di Gadong, yang dihadiri juga oleh semua pegawai tuan tanah. Upacara tersebut sebenarnya merupakan perayaan tahunan yang dimeriahkan dengan permainan musik, tari – tarian, dan atraksi – atraksi lainnya. Sebagai penutup dari perayaan itu, seolah – olah seperti diberikan aba – aba, bahwa kaum pemberontak setelah melihat pegawai – pegawai tuan tanah yang sesungguhnya bertindak sebagai penindas dan memeras mereka, beberapa diantara pengikut Mohamad Idris segera melampiaskan kemarahannya menyerang agen – agen tuan tanah secra membabi buta. Perayaan sedekah bumi itu berakhir dengan pembunuhan besar – besaran yang ditujukan kepada pegawai – pegawai tuan tanah. Dari peristiwa pembunuhan tersebut, diketahui bahwa sejumlah 40 orang mati dibunuh, dan 70 orang lainnya luka – luka. Tuan tanah beserta keluarganya selamat, karena secara kebetulan mereka tidak hadir dalam upacara itu.

Dari panggung peristiwa perlawanan petani Ciomas itu, jelaslah bahwa yang menjadi sasaran utama dan sebgai musuhnya adalah tuan tanah, pegawai pemerintah kolonial baik asing maupun pribumi, para pedagang, dan lintah darat.

Gerakan perlawanan petani Ciomas memperlihatkan adanya spontanitas baik waktu timbul maupun selama masa berkembangnya, yang ditunjang juga dengan iklim atau situasi politik yang benar – benar telah diperhitungkan akan timbulnya gerakan perlawanan. Peristiwa perlawanan petani Ciomas merupakan suatu corak atau model perjuangan yang berlatar belakang perbedaan kepentingan dan tujuan anara tuan tanah, pemerintah, dan pegawai – pegawai lainnya dengan kaum petani di lain pihak. Pertentangan kepentingan dan tujuan itu, pada akhirnya dapat dilakukan dalam bentuk perlawanan secara keras dari pihak petani sebagai protes akibat tekanan – tekanan yang berat.
1976/8 <112> 5. RM. H. Muhammad Hasan [Hamengku Buwono]
الميلاد: 1856c
1877/8 <105+145> Kanjeng Raden Tumenggung Purboningrat [Hb.6.9.4] [Hamengku Buwono VI]
الميلاد: 10 مارس 1865
2358/8 <105+145> Kanjeng Adipati Prawiropurbo [Hb.6.9.10] (Ndoro Purbo / Raden Mas Kusrin) [Hamengku Buwono VI]
الميلاد: 1869, Yogyakarta
الزواج: <160> Nyi Kasihan [?]
الزواج: <161> Nyai Prawiro Purbo ? (Jiwaningsih) [?] و 1896?
الوفاة: 4 مارس 1933, Yogyakarta
الدفن: 5 مارس 1933, Yogyakarta
1889/8 <87+58> Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Anom Hamengkunegoro I [Hb.7.14] (Gusti Raden Mas Akhadiyat) [Hamengku Buwono VII]
الميلاد: 1873, Yogyakarta
الزواج: <162> Raden Ayu Hamengkunegoro [?]
الزواج: <312!> Raden Ayu Kusumodilogo / Raden Ajeng Siti Rokhiyah [Hb.6.11.30] [Hamengku Buwono VI]
اللقب المميّز: 5 مارس 1883, Yogyakarta, Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Anom Hamengkunegoro Sudibyo Rajaputra Nalendra ing Mataram
30410/8 <107+85> Raden Mas Subarjo [Hb.6.11.8] (Raden Tumenggung Wiroguno) [Hamengku Buwono VI]
الميلاد: 3 نوفمبر 1876, Yogyakarta
الزواج: <163> Raden Ayu Wiroguno [Hb.7.4.1] [Hamengku Buwono VII]
Kanjeng Raden Tumenggung Wiroguno. Putra dari KGPA Mangkubumi dan RAY. Tejomurti ini dilahirkan pada tanggal 3 Nopember 1876 di Yogyakarta. Beliau mempunyai kegemaran melukis dengan cat air dan cat minyak. Beberapa lukisannya terpancang di Kraton Yogyakarta.

K.R.T Wiroguno menjabat Bupati Patih Kadipaten Yogyakarta termasuk empu gendhing yang unggul. Disamping itu beliau masih melanjutkan membina corak pagelaran tari ciptaan ayahnya , Pangeran Mangkubumi, yaitu Langendriya. Beliau juga menciptakan dan mengembangkan tari golek putri, ikut serta membina Perkumpulan Tari Krida Beksa Wirama dan aktif membina penyiaran gendhing-gendhing atau seni suara melalui siaran radio pada masa itu.

Hasil Karya K.R.T Wiroguno antara lain : 1) menyusun teori dan pedoman seni gendhing dan suara gaya Mataraman, 2) menciptakan notasi gendhing gaya Mataraman dengan not balok, 3) menyusun suatu lokasi gendhing-gendhing Mataram dalam suatu buku tulisan tangan mulai tahun 1919,

4) mencipta dan menggubah tidak kurang dari 100 buah gendhing, baik gendhing Ageng maupun gendhing alit.
17611/8 <89+118> Raden Mas Wedana Hatmodidjojo [Hb.6.17.2] Raden Mas Lurah Puspoatmojo [Hamengku Buwono VI / Hadiwijoyo]
الميلاد: 1878, Yogyakarta
الوفاة: 27 ابريل 1943, Yogyakarta
28312/8 <87+58> Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Anom Hamengkunegoro III [Hb.7.20] (Gusti Raden Mas Putro) [Hamengku Buwono VII]
Sampeyan Dalem Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Anom (SDKGPAA) Hamengkunegoro Sudibyo Raja Putra Narendra Mataram (III) adalah putra dari Ngarso Dalem Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Kanjeng Sultan Hamengku Buwono Senopati ing Alogo Abdulrachman Sayidin Panatagama Kalifatulah Ingkang Jumeneng Kaping VII (Sri Sultan Hamengku Buwono VII), Keraton Yogyakarta.

Terlahir dengan nama Gusti Raden Mas (GRM) Putro, dari permaisuri, Gusti Kanjeng Ratu Hemas, pada tanggal 8 Maret 1879.

GRM Putro yang telah menyandang gelar Gusti Pangeran Harya (GPH) Purubaya dilantik menjadi Putra Mahkota Keraton Yogyakarta bergelar SDKGPAA Hamengkunegoro III menggantikan kakandanya SDKGPAA Hamengkunegoro II yang dikarenakan kesehatannya kurang memadai, dilepaskan haknya sebagai Putera Mahkota dan diturunkan derajat kepangeranannya menjadi Kanjeng Gusti Pangeran Adipati (KGPA) Juminah. Gelar GPH Purubaya diwariskan kepada adindanya GRM Sujadi.

Sebagai Putra Mahkota, SDKGPAA Hamengkunegoro III memiliki seorang patih Kadipaten yaitu Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Wiroguno. Bendera yang digunakan adalah Kyai Pare Anom, yang berwarna Hijau dan Kuning sebagai lambang Putra Mahkota. Seluruh kakandanya dan sanak saudaranya yang lebih tua memanggilnya dengan sebutan Kanjeng Gusti, sedangkan adik-adiknya menyebutnya dengan Rama Gusti sebagai tanda wakil dari ayahandanya selaku Sultan.

Di bidang seni & sastra, selain aktif sebagai penari Keraton dengan membawa tokoh sebagai Raden Gatutkaca / Purubaya, SDKGPAA Hamengkunegoro III juga menulis Serat Bharatayudha.

Di bidang pendidikan, SDKGPAA Hamengkunegara III mendirikan sekolah bagi para putra bangsawan keraton dan juga keluarga para sentana dalem di Pagelaran Keraton Yogyakarta, yang kemudian terkenal dengan nama Sekolah Keputran. ( Keputran diambil dari nama kecil beliau, PUTRO )

Di bidang lingkungan hidup & industri, SDKGPAA Hamengkunegoro III didampingi pamandanya KGPA Mangkubumi, membangun industri perkebunan vanilli di Pakem dan mereboisasikan Kaliurang. Disamping itu beliau juga membangun Pabrik Gula di Madukismo dan tambang Mangaan di Kulon Progo untuk meningkatkan perekonomian kerajaan dan sekaligus menciptakan lapangan kerja juga menaikkan taraf hidup rakyat.

Seringkali SDKGPAA Hamengkunegoro III berbenturan pendapat dan pemikiran dengan pihak penjajah Belanda, yang selalu mencoba menahan kemajuan dan kemandirian Keraton Yogyakarta.

Demikian ikhtisar singkat biografi SDKGPAA Hamengkunegoro III, namun sebelum beliau memenuhi keinginan ayahandanya Sri Sultan Hamengku Buwono VII untuk menggantikannya, beliau wafat dalam usia 34 tahun tepatnya pada tanggal 21 Februari 1913, akibat sakit keras sekembalinya beliau dari Kulon Progo dan Gunung Kidul.

Sumber: https://www.facebook.com/pages/KGPAAnom-Hamengkunegoro-III/135924553106257?sk=info
18613/8 <87+59> Gusti Bendoro Pangeran Haryo Suryodiningrat [Hb.7.24] (Bendoro Raden Mas Kujono) [Hamengku Buwono VII]
Bersama G.B.H Tedjokusumo mendirikan Kridha Beksa Wirama pada tanggal 17 Agustus 1918. Pada seputar tahun 1926 Pangeran Suryodiningrat mendirikan Pamulangan Pedhalangan Habirandha, dan membuat patokan pewayangan gaya Yogyakarta.

Pada tahun 1925-an mulai mensubsidi dan mengembangkan tari-tari topeng karena menghawatirkan kepunahan tari topeng rakyat di zaman malaise perang dunia pertama. Tari Topeng kemudian banyak dipagelarkan dengan lakon-lakon panji dan sejarah Jenggala dan Kediri, bahkan penampilan topeng tar-tar, sebagai suatu adengan dizaman Kertanegara. Beliau juga merintis memecahkan larangan putri-putri kalangan atas belajar menari. Yang pada zamannya dianggap merendahkan martabat wanita karena pencemaran tledek, dengan jalan mendidik putri-putrinya sendiri menari dan mementaskannya.

Dalam perjuangan politik peranannya cukup besar antara lain : memimpin rakyat pedesaan, berhasil mengayomi rakyat kecil pedesaan, mendidik pemberantasan buta huruf. Berhasil mengangkat rakyat yang dipimpinnya menduduki kursi pemerintahan, serta perwakilan di MPRS, Parlemen, Konstituante, Badan Pemerintah Harian, DPRD. Karena Ketokohannya dalam seni budaya, ia menerima piagam penghargaan seni Wijaya Kusuma dari Pemerintah Republik Indonesia.
16914/8 <87+58> Sri Sultan Hamengku Buwono VIII [Hb.7.23] (Gusti Raden Mas Sujadi / Bendoro Pangeran Haryo Purboyo) [Hamengku Buwono VII]
الميلاد: 3 مارس 1880, Yogyakarta
الزواج: <177!> Kanjeng Raden Ayu Adipati Anom Amangku Negara [Gp.Hb.8.1] [Hb.6.11.14] (Raden Ajeng Katinah / Kanjeng Alit) [Hamengku Buwono VI]
الزواج: <173> Bendoro Raden Ayu Purya Aningdiya [Ga.Hb.8.2] [?]
الزواج: <174> Bendoro Raden Ayu Puspitoningdiah [Ga.Hb.8.3] [?]
الزواج: <175> Bendoro Raden Ayu Srengkoro Adiningdya [Ga.Hb.8.4] [?]
الزواج: <176> Bendoro Raden Ayu Rukmi Aningdiya [?]
الزواج: <177> Kanjeng Bendoro Raden Ayu Ratna Adiningrum [Ga.Hb.8.6] ? (Raden Ayu Retnohadiningrum) [?]
الزواج: <178> Raden Ayu Siti Umiramtilah / Umiramsilah [Ga.Hb.8.6] [Hb.6.20.5.5] (Bendoro Raden Ayu Retnopuspito) [Pugeran]
الزواج: <184!> Kanjeng Raden Ayu Adipati Anom Hamengkunegoro [Gp.Hb.8.1] (Raden Ajeng Kustilah [Hb.6.11.21]) [Hamengku Buwono VI]
الزواج: <65!> Bendoro Raden Ayu Rukmidiningdia [Ga.Hb.8.5] [Hb.6.9.3.1] (Bendoro Raden Ayu Rukhihadiningdyah) [Hamengku Buwono VI]
الزواج: <179> Raden Ayu Pustinah [Hb.6.20.9.3] (Bendoro Raden Ayu Retno Wilanten) [Pugeran]
الزواج: <234!> Raden Ayu Siti Katina [Ga.Hb.8.1] [Hb.6.11.1] [Hamengku Buwono V / Hamengku Buwono VI] , Yogyakarta
اللقب المميّز: 8 فبراير 1921 - 22 October 1939, Yogyakarta, Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Kanjeng Sri Sultan Hamengku Buwana VIII Senopati ing Alaga Ngah 'Abdu'l-Rahman Saiyid'din Panatagama Khalifatu'llah Ingkang Jumeneng Kaping VIII
الوفاة: 22 October 1939, Yogyakarta
18215/8 <104+121> Kanjeng Pangeran Haryo Adipati Danurejo VIII / [Hb.6.18.3] (Raden Mas Subari) [Hamengku Buwono VI]
الميلاد: 3 سبتمبر 1882, Yogyakarta
العمل: 1909, Kalasan, Diangkat menjadi Panewu Palang Negari (Sekretaris) di Kabupaten Kalasan dan bergelar Raden Panewu Mangundimejo
العمل: 1914, Gunung Kidul Regency, Menjadi Panji Kepala Distrik) di Semanu Kabupaten Gunung Kidul dan bergelar Raden Panji Harjodipuro yang kemudian diubah menjadi Harjokusumo
العمل: 1919, Kalasan, Menjadi Bupati Pangreh Praja Kalasan dan bergelar Raden Tumenggung Harjokusumo
العمل: 1927, Yogyakarta, Menjadi Bupati Kabupaten Kota Yogyakarta yang merupakan gabungan Kabupaten Sleman, Kalasan, dan Kota Yogyakarta
اللقب المميّز: 3 نوفمبر 1933, Yogyakarta, Pepatih Dalem Kesultanan Yogyakarta bergelar Kanjeng Pangeran Haryo Adipati Danurejo VIII
الزواج: <238!> Gusti Kanjeng Ratu Chondrokirono II [Hb.7.54] [Hamengku Buwono VII] , Yogyakarta
التقاعد: 14 يوليو 1945, Yogyakarta
Patih of Yogyakarta 1933-1945
23616/8 <87+73> w Bendoro Pangeran Haryo Suryomataram [Hb.7.55] Bendoro Raden Mas Kudiarmadji (Notodongso) [Hamengku Buwono VII / Danurejo]
الميلاد: 20 مايو 1892, Yogyakarta
الزواج: <180> Raden Ayu Surtiadiwati Suryomataram [Hb.6.9.14.1] [Hamengku Buwono VI] و 1921
الزواج: <181> Nyai Ageng Suryomataram [?] , Salatiga
الوفاة: 18 مارس 1962, Yogyakarta
24017/8 <87+61> Bendoro Pangeran Haryo Hadikusumo II [Hb.7.58] (Gusti Raden Mas Hario) [Hamengku Buwono VII] 24318/8 <87+58> Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Jumino / Gusti Raden Mas Pratisto (Gusti Djuminah) [Hamengku Buwono VII]
اللقب المميّز: 9 نوفمبر 1893, Yogyakarta, Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Anom Amangkunegara Sudibya Rajaputra Nalendra ing Mataram
36819/8 <87> Bendoro Pangeran Haryo Hadinegoro II [Hb.7.68] (Bendoro Raden Mas Sujanadi) [Hamengku Buwono VII]
22520/8 <108+99> Raden Ayu Roostamtiyah [Hb.6.20.21] (Raden Ayu Sindudipuro) [Pugeran]
الميلاد: 3 ديسمبر 1898, Yogyakarta
الزواج: <187> Raden Wedana Sindudipuro [?] م 14 سبتمبر 1901 و 11 مايو 1951
الوفاة: 2 October 1968, Yogyakarta
17021/8 <88+115> Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Ario Paku Alam VIII / Bendoro Raden Mas Haryo Sularso Kunto Suratno (Kanjeng Pangeran Haryo Prabu Suryodilogo) [Pakualaman]
الميلاد: 10 ابريل 1910, Yogyakarta
الزواج: <188> Kanjeng Bendoro Raden Ayu Purnamaningrum [Pakualaman]
الزواج: <189> Kanjeng Raden Ayu Ratnaningrum [?]
اللقب المميّز: 13 ابريل 1937, Yogyakarta, Kanjeng Pangeran Haryo Prabu Suryodilogo
اللقب المميّز: 1942 - 11 سبتمبر 1998, Yogyakarta, Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Ario Paku Alam VIII
العمل: 1 October 1988 - 3 October 1998, Yogyakarta, Wakil Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta
الوفاة: 11 سبتمبر 1998, Yogyakarta
Pendidikan yang ditempuh adalah Europesche Lagere School Yogyakarta, Christelijk MULO Yogyakarta, AMS B Yogyakarta, Rechtshoogeschool te Batavia (Sekolah Tinggi Hukum di Jakarta - sampai tingkat candidaat). Pada 13 April 1937 ia ditahtakan sebagai Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Ario Prabu Suryodilogo menggantikan mendiang ayahnya. Setelah kedatangan Bala Tentara Jepang pada tahun 1942 ia mulai menggunakan gelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Ario Paku Alam VIII.

Pada 19 Agustus 1945 bersama Hamengkubuwono IX, Paku Alam VIII mengirimkan telegram kepada Sukarno dan Hatta atas berdirinya RI dan terpilihnya mereka sebagai Presiden dan Wakil Presiden. Pada 5 September 1945 secara resmi KGPAA Paku Alam VIII mengeluarkan Amanat/Maklumat (semacam dekrit kerajaan) bergabungnya Kadipaten Pakualaman dengan Negara Republik Indonesia. Sejak saat itulah kerajaan terkecil pecahan Mataram ini menjadi daerah Istimewa. Melalui Amanat Bersama antara Hamengkubuwono IX dan Paku Alam VIII dan dengan persetujuan Badan Pekerja Komite Nasional Daerah Yogyakarta pada tanggal 30 Oktober tahun yang sama, ia berdua sepakat untuk menggabungkan Daerah Kasultanan dan Kadipaten dengan nama Daerah Istimewa Yogyakarta.

Jabatan yang dipangku selanjutnya adalah Wakil Kepala Daerah Istimewa, Wakil Ketua Dewan Pertahanan DIY (Oktober 1946), Gubernur Militer DIY dengan pangkat Kolonel (1949 setelah agresi militer II). Mulai tahun 1946-1978 Paku Alam VIII sering menggantikan tugas sehari-hari Hamengkubuwono IX sebagai kepala daerah istimewa karena kesibukan Hamengkubuwono IX sebagai menteri dalam berbagai kabinet RI. Selain itu ia juga menjadi Ketua Panitia Pemilihan Daerah DIY dalam pemilu tahun 1951, 1955, dan 1957; Anggota Konstituante (November 1956); Anggota MPRS (September 1960) dan terakhir adalah Anggota MPR RI masa bakti 1997-1999 Fraksi Utusan Daerah.

Setelah Hamengkubuwono IX mangkat pada tahun 1988, Paku Alam VIII menggantikan sang mendiang menjadi Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta sampai akhir hayatnya pada tahun 1998. Perlu ditambahkan bahwa pada 20 Mei 1998 ia bersama Hamengkubuwono X mengeluarkan Maklumat untuk mendukung Reformasi Damai untuk Indonesia. Maklumat tersebut dibacakan di hadapan masyarakat dalam acara yang disebut Pisowanan Agung. Beberapa bulan setelahnya ia menderita sakit dan meninggal pada tahun yang sama. Sri Paduka Paku Alam VIII tercatat sebagai wakil Gubernur terlama (1945-1998) dan Pelaksana Tugas Gubernur terlama (1988-1998) serta Pangeran Paku Alaman terlama (1937-1998).
51022/8 <168+116> Raden Mas Rawindro Noto Soeroto [Paku Alam V]
الميلاد: 11 October 1918, Den Haag
الزواج: <190> Theodora Eland [Eland] م 7 نوفمبر 1919 و 18 مارس 2011
الوفاة: 30 October 1945, Laren
51123/8 <168+116> R. A. Dewatia Noto Soeroto [Paku Alam V] 50124/8 <86+154!> Soediro Alimoerto [Paku Alam III]
الميلاد: 9 أغسطس 1925
50225/8 <162> R. A. Maria Siti Soedarti Sosroningrat [Paku Alam III]
الميلاد: 8 سبتمبر 1925, Dobo, Kepulauan Aru
Bersekolah di Middelbare Handelsschool, Tempelstraat 4 (kini Jl. Kepanjen), Surabaya. Lalu bekerja sebagai pegawai Tata Usaha di Fak. Teknik Univ. Gadjah Mada, Yogyakarta
51226/8 <168+116> Raden Mas Harindro Dirodjo Noto Soeroto [Paku Alam V]
الميلاد: 1928
50327/8 <162> Raden Ajeng Elisabeth Soeparti Sosroningrat [Paku Alam III]
الميلاد: 19 نوفمبر 1928, Donggala
Bersekolah di Kweekschool (sekolah guru atas) Stella Duce, Jl. Sumbing no. 1, Yogyakarta. Selulus kweekschool, melanjutkan pendidikan ke Belanda. Lalu bekerja sebagai guru di SLB A, Bandung. RA. Elisabeth Soeparti Sosroningrat tidak menikah.
49828/8 <86+154!> Bambang Sokawati Dewantara [Paku Alam III]
الميلاد: 9 مارس 1930
50429/8 <162> w Raden Mas Fransiskus Harsono Sosroningrat [Paku Alam III]
الميلاد: 27 يوليو 1931, Yogyakarta
الزواج: <192> R. A. Clara Siti Katijah Mangoenwinoto [Mangoenwinoto]
49730/8 <86+154!> Sjailendra Widjaja [Paku Alam III]
الميلاد: 28 سبتمبر 1932
50531/8 <162> R. A. Theresia Hartini Goestin Sosroningrat [Paku Alam III]
الميلاد: 1 ديسمبر 1932, Semarang
Menempuh pendidikan keperawatan di RS St. Elizabeth, Candi Baru, Semarang
37032/8 <109+383!> Bendoro Raden Ayu Mariam Suryengalogo [Suryengalogo]
الزواج: <193> Raden Mas Soeryodinegoro [?]
الوفاة: 23 يونيو 1934, Manado, Mahakeret, Manado
50633/8 <162> Raden Mas Maria Benediktus Soeprapto Sosroningrat [Paku Alam III]
الميلاد: 11 يونيو 1936, Semarang
Mengecap pendidikan di IKIP Bandung.
50734/8 <162> Raden Mas Maria Emanuel Jaktiawa Amir Katamsi Sosroningrat [Paku Alam III]
الميلاد: 24 ديسمبر 1938, Yogyakarta
Bersekolah di SMA De Brito, Yogyakarta
26635/8 <109+383!> Bendoro Raden Mas Abdul Razak Suryengalogo [Hb.3.2.22.1.1] [Hamengkubuwono]
الزواج: <194> Aminah [?]
الزواج: <195> Ema Sondakh [Sondakh]
الوفاة: 31 أغسطس 1940, Manado
50836/8 <162> Raden Mas Agustinus Maria Widodo Sosroningrat [Paku Alam III]
الميلاد: 22 يناير 1941, Surabaya
23337/8 <87+60> Gusti Kanjeng Ratu Hemas [Hb.7.61] [Hamengku Buwono VII]
الزواج: <196> Kanjeng Susuhunan Pakubuwono X / Sunan Panutup (Raden Mas Malikul Kusno) [Pakubuwono X] م 29 نوفمبر 1866 و 1 فبراير 1939, Yogyakarta
الوفاة: 28 مايو 1944
17338/8 <89+118> Raden Ayu Sriyati [Hb.6.17.4] [Hadiwijoyo]
الزواج: <197> Raden Mas Iljas Notodirdjo [Surodiningrat] و 8 أغسطس 1945
الوفاة: 26 فبراير 1955, Yogyakarta, Disarekan Pasarean Kuncen Yogyakarta
17139/8 <89+118> Raden Mas Menot [Hb.6.17.5] (Raden Mas Sujono) [Hamengku Buwono VI / Hadiwijoyo]
الزواج: <198> Erna Frederika Bolang [Bolang] م 13 أغسطس 1894 و 4 نوفمبر 1967
الوفاة: 25 ديسمبر 1973, Jakarta
17240/8 <89+118> Raden Ayu Kustiyah [Hb.6.17.1] / Raden Ayu Kawindrodipuro [Hamengku Buwono VI / Hadiwijoyo]
17441/8 <89+118> Raden Mas Djoko Sangkolo [Hb.6.17.6] [Hamengku Buwono VI / Hadiwijoyo]
17542/8 <89+118> Raden Mas Dutodiprojo [Hb.6.17.3] / Raden Mas Rio Projomardowo (Raden Rio Kusumomardowo) [Hamengku Buwono VI / Hadiwijoyo]
17743/8 <107+85> Kanjeng Raden Ayu Adipati Anom Amangku Negara [Gp.Hb.8.1] [Hb.6.11.14] (Raden Ajeng Katinah / Kanjeng Alit) [Hamengku Buwono VI] 17844/8 <107+82> Raden Ayu Mangunjoyo II [Hb.6.11.15] [Hamengku Buwono VI]
17945/8 <107+82> Raden Bagus Suryokusumo [Hb.6.11.18] [Hamengku Buwono VI]
18046/8 <107+84> Kanjeng Raden Tumenggung Jogonegoro III / Kanjeng Raden Tumenggung Ronodiningrat [Hb.6.11.17] [Hamengku Buwono VI] 18147/8 <107+82> Raden Tumenggung Suryoatmojo / Raden Mas Murjono [Hb.6.11.12] [Hamengku Buwono VI]
18348/8 <107+83> Raden Mas Sutandar [Hb.6.11.1] (Kanjeng Pangeran Haryo Purwodiningrat) [Hamengku Buwono VI]
18449/8 <107+82> Kanjeng Raden Ayu Adipati Anom Hamengkunegoro [Gp.Hb.8.1] (Raden Ajeng Kustilah [Hb.6.11.21]) [Hamengku Buwono VI] 18550/8 <108+95> Raden Ayu Hatmodijoyo I [Hb.6.20.4] / Raden Ajeng Roostinah (Raden Ayu Puspohatmojo) [Pugeran]
19351/8 <115> RM. Asmini [Hamengku Buwono]
19452/8 <115> RM. Idris [Hamengku Buwono]
19553/8 <115> RM. Ondung [Hamengku Buwono]
19854/8 <114> 1. RM. H. Edoy [Hamengku Buwono]
19955/8 <114> 2. RM. H. Sayid Yudomenggolo [Hamengku Buwono]
20056/8 <114> 3. RAy. Saroja [Hamengku Buwono]
20157/8 <114> 4. RAy. Amanung [Hamengku Buwono]
20258/8 <113> RM. Harjo Dipotjokro Hadimenggolo / P. Gringsing II [Hamengku Buwono]
20359/8 <98+138> Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat [Tjondronegoro IV] 20460/8 <108+101> Raden Mas Sudiro [Hb.6.20.30] (Kanjeng Raden Tumenggung Sastrokusumo) [Pugeran] 20561/8 <108+95> Raden Mas Saepur [Hb.6.20.1] (Raden Panji Joyopermadi) [Pugeran]
20662/8 <108+95> Raden Mas Rujali [Hb.6.20.2] (Raden Panji Joyopragolo) [Pugeran]
20763/8 <108+95> Raden Ayu Roostijah [Ga.Hb.7.20.3] [Hb.6.20.3] (Bendoro Raden Ayu Doyopurnamaningrum) [Pugeran] 20864/8 <108+95> Raden Mas Saeran [Hb.6.20.5] (Raden Bagus Gambiranom) [Pugeran]
20965/8 <108+95> Raden Mas Karamal [Hb.6.20.6] [Pugeran]
21066/8 <108+95> Raden Mas Sukapjo [Hb.6.20.7] (Raden Bagus Suryowinoto) [Pugeran]
21167/8 <108+95> Raden Mas Palis [Hb.6.20.10] [Pugeran]
21268/8 <108+95> Raden Mas Saerun [Hb.6.20.13] [Pugeran]
21369/8 <108+95> Raden Mas Sukapdiman [Hb.6.20.14] [Pugeran]
21470/8 <108+96> Raden Ajeng Roosdinah [Hb.6.20.9] (Raden Ayu Kertonadi) [Pugeran] 21571/8 <108+97> Raden Ayu Rooskiyati [Hb.6.20.12] (Raden Ayu Padmodiprojo) [Pugeran]
21672/8 <108+97> Raden Mas Supandi [Hb.6.20.15] [Pugeran]
21773/8 <108+97> Raden Mas Gurnosuwendo [Hb.6.20.17] [Pugeran]
21874/8 <108+98> Raden Ayu Roostijah [Hb.6.20.8] [Pugeran]
21975/8 <108+98> Raden Mas Dipomenggolo [Hb.6.20.11] [Pugeran]
22076/8 <108+98> Raden Mas Yusuf [Hb.6.20.23] (Kanjeng Raden Tumenggung Kusumaningrat) [Pugeran] 22177/8 <108+102> Raden Ayu Roosyayi [Hb.6.20.16] (Raden Ayu Darmowinoto) [Pugeran] 22278/8 <108+99> Raden Ayu Roostamtinah [Hb.6.20.18] (Raden Ayu Suryodiningrat) [Pugeran] 22379/8 <108+99> Raden Mas Ibrahim Ibnu Rustam [Hb.6.20.19] [Pugeran]
22480/8 <108+99> Raden Mas Sayid Imran / Kanjeng Raden Tumenggung Purwonegoro [Hb.6.20.20] (Kanjeng Raden Tumenggung Joyonegoro II) [Pugeran] 22681/8 <108+100> Raden Ayu Roosinah [Hb.6.20.22] (Raden Ayu Purbocaroko) [Pugeran] 22782/8 <108+100> Raden Mas Suwondo [Hb.6.20.24] (Raden Ngabehi Purwodiprojo) [Pugeran]
22883/8 <108+100> Raden Mas Suwandi [Hb.6.20.25] (Raden Wedana Suryowimono) [Pugeran]
22984/8 <108+100> Raden Ayu Roostirah [Hb.6.20.26] (Raden Ayu Suryodirjokusumo) [Pugeran] 23085/8 <108+100> Raden Ajeng Roosimah [Hb.6.20.27] (Raden Ayu Suryodirjokusumo) [Pugeran]
23186/8 <108+100> Raden Ayu Roosjiyah [Hb.6.20.28] (Raden Ayu Wigyokusumo) [Pugeran] 23287/8 <108+100> Raden Ayu Roossiyah/Roosijah [Hb.6.20.29] (Raden Ayu Suwandhi H.) [Pugeran] 23488/8 <107+110!> Raden Ayu Siti Katina [Ga.Hb.8.1] [Hb.6.11.1] [Hamengku Buwono V / Hamengku Buwono VI]
23789/8 <87> Bendoro Raden Ayu Danunegoro [Hb.7.4] [Hamengku Buwono VII]
23890/8 <87+60> Gusti Kanjeng Ratu Chondrokirono II [Hb.7.54] [Hamengku Buwono VII]
23991/8 <87+61> Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Hangabehi [Hb.7.1] [Hamengku Buwono VII]
24192/8 <87+66> Gusti Bendoro Pangeran Haryo Joyokusumo I [Hb.7.7] [Hamengku Buwono VII]
24293/8 <87+62> Bendoro Pangeran Haryo Hadinegoro I [Hb.7.13] [Hamengku Buwono VII]
24494/8 <87> Gusti Bendoro Pangeran Haryo Pakuningrat [Hb.7.41] [Hamengku Buwono VII]
24595/8 <87> Gusti Bendoro Pangeran Haryo Hadisuryo [Hb.7.49] [Hamengku Buwono VII]
24696/8 <87> Bendoro Raden Mas Hirawan [Hb.7.48] [Hamengku Buwono VII]
24797/8 <130> Raden Mas Emawan Brotokoesoemo [Pakualam VI] 24898/8 <131> Kanjeng Raden Tumenggung Yudonegoro IV ? (Raden Mas Gandakusumo) [Danurejo]
24999/8 <107+110!> Kanjeng Pangeran Haryo Suryadi [Hb.6.11.9] [Hamengku Buwono V / Hamengku Buwono VI] 250100/8 <107+82> Raden Ayu Mangunjoyo I [Hb.5.8.2] [Hb.6.11.11] (Raden Ajeng Mustinah) [Hamengku Buwono V / Hamengku Buwono VI]
251101/8 <107+110!> Raden Lurah Suryodiprojo I [Hb.5.8.3] [Hb.6.11.13] (Raden Mas Jiwanjono) [Hamengku Buwono V / Hamengku Buwono VI]
252102/8 <107+110!> Kanjeng Raden Tumenggung Puspodiningrat [Hb.5.8.4] [Hb.6.11.20] [Hamengku Buwono V / Hamengku Buwono VI]
253103/8 <107+110!> Raden Ayu Mangkukusumo [Ga.Hb.7.17.1] [Hb.6.11.22] (Raden Ajeng Kusdilah) [Hamengku Buwono V / Hamengku Buwono VI] 254104/8 <107+110!> Raden Ayu Hatmosutejo [Hb.5.8.6] [Hb.6.11.23] [Hamengku Buwono V / Hamengku Buwono VI]
255105/8 <107+110!> Raden Ayu Sujono Tirtokusumo [Hb.5.8.7] / Raden Ajeng Kadawarwati [Hb.6.11.24] [Hamengku Buwono V / Hamengku Buwono VI] 256106/8 <107+110!> Raden Ayu Wironegoro [Hb.5.8.8] / Raden Ajeng Sumardiyah [Hb.6.11.25] [Hamengku Buwono V / Hamengku Buwono VI]
257107/8 <107+110!> Raden Panji Joyowiloyo [Hb.5.8.9] / Raden Mas Dekok Van Lewen [Hb.6.11.26] [Hamengku Buwono V / Hamengku Buwono VI]
258108/8 <109+120!> Raden Mas Soecipto Hadiwijoyo [Hb.5.9.1] [Hamengku Buwono V / Hamengku Buwono III]
259109/8 <109+120!> Raden Mas Soengkowo Hadiwijoyo [Hb.5.9.2] [Hamengku Buwono V / Hamengku Buwono III]
260110/8 <120+109!> Raden Mas Dracman Sahid Hadiwijoyo [Hb.5.9.3] [Hamengku Buwono V]
261111/8 <126+153> Raden Ayu Brotojoyo [Hb.7.27.12] [Hamengku Buwono VII] 262112/8 <109> Raden Ayu Jaenab [Hb.3.2.22.1.2] [Hamengku Buwono V / Hamengku Buwono III]
263113/8 <109> Raden Ayu Maemunah [Hb.3.2.22.1.3] [Hamengku Buwono V]
264114/8 <109> Raden Ayu Khatijah [Hb.3.2.22.1.4] [Hamengku Buwono V]
265115/8 <109+383!> Raden Ayu Salamah Soetomo [Hb.3.2.22.1.5] [Hamengku Buwono V]
267116/8 <93+136> Raden Mas Atmosutejo [Hb.3.14.3.2] / [Hb.6.8.1] [Hamengku Buwono III / Hamengku Buwono VI]
268117/8 <93+136> Raden Ayu Klayunedeng [Hb.3.14.3.3] / [Hb.6.8.2] [Hamengku Buwono III / Hamengku Buwono VI] 269118/8 <135+155> Kanjeng Raden Tumenggung Mulyokusumo [Hb.4.9.1.1.1] / Kanjeng Raden Tumenggung Dodipuro [Hb.4.8.5.1.1] [Hamengku Buwono IV]
270119/8 <135+155> Kanjeng Raden Tumenggung Kromodeksono [Hb.4.9.1.1.2] / [Hb.4.8.5.1.2] [Hamengku Buwono IV]
271120/8 <102+141> Raden Mas Suryodirjo [Hb.6.5.8] [Hamengku Buwono VI]
272121/8 <102+141> Raden Ayu Projodipuro [Hb.6.5.7] [Hamengku Buwono VI] 273122/8 <102+141> Raden Ajeng Suyatinah [Hb.6.5.6] [Hamengku Buwono VI]
274123/8 <102+141> Raden Lurah Atmosuwarno [Hb.6.5.5] [Hamengku Buwono VI]
275124/8 <102+141> Kanjeng Raden Tumenggung Purbonegoro [Hb.6.5.4] [Hamengku Buwono VI] 276125/8 <136+156> Kanjeng Raden Tumenggung Projodipuro [Hb.7.8.2] [Hamengku Buwono VII] 277126/8 <102+141> Raden Ajeng Suyadiah [Hb.6.5.3] [Hamengku Buwono IV]
278127/8 <87+61> Bendoro Raden Ayu Purbonegoro [Hb.7.21] [Hamengku Buwono VII] 279128/8 <102+141> Raden Ayu Purbokusumo [Hb.6.5.2] [Hamengku Buwono VI] 280129/8 <102+141> Kanjeng Raden Tumenggung Danuhadiningrat [Hb.6.5.1] [Hamengku Buwono VI] 281130/8 <105+145> Kanjeng Raden Tumenggung Purbokusumo [Hb.6.9.3] [Hamengku Buwono VI]
282131/8 <87+62> Gusti Bendoro Raden Ayu Danuhadiningrat I [Hb.7.10] [Hamengku Buwono VII]
284132/8 <105+143> Raden Wedono Atmowerdoyo [Hb.6.9.1] [Hamengku Buwono VI]
285133/8 <105+144> Raden Lurah Sosrowirono [Hb.6.9.2] [Hamengku Buwono VI]
286134/8 <105+145> Raden Lurah Sosrosebrongto [Hb.6.9.5] [Hamengku Buwono VI]
287135/8 <105+145> Raden Mas Samsidi [Hb.6.9.16] [Hamengku Buwono VI]
288136/8 <105+144> Raden Ayu Gondokusumo [Hb.6.9.6] [Hamengku Buwono VI]
289137/8 <105> Raden Ayu Mangunkusumo [Hb.6.9.7] [Hamengku Buwono VI]
290138/8 <105+145> Raden Ayu Purboningrat [Hb.6.9.8] [Hamengku Buwono VI]
291139/8 <105+145> Raden Ayu Hadiningrat [Hb.6.9.9] [Hamengku Buwono VI]
292140/8 <105+145> Raden Ayu Purbohadiningrat [Hb.6.9.11] [Hamengku Buwono VI]
293141/8 <105+145> Raden Bekel Atmosudirjo [Hb.6.9.12] [Hamengku Buwono VI]
294142/8 <105> Raden Ajeng Isdiyah [Hb.6.9.13] [Hamengku Buwono VI]
295143/8 <105> Raden Lurah Atmosutejo [Hb.6.9.14] [Hamengku Buwono VI]
296144/8 <105+145> Raden Ayu Kartokusumo [Hb.6.9.15] [Hamengku Buwono VI]
297145/8 <87> Bendoro Raden Mas Subono [Hb.7.70] [Hamengku Buwono VII] 298146/8 <107+84> Raden Ajeng Manyar [Hb.6.11.2] [Hamengku Buwono VI]
299147/8 <107+84> Raden Mas Dikwanis [Hb.6.11.3] (Raden Tumenggung Prawirodirejo) [Hamengku Buwono VI]
300148/8 <107+84> Raden Mas Kiswarin [Hb.6.11.4] [Hamengku Buwono VI]
301149/8 <107+84> Raden Mas Kodrat Samadikun [Hb.6.11.5] [Hamengku Buwono VI] 302150/8 <107+84> Raden Ajeng Karsinah [Hb.6.11.6] [Hamengku Buwono VI]
303151/8 <107+84> Raden Mas Mursidi [Hb.6.11.7] (Raden Tumenggung Jogonegoro) [Hamengku Buwono VI]
305152/8 <87+77> Bendoro Raden Ayu Jatikusumo [Hb.7.78] (R. A. Soeharsi Widianti) [Hamengku Buwono VII]
306153/8 <87+60> Gusti Kanjeng Ratu Timur [Hb.7.65] (Bendoro Raden Ajeng Mursudarya) [Hamengku Buwono VII]
الزواج: <233> Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Ario Mangkunegara VII [Mangkunegara VII] م 15 أغسطس 1855 و 19 يوليو 1944, Surakarta
307154/8 <107+82> Raden Sayid Ashar [Hb.6.11.10] [Hamengku Buwono VI]
308155/8 <87> Bendoro Raden Ayu Jogonegoro [Hb.7.34] (Bendoro Raden Ayu Ronodiningrat) [Hamengku Buwono VII]
309156/8 <107+82> Raden Tumenggung Condroprojo / Raden Mas Mursahadah [Hb.6.11.19] [Hamengku Buwono VI]
310157/8 <107+92> Raden Mas Rebuahsasi [Hb.6.11.27] (Raden Bagus Kusumohalpito) [Hamengku Buwono VI]
311158/8 <107+91> Raden Ajeng Siti Mardinah / Raden Ayu Projosastrokusumo [Hb.6.11.29] [Hamengku Buwono VI]
312159/8 <107+90> Raden Ayu Kusumodilogo / Raden Ajeng Siti Rokhiyah [Hb.6.11.30] [Hamengku Buwono VI] 313160/8 <107+91> Raden Ajeng Napsiah [Hb.6.11.31] [Hamengku Buwono VI]
314161/8 <107+88> Raden Mas Mungsowarat / Raden Bekel Kawindrokusumo [Hb.6.11.32] [Hamengku Buwono VI]
315162/8 <87> Gusti Bendoro Pangeran Haryo Suryowijoyo [Hb.7.30] [Hamengku Buwono VII]
316163/8 <87+60> Gusti Kanjeng Ratu Bendoro I [Hb.7.22] [Hamengku Buwono VII]
317164/8 <107+85> Raden Ajeng Sudarmi [Hb.6.11.16] [Hamengku Buwono VI]
318165/8 <125+253!> Raden Ajeng Siti Yubeyinu [Hb.7.17.25] (Raden Ayu Pusponegoro) [Hamengku Buwono VI / Hamengku Buwono VII] 319166/8 <125+253!> Raden Mas Baninaslun [Hb.7.17.28] (Kanjeng Raden Tumenggung Danukusumo) [Hamengku Buwono VI / Hamengku Buwono VII]
320167/8 <125+253!> Raden Mas Abimanyu [Hb.7.17.30] (Kanjeng Raden Tumenggung Reksokusumo) [Hamengku Buwono VI / Hamengku Buwono VII]
321168/8 <125+253!> Raden Ajeng Kustamtinah [Hb.7.17.33] (Raden Ayu Sinduseputro) [Hamengku Buwono VI / Hamengku Buwono VII] 322169/8 <125+253!> Raden Mas Darmadi [Hb.7.17.35] [Hamengku Buwono VI / Hamengku Buwono VII]
323170/8 <107+90> Raden Mas Arwah [Hb.6.11.28] [Hamengku Buwono VI]
324171/8 <104+120> Raden Ajeng Sapariyam [Hb.6.18.1] [Hamengku Buwono VI]
325172/8 <104+129> Raden Ajeng Saparinten [Hb.6.18.2] [Hamengku Buwono VI]
326173/8 <104+129> Raden Mas Suraji [Hb.6.18.6] [Hamengku Buwono VI]
327174/8 <104+121> Raden Ayu Sapariah [Hb.6.18.5] [Hamengku Buwono VI]
328175/8 <104+129> Raden Mas Sukarjo [Hb.6.18.7] [Hamengku Buwono VI]
329176/8 <104+127> Raden Mas Suharji [Hb.6.18.43] [Hamengku Buwono VI]
330177/8 <104+131> Raden Ajeng Atas Jinah [Hb.6.18.42] [Hamengku Buwono VI]
331178/8 <104+131> Raden Mas Sudibyo [Hb.6.18.41] [Hamengku Buwono VI]
332179/8 <104+131> Raden Ajeng Atas Diah [Hb.6.18.38] [Hamengku Buwono VI]
333180/8 <104+128> Raden Mas Suhaji [Hb.6.18.40] [Hamengku Buwono VI]
334181/8 <104+131> Raden Mas Sumintratmojo [Hb.6.18.37] [Hamengku Buwono VI]
335182/8 <104+131> Raden Mas Sudarmo [Hb.6.18.36] [Hamengku Buwono VI]
336183/8 <104+130> Raden Mas Sumadi [Hb.6.18.8] (Raden Mas Tirto Sudirjo) [Hamengku Buwono VI]
337184/8 <104+130> Raden Ajeng Supardinah [Hb.6.18.10] [Hamengku Buwono VI]
338185/8 <104+128> Raden Mas Sudibyo [Hb.6.18.39] [Hamengku Buwono VI]
339186/8 <104+129> Raden Ajeng Atas Tinah [Hb.6.18.11] [Hamengku Buwono VI]
340187/8 <104+128> Raden Ajeng Atas Tilah [Hb.6.18.18] [Hamengku Buwono VI]
341188/8 <104+129> Raden Mas Subarjo [Hb.6.18.12] [Hamengku Buwono VI]
342189/8 <104+129> Raden Mas Suparjo [Hb.6.18.30] [Hamengku Buwono VI]
343190/8 <104+121> Raden Ajeng Atasilah [Hb.6.18.9] [Hamengku Buwono VI] 344191/8 <104+121> Raden Ajeng Saparinah [Hb.6.18.26] [Hamengku Buwono VI]
345192/8 <104+121> Raden Mas Sumitro [Hb.6.18.27] [Hamengku Buwono VI]
346193/8 <104+128> Raden Mas Sudarsono [Hb.6.18.13] [Hamengku Buwono VI]
347194/8 <104+125> Raden Mas Sumarman [Hb.6.18.15] (Kanjeng Pangeran Haryo Tirtodiningrat) [Hamengku Buwono VI] 348195/8 <104+125> Raden Mas Sumantri [Hb.6.18.16] [Hamengku Buwono VI]
349196/8 <104+128> Raden Mas Sutoatmojo [Hb.6.18.14] [Hamengku Buwono VI]
350197/8 <104+125> Raden Ajeng Atas Tijah [Hb.6.18.17] [Hamengku Buwono VI]
351198/8 <104+127> Raden Mas Sudiyono [Hb.6.18.19] [Hamengku Buwono VI]
352199/8 <104+126> Raden Mas Suharjo [Hb.6.18.20] [Hamengku Buwono VI]
353200/8 <104+127> Raden Mas Suhardi [Hb.6.18.21] [Hamengku Buwono VI]
354201/8 <104+127> Raden Mas Sujoko [Hb.6.18.22] [Hamengku Buwono VI]
355202/8 <104+123> Raden Mas Sumarjo [Hb.6.18.23] [Hamengku Buwono VI]
356203/8 <104+119> Raden Mas Sumaryono [Hb.6.18.24] [Hamengku Buwono VI]
357204/8 <104+122> Raden Ajeng Marinah [Hb.6.18.28] [Hamengku Buwono VI]
358205/8 <104+119> Raden Mas Suprapto [Hb.6.18.25] [Hamengku Buwono VI]
359206/8 <104+133> Raden Mas Kasan (Twins/Kembar) [Hb.6.18.33] [Hamengku Buwono VI]
360207/8 <104+122> Raden Ajeng Suwarti [Hb.6.18.29] [Hamengku Buwono VI]
361208/8 <104+133> Raden Mas Kusen (Twins/Kembar) [Hb.6.18.34] [Hamengku Buwono VI]
362209/8 <104+132> Raden Ajeng Suparjiah [Hb.6.18.35] [Hamengku Buwono VI]
363210/8 <104+122> Raden Mas Sudiro [Hb.6.18.31] [Hamengku Buwono VI]
364211/8 <104+133> Raden Mas Jonobiraji [Hb.6.18.32] [Hamengku Buwono VI]
365212/8 <104+125> Raden Ajeng Atas Pinah [Hb.6.18.44] [Hamengku Buwono VI]
366213/8 <104+124> Raden Ajeng Atas Jinah [Hb.6.18.45] [Hamengku Buwono VI]
367214/8 <104+119> Raden Ajeng Atas Warin [Hb.6.18.4] [Hamengku Buwono VI]
369215/8 <109> Bendoro Raden Mas Sayid Suryengalogo [Suryengalogo]
371216/8 <109> Bendoro Raden Mas Soelaiman Suryengalogo [Suryengalogo]
372217/8 <87+58> Gusti Kanjeng Ratu Hangger [Hb.7.16] [Hamengku Buwono VII]
373218/8 <137> Raden Sayu Sukemi [Pa.4.1.4] [Paku Alam IV]
374219/8 <137> Raden Ayu Widayatinah [Pa.4.1.3] [Paku Alam IV]
375220/8 <137> Raden Ajeng Jumanten [Pa.4.1.1] ? (Raden Ayu Cokrokusumo) [Paku Alam IV]
376221/8 <137> Raden Mas Rio Pujowinoto [Pa.4.1.2] [Paku Alam IV]
377222/8 <126+148> Kanjeng Raden Tumenggung Condrodiningrat [Hb.7.27.1] (Raden Mas Ongkowijoyo) [Hamengku Buwono VII] 378223/8 <103+142> Raden Ayu Yudodiningrat [Hb.6.23.1] [Hamengku Buwono VI]
379224/8 <103+142> Raden Ayu Salsiah Padmosudirjo [Hb.6.23.2] [Hamengku Buwono VI] 380225/8 <103+142> Raden Ayu Kusdinah Danuseputro [Hb.6.23.4] [Hamengku Buwono VI]
381226/8 <103> Raden Wedono Puspodirjo [Hb.6.23.3] (Kanjeng Raden Tumenggung Padmodiningrat) [Hamengku Buwono VI]
382227/8 <87> Bendoro Raden Ayu Mangunkusumo [Hb.7.71] [Hamengku Buwono VII] 383228/8 <87+62> Bendoro Raden Ajeng Kusjinah [Hb.7.2] / Raden Ayu Kanjeng Gusti [Hamengku Buwono VII] 384229/8 <87+62> Bendoro Raden Ayu Gusti Timur [Hb.7.3] (Gusti Raden Ayu Pembayun) [Hamengku Buwono VII]
385230/8 <87+62> Gusti Bendoro Pangeran Haryo Hadikusumo I [Hb.7.5] [Hamengku Buwono VII]
386231/8 <87+63> Bendoro Raden Ajeng Partilah [Hb.7.6] [Hamengku Buwono VII]
387232/8 <87+63> Gusti Bendoro Raden Ayu Mangkuyudo [Hb.7.9] [Hamengku Buwono VII]
388233/8 <87+63> Gusti Bendoro Raden Ayu Sosronegoro [Hb.7.11] [Hamengku Buwono VII] 389234/8 <87+60+63> Gusti Kanjeng Ratu Bendoro III [Hb.7.51] [Hamengku Buwono VII] 390235/8 <87+69> Bendoro Raden Ajeng Murlintangpajar [Hb.7.50] [Hamengku Buwono VII]
391236/8 <87+68> Gusti Bendoro Raden Ayu Brongtodiningrat I [Hb.7.47] [Hamengku Buwono VII] 392237/8 <87+70> Gusti Bendoro Raden Ayu Joyodipuro [Hb.7.46] [Hamengku Buwono VII] 393238/8 <87+69> Gusti Bendoro Pangeran Haryo Suryobrongto [Hb.7.45] [Hamengku Buwono VII]
394239/8 <87+60> Gusti Raden Ajeng Mursamsilah [Hb.7.44] [Hamengku Buwono VII]
395240/8 <87+58> Gusti Kanjeng Ratu Bendoro II [Hb.7.43] [Hamengku Buwono VII]
396241/8 <87+68> Bendoro Raden Ayu Nitiprojo [Hb.7.42] (Gusti Bendoro Raden Ayu Prawirodiningrat) [Hamengku Buwono VII]
397242/8 <87+58> Gusti Kanjeng Ratu Hanom [Hb.7.40] [Hamengku Buwono VII] 398243/8 <87+59> Bendoro Raden Ayu Condroprojo [Hb.7.39] (Gusti Bendoro Raden Ayu Wiryokusumo) [Hamengku Buwono VII] 399244/8 <87+76> Bendoro Radem Mas Samsuyobali [Hb.7.77] [Hamengku Buwono VII]
400245/8 <87+73> Bendoro Raden Mas Sumaulngirki [Hb.7.73] [Hamengku Buwono VII]
401246/8 <87+69> Bendoro Raden Mas Pujiarjo [Hb.7.57] [Hamengku Buwono VII]
402247/8 <87+78> Bendoro Raden Mas Prawoto [Hb.7.63] [Hamengku Buwono VII]
403248/8 <87+60> Gusti Bendoro Pangeran Haryo Buminoto [Hb.7.69] [Hamengku Buwono VII]
404249/8 <87+79> Bendoro Raden Ajeng Murharidah [Hb.7.67] [Hamengku Buwono VII]
405250/8 <87+73> Gusti Bendoro Pangeran Haryo Joyokusumo II [Hb.7.59] [Hamengku Buwono VII]
الزواج: <252> Raden Ajeng Suryadiya [?] , Yogyakarta
406251/8 <87+60> Gusti Raden Mas Suhardi [Hb.7.35] [Hamengku Buwono VII]
407252/8 <87+60> Gusti Pangeran Haryo Notoprojo [Hb.7.31] (Gusti Raden Mas Admiral) [Hamengku Buwono VII] 408253/8 <87+67> Bendoro Raden Mas Timur [Hb.7.25] [Hamengku Buwono VII]
409254/8 <87+74> Bendoro Raden Ajeng Murtinah [Hb.7.26] [Hamengku Buwono VII]
410255/8 <87+58> Gusti Raden Ajeng Murhadiyah [Hb.7.28] [Hamengku Buwono VII]
411256/8 <87+58> Gusti Raden Mas Sukirno [Hb.7.29] [Hamengku Buwono VII]
412257/8 <87+60> Gusti Kanjeng Ratu Dewi [Hb.7.38] [Hamengku Buwono VII]
413258/8 <87+61> Gusti Bendoro Raden Ayu Condronegoro [Hb.7.37] [Hamengku Buwono VII]
414259/8 <87+67> Gusti Kanjeng Ratu Ayu [Hb.7.36] [Hamengku Buwono VII]
415260/8 <87+67> Gusti Kanjeng Ratu Hangger II [Hb.7.33] [Hamengku Buwono VII]
الزواج: <259> Kanjeng Gusti Pangeran Haryo Kusumoyudo [Pb.10.5] (Bendoro Raden Mas Abimanyu) [Pakubuwono X] م 17 يناير 1884 و 16 يناير 1956, <260> R. A. Setiopoespito [Setiopoespito] م 1894? و 16 مايو 1985
416261/8 <87+72> Gusti Bendoro Raden Ayu Suronegoro [Hb.7.32] [Hamengku Buwono VII]
417262/8 <87+59> Gusti Bendoro Raden Ayu Yudonegoro II [Hb.7.19] (Bendoro Raden Ayu Cokdrodiningrat) [Hamengku Buwono VII]
418263/8 <87+71> Gusti Bendoro Raden Ayu Danuhadiningrat II [Hb.7.15] [Hamengku Buwono VII]
419264/8 <87+58> Gusti Kanjeng Ratu Sekar Kedhaton [Hb.7.12] (Gusti Kanjeng Ratu Maduretno) [Hamengku Buwono VII]
420265/8 <87+79> Gusti Bendoro Raden Ayu Suryonegoro [Hb.7.76] [Hamengku Buwono VII] 421266/8 <106> Kanjeng Raden Tumenggung Suryonegoro [Hb.6.22.2] [Hamengku Buwono VI] 422267/8 <87> Gusti Bendoro Raden Ayu Brongtodiningrat II [Hb.7.74] [Hamengku Buwono VII]
423268/8 <87+79> Gusti Bendoro Raden Ayu Suryowinoto [Hb.7.56] [Hamengku Buwono VII]
424269/8 <87+73> Gusti Bendoro Pangeran Haryo Hadiwinoto [Hb.7.64] [Hamengku Buwono VII]
الزواج: <264> Raden Ajeng Atastila [?] , Yogyakarta
425270/8 <87+73> Gusti Bendoro Raden Ayu Mangunnegoro [Hb.7.52] [Hamengku Buwono VII]
426271/8 <87> Gusti Bendoro Raden Ayu Purwonegoro [Hb.7.53] [Hamengku Buwono VII]
427272/8 <87+68> Gusti Bendoro Raden Ayu Padmodiningrat [Hb.7.62] [Hamengku Buwono VIII]
428273/8 <87+75> Gusti Bendoro Raden Ayu Purbodirjo [Hb.7.66] [Hamengku Buwono VII]
429274/8 <87+78> Gusti Bendoro Raden Ayu Pringgodiningrat [Hb.7.60] [Hamengku Buwono VII]
430275/8 <131+417!> Raden Ajeng Suharti [Hb.7.19.1] (Bendoro Raden Ayu Suryohamijoyo) [Danurejo VII] 431276/8 <100+139> Raden Ayu Hadinegoro [Gp.Hb.7.13.1] [Hb.6.13.7] [Hamengku Buwono VI] 432277/8 <125+107> Raden Ajeng Siti Suharjinah [Hb.7.17.1] (Raden Ayu Pringgowiyono) [Hamengku Buwono VII]
433278/8 <125+107> Raden Ajeng Siti Hardiyah [Hb.7.17.2] (Raden Ayu Kasto) [Hamengku Buwono VII]
434279/8 <125+107> Raden Mas Sudarmadi [Hb.7.17.4] (Raden Lurah Atmokusumo) [Hamengku Buwono VII]
435280/8 <125+108> Raden Mas Sumradono [Hb.7.17.6] [Hamengku Buwono VII]
436281/8 <125+108> Raden Ajeng Siti Martiyah [Hb.7.17.7] [Hamengku Buwono VII]
437282/8 <125+110> Raden Ajeng Siti Suminarjinah [Hb.7.17.12] [Hamengku Buwono VII]
438283/8 <125+108> Raden Mas Wisnubroto [Hb.7.17.17] [Hamengku Buwono VII]
439284/8 <125+111> Raden Mas Muryatmi [Hb.7.17.19] [Hamengku Buwono VII]
440285/8 <125+107> Raden Mas Nayadi [Hb.7.17.20] [Hamengku Buwono VII]
441286/8 <125> Raden Mas Wiyitmo [Hb.7.17.22] [Hamengku Buwono VII]
442287/8 <125+111> Raden Mas Subardi [Hb.7.17.23] (Raden Wedono Atmocondroutomo) [Hamengku Buwono VII]
443288/8 <125+108> Raden Mas Suyadi [Hb.7.17.26] [Hamengku Buwono VII]
444289/8 <125+107> Raden Mas Sutiyardi [Hb.7.17.27] (Raden Bagus Atmosuryodiprojo) [Hamengku Buwono VII]
445290/8 <125+108> Raden Ajeng Siti Partinah [Hb.7.17.29] (Raden Ayu Gondokusumo) [Hamengku Buwono VII]
446291/8 <125+113> Raden Mas Sumardi [Hb.7.17.36] (Kanjeng Raden Tumenggung Hastonokusumo) [Hamengku Buwono VII]
447292/8 <125+106> Raden Ajeng Siti Kadaretno [Hb.7.17.37] [Hamengku Buwono VII]
448293/8 <125+114> Raden Ajeng Siti Isjarun [Hb.7.17.39] (Raden Ayu Notodiningrat) [Hamengku Buwono VII]
449294/8 <125+106> Raden Ajeng Sri Kusumo [Hb.7.17.40] (Raden Ayu D. Susanto) [Hamengku Buwono VII]
450295/8 <125> Raden Mas Alex Matram [Hb.7.17.41] (Raden Mas Sukoharjo) [Hamengku Buwono VII]
451296/8 <125> Raden Ayu Constantia Sumekar [Hb.7.17.42] [Hamengku Buwono VII]
452297/8 <125+106> Raden Ajeng Takiyatun [Hb.7.17.38] (Raden Ayu Warsonokusumo) [Hamengku Buwono VII]
453298/8 <125+106> Raden Ajeng Puntorini [Hb.7.17.34] (Raden Ayu Sosrokusumo) [Hamengku Buwono VII]
454299/8 <125+111> Raden Ajeng Siti Samtiyah [Hb.7.17.32] (Raden Ayu Jayengkusumo) [Hamengku Buwono VII]
455300/8 <125+107> Raden Mas Daryadi [Hb.7.17.31] (Raden Bekel Atmocondrowardoyo) [Hamengku Buwono VII]
456301/8 <125+110> Raden Ajeng Siti Kusumaningdyah [Hb.7.17.15] (Raden Ayu Cokrodipuro) [Hamengku Buwono VII]
457302/8 <125+108> Raden Mas Gunardi [Hb.7.17.16] (Raden Lurah Projokusumo) [Hamengku Buwono VII]
458303/8 <125+108> Raden Mas Kusnadi [Hb.7.17.21] (Raden Wedono Pringgosastrokusumo) [Hamengku Buwono VII]
459304/8 <125+112> Raden Mas Jayadi [Hb.7.17.24] (Raden Mas Mangkuseputro) [Hamengku Buwono VII]
460305/8 <125+112> Raden Mas Rusyadi [Hb.7.17.14] (Kanjeng Raden Tumenggung Kusumodilogo) [Hamengku Buwono VII] 461306/8 <125+253!> Raden Mas Gendroyono [Hb.7.17.13] (Raden Lurah Atmocondroatmojo) [Hamengku Buwono VII]
462307/8 <125+108> Raden Ajeng Siti Samsinah [Hb.7.17.11] (Raden Ayu Sumaryokusumo) [Hamengku Buwono VII]
463308/8 <125+109> Raden Ajeng Siti Samsiyah [Hb.7.17.10] (Raden Ayu Hendrobujono) [Hamengku Buwono VII] 464309/8 <125+108> Raden Ajeng Siti Mukadar [Hb.7.17.9] (Raden Ayu Puspohasmoro) [Hamengku Buwono VII]
465310/8 <125+109> Raden Ajeng Siti Samsirin [Hb.7.17.8] (Raden Ayu Suryosudirjo) [Hamengku Buwono VII] 466311/8 <125+109> Raden Mas Sudayadi [Hb.7.17.5] (Kanjeng Pangeran Haryo Widyokusumo) [Hamengku Buwono VII]
467312/8 <125+108> Raden Ajeng Siti Joharin [Hb.7.17.3] (Raden Ayu Puspodiprojo) [Hamengku Buwono VII] 468313/8 <125+108> Raden Mas Sunardi [Hb.7.17.18] (Raden Lurah Atmocondrowinoto) [Hamengku Buwono VII]
469314/8 <126+148> Raden Ayu Sri Rahmani [Hb.7.27.4] (Raden Ayu Prawirodiningrat) [Hamengku Buwono VII] 470315/8 <126+148> Raden Ayu Sarikirnen [Hb.7.27.2] (Raden Ayu Roestamdji Sorot) [Hamengku Buwono VII] 471316/8 <126+149> Raden Ayu Widaninggar [Hb.7.27.3] (Raden Ayu Soedomo) [Hamengku Buwono VII] 472317/8 <126+149> Raden Ayu Sri Sutengsu [Hb.7.27.5] (Raden Ayu Notohadiprawiro) [Hamengku Buwono VII] 473318/8 <126+150> Raden Mas Hino Rimawan [Hb.7.27.6] (Raden Rio Kusumobroto) [Hamengku Buwono VII] 474319/8 <126+148> Raden Mas Hari Murti [Hb.7.27.7] (Raden Rio Tejonegoro) [Hamengku Buwono VII]
475320/8 <126+151> Raden Ayu Mardusari [Hb.7.27.8] (Raden Ayu Puruboyo) [Hamengku Buwono VII]
476321/8 <126+152> Raden Mas Nimpuno [Hb.7.27.9] (Raden Wedono Wilopokusumo) [Hamengku Buwono VII]
477322/8 <126+148> Raden Ayu Sudyapti [Hb.7.27.10] [Hamengku Buwono VII]
478323/8 <126+151> Raden Mas Sadono [Hb.7.27.11] [Hamengku Buwono VII]
479324/8 <126+152> Raden Mas Sukesti [Hb.7.27.13] (Kanjeng Raden Tumenggung Tejohadiningrat) [Hamengku Buwono VII] 480325/8 <126+153> Raden Mas Puntadewa [Hb.7.27.14] [Hamengku Buwono VII] 481326/8 <144> Raden Sunkiyah Kasan Ropingi [?]
482327/8 <145> Raden Mas Soetardi Soerjohoedojo [Paku Alam III]
Jabatan terakhir:
  1. Kepala SMAN A1, Yogyakarta
  1. Kepala Sekolah Pendidikan Guru Sekolah Lanjutan Pertama, Yogyakarta
483328/8 <163+117> Raden Mas Benedictus Soetarjono [Darmosapoetro]
484329/8 <163+117> R. A. Henriette Arbiati [Darmosapoetro]
485330/8 <163+117> R. A. Georgia Srikanali [Darmosapoetro]
486331/8 <163+117> Raden Mas Franciscus Xaverius Prahasto [Darmosapoetro]
487332/8 <163+117> Raden Ajeng Melani [Darmosapoetro]
Meninggal saat bayi
488333/8 <163+117> Raden Mas Augustinus Soejanadi [Darmosapoetro]
489334/8 <163+117> Raden Mas Constantinus Satrijo [Darmosapoetro]
490335/8 <163+117> R. A. Mardoesari [Darmosapoetro]
491336/8 <163+117> Raden Mas Aloysius Prijohoetomo [Darmosapoetro]
492337/8 <163+117> R. A. Catharina Soeharti [Darmosapoetro]
493338/8 <163+117> Raden Mas Ignatius Soesanto [Darmosapoetro]
494339/8 <163+117> Raden Mas Petrus Canisius Pulunggono [Darmosapoetro]
495340/8 <163+117> R. A. Margareta Widihastoeti [Darmosapoetro]
496341/8 <86+154!> Ratih Tarbijah [Paku Alam III]
499342/8 <86+154!> Asti Wandansari [Paku Alam III]
500343/8 <86+154!> Soebroto Aria Mataram [Paku Alam III]
509344/8 <91> R. A. Drijopoero [Hamengku Buwono VI] 513345/8 <88+115> B. R. A. Koespinah [Paku Alam VII] 514346/8 <88+115> B. R. A. Soelastri (B. R. A. Soegirwo) [Paku Alam VII]
515347/8 <88+115> B. R. A. Koesbandinah (B. R. A. Soetardjo Kartoningprang) [Paku Alam VII]
516348/8 <88+115> B. R. A. Koesdarinah (B. R. A. Harjono Djoeroemartani) [Paku Alam VII]
517349/8 <88+115> B. R. A. Koesbinah (B. R. A. Soegoto Kartonegoro) [Paku Alam VII]
Personal tools