Pangeran Diponegoro [Hb.3.1] / Bendoro Raden Mas Mustahar م 11 نوفمبر 1785 و 8 يناير 1855 - جرد الجدول

From Rodovid AR

الشّخص:26192
Jump to: navigation, search
Generation of a large tree takes a lot of resources of our web server. Anonymous users can only see 7 generations of ancestors and 7 - of descendants on the full tree to decrease server loading by search engines. If you wish to see a full tree without registration, add text ?showfulltree=yes directly to the end of URL of this page. Please, don't use direct link to a full tree anywhere else.
11/1 <?+?> Pangeran Diponegoro [Hb.3.1] / Bendoro Raden Mas Mustahar [Hamengku Buwono III]
الميلاد: 11 نوفمبر 1785, Yogyakarta
الزواج: <1> 3. Raden Ayu Retnodewati [Kyai di Wilayah Selatan Jogjakarta]
الزواج:
الزواج: <2> 5. Raden Ayu Retnaningsih [Raden Tumenggung Sumoprawiro, Bupati Jipang Kepadhangan] م 1810 و 1885
الزواج: <3> 7. Raden Ayu Retnaningrum [Dipawiyana II]
الزواج:
الزواج:
الزواج:
الزواج: <4> 1. Raden Ayu Retno Madubrongto [Kyai Gedhe Dadapan - Tempel Sleman]
اللقب المميّز: 3 سبتمبر 1805, Yogyakarta, Bendoron Raden Mas Ontowiryo (Carey,Peter, Takdir: Riwayat Pangeran Diponegoro, 2014, pp.17)
الزواج: <5> 2. Raden Ayu Retnakusuma / Raden Ayu Supadmi [Raden Tumenggung Natawijaya Iii, Bupati Panolan, Jipang] , Yogyakarta
الزواج: <6> 3. Raden Ayu Maduretno / Raden Ayu Diponegoro (Bendoro Raden Ayu Ontowiryo) [Hamengku Buwono] م ~ 1798 و 28 فبراير 1827, Keraton Yogyakarta
الزواج: <7> 6. Raden Ayu Retnakumala [Kyahi Guru Kasongan]
اللقب المميّز: 15 أغسطس 1825, Selarong, Yogyakarta, Sultan Eru Cakra, Sultan Ngah 'Abdu'l Hamid Eru Chakra Kabir ul-Mukminin Saiyid ud-din Panatagama Jawa Khalifat Rasu'llah
الزواج: <7!> 6. Raden Ayu Retnakumala [Kyahi Guru Kasongan] , Kasongan
الوفاة: 8 يناير 1855, Makasar
Catatan Admin : Endang Suhendar alias Idang



( KELUARGA KERATON NGAYOGYAKARTA HADININGRAT )


فهرست

Sejarah Perjuangan Pangeran Diponegoro

Patung Pangeran Diponegoro Sumber : [1]
Patung Pangeran Diponegoro Sumber : [1]

Latar Belakang

Sebagai putra sulung Sultan Hamengkubuwono (HB) III, raja kasultanan Jogyakarta Hadiningrat, Pangeran Diponegoro memiliki hubungan kekerabatan formal dengan kraton. Meskipun dia dibesarkan di luar tembok kraton, namun sebagai seorang pangeran dia tetap mendapat didikan ksatria Jawa, mengikuti tradisi kejawen, dan menghayati berbagai ritual kraton, tata cara, perilaku dan tutur bahasa yang sangat hierarkhis. Selain itu dia juga mendapat pendidikan perang seperti ulah kanuragan, olah senjata, menunggang kuda, dan juga ilmu pemerintahan.




Figur Diponegoro

Diponegoro adalah putra sulung Sultan Jogya, Sultan HB III atau Sultan Raja dari seorang selir. Dengan demikian dia adalah cucu Sultan HB II (Sultan Sepuh) dan cicit Sultan HB I (Sultan Swargi). Ibunya disebut-sebut bernama R.A. Mangkarawati yang menurut Peter Carey asal-usulnya masih kabur. Dikatakan putri itu berasal dari Majasta di daerah Pajang, dekat makam keramat Tembayat (Carey, 1991:2). Dalam naskah lain Carrey mengatakan dia adalah keturunan Ki Ageng Prampelan dari Pajang (Carey, 1974:74). Sagimun MD. memberitakan bahwa dia berasal dari Pacitan, putri seorang Bupati yang konon masih berdarah Madura (Sagimun, 1986:36). R. Tanojo dalam Sadjarah Pangeran Dipanagara Darah Madura mengatakan bahwa darah Madura yang mengalir pada Diponegoro bukan berasal dari pihak ibu tetapi justeru dari pihak ayah. Menurut silsilah, nenek Diponegoro, yakni Ratu Kedaton (permaisuri HB II) adalah generasi ke enam keturunan Pangeran Cakraningrat dari Tunjung Madura (Tanojo, t.t:4). Nama asli Diponegoro adalah Raden Mas Mustahar. Dia lahir di keraton Jogyakarta pada hari Jum'at Wage, tanggal 7 Muharram Tahun Be atau 11 Nopember 1785 Masehi sebagai putera sulung Sultan HB III (Carey, 1991:1). 1) Pada tahun 1805 Sultan HB II mengganti namanya menjadi Raden Mas Ontowiryo. Adapun nama Diponegoro dan gelar pangeran baru disandangnya sejak tahun 1812 ketika ayahnya naik takhta.

Sepanjang hidupnya, tercatat ada tujuh wanita yang pernah dinikahi oleh Pangeran Diponegoro. Pernikahan pertama, terjadi tahun 1803 dengan Raden Ayu (RA) Retna Madubrongto, putri Kyahi Gedhe Dadapan, dari desa Dadapan, sub distrik Tempel, dekat perbatasan Kedu dan Jogyakarta. Kedua, tanggal 27 Pebruari 1807 dengan Raden Ajeng Supadmi (R.A. Retnakusuma), putri Raden Tumenggung Natawijaya III, Bupati Panolan, Jipang. Ketiga, tahun 1808 dengan R.A. Retnodewati. Baik Madubrongto maupun Retnodewati wafat sewaktu Diponegoro masih berada di Tegalrejo. Isteri Keempat, dinikahi pada tanggal 28 September 1814, yakni R.A. Maduretno, putri Raden Rangga Prawiradirjo III dengan Ratu Maduretno (putri HB II), jadi saudara seayah dengan Sentot Prawirodirjo, tetapi lain ibu. Ketika Diponegoro dinobatkan sebagai Sultan Abdulhamid, dia diangkat sebagai permaisuri bergelar Kanjeng Ratu Kedaton.l 18 Pebruari 1828. Keelima, bulan Januari 1828 Diponegoro menikahi R.A. Retnaningrum, putri Pangeran Penengah atau Dipawiyana II. Keenam, R.A. Retnaningsih, putri Raden Tumenggung Sumoprawiro, bupati Jipang Kepadhangan, dan ketujuh, R.A. Retnakumala, putri Kyahi Guru Kasongan (Babad, P. XIX, b. 21-26; Lihat juga Carey, 2007:767-769). 6)


Silsilah Keturunan Pangeran Diponegoro

klik Nama untuk membuka Silsilah
No. Nama Lahir Ibu Kandung
1. RM. ABDUL MADJID / DIPONEGORO ANOM 1803 RA. RETNA MADUBRONGTO
2. RM. DIPOATMAJA / DIPOKUSUMA/PANGERAN ABDUL AZIS 1805 RA. RETNA MADUBRONGTO
3. RM. SURYAATMAJA / DIPONINGRAT 1807 RA. SUPADMI / RA. RETNAKUSUMA
0. UNTUK SEMENTARA DI PUTUS ATAS NAMA "RM. SODEWO / SINGLON / PANGERAN ALIP:689908" 1810 RA. CITROWATI : 470488
4. RM. DJONET DIPOMENGGOLO 1815 RA. MADURETNO / RA. ONTOWIRYO
5. RM. ROUB/RM. RAAB 1816 RA. MADURETNO / RA. ONTOWIRYO
6. RA. IMPUN / RA. BASAH ---- RA. RETNODEWATI
7. RA. JOYOKUSUMO ---- RA. SUPADMI / RA. RETNA KUSUMA
8. RA. MUNTENG / RA. SITI FADILAH / RA. GUSTI ---- RA. RETNODEWATI
9. RA. HERJUMINTEN ---- RA. RETNAKUMALA
10. RA. HERJUMEROT ---- RA. RETNAKUMALA
11. RA. HANGRENI MANGUNJAYA ---- RA. RETNAKUMALA
12. RM. KINDAR 1832) RA. RETNANINGSIH
13. RM. SARKUMA 1834) RA. RETNANINGSIH
14. RM. MUNTAWARIDIN 1835 RA. RETNANINGSIH
15. RA. PUTRI MUNADIMA 1836 RA. RETNANINGSIH
16. RA. DULKABI 1836 RA. RETNANINGSIH
17. RM. RAJAB 1837 RA. RETNANINGSIH
18. RM. RAMAJI 1838 RA. RETNANINGSIH
19. RA. MANGKUKUSUMO ---- RA. RETNANINGRUM
20. RA. PADMODIPURO ---- RA. RETNANINGRUM
21. RA. PONCOKUSUMO ---- RA. RETNANINGRUM

Penangkapan dan Pengasingan

16 Februari 1830 Pangeran Diponegoro dan Kolonel Cleerens bertemu di Remo Kamal, Bagelen (sekarang masuk wilayah Purworejo). Cleerens mengusulkan agar Kanjeng Pangeran dan pengikutnya berdiam dulu di Menoreh sambil menunggu kedatangan Letnan Gubernur Jenderal Markus de Kock dari Batavia.

Lukisan karya Nicolaas Pieneman, "Penyerahan diri Pangeran Diponegero kepada Jenderal De Kock".28 Maret 1830 Diponegoro menemui Jenderal de Kock di Magelang. De Kock memaksa mengadakan perundingan dan mendesak Diponegoro agar menghentikan perang. Permintaan itu ditolak Diponegoro. Tetapi Belanda telah menyiapkan penyergapan dengan teliti. Hari itu juga Diponegoro ditangkap dan diasingkan ke Ungaran, kemudian dibawa ke Gedung Karesidenan Semarang, dan langsung ke Batavia menggunakan kapal Pollux pada 5 April.

Penyerahan Pangeran Diponegoro kepada Letnan Jenderal Hendrik Merkus de Kock, 28 Maret 1830 akhir dari Perang Diponegoro (1825-1830). Lukisan Tahun 1835 Nicolaas_Pieneman (1809-1860), Sumber :[[2]]
Penyerahan Pangeran Diponegoro kepada Letnan Jenderal Hendrik Merkus de Kock, 28 Maret 1830 akhir dari Perang Diponegoro (1825-1830). Lukisan Tahun 1835 Nicolaas_Pieneman (1809-1860), Sumber :[[2]]
Lukisan cat minyak Raden_Saleh tahun 1857 tentang Penangkapan Pangeran Diponegoro. Diceritakan bahwa Pangeran Diponegoro beserta pasukannya ditangkap dalam keadaan tidak bersenjata. Sumber : [[3]]
Lukisan cat minyak Raden_Saleh tahun 1857 tentang Penangkapan Pangeran Diponegoro. Diceritakan bahwa Pangeran Diponegoro beserta pasukannya ditangkap dalam keadaan tidak bersenjata. Sumber : [[3]]
3 Mei 1830 Diponegoro dan rombongan diberangkatkan dengan kapal Pollux ke Manado dan ditawan di benteng Amsterdam. Tidak kurang dari 19 orang yang terdiri dari keluarga dan stafnya ikut dalam pembuangan di Menado
3 Mei 1830 Diponegoro dan rombongan diberangkatkan dengan kapal Pollux ke Manado dan ditawan di benteng Amsterdam. Tidak kurang dari 19 orang yang terdiri dari keluarga dan stafnya ikut dalam pembuangan di Menado

11 April 1830 sampai di Batavia dan ditawan di Stadhuis (sekarang gedung Museum Fatahillah). Sambil menunggu keputusan penyelesaian dari Gubernur Jenderal Van den Bosch. 30 April 1830 keputusan pun keluar. Pangeran Diponegoro, Raden Ayu Retnaningsih, Tumenggung Diposono dan istri, serta para pengikut lainnya seperti Mertoleksono, Banteng Wereng, dan Nyai Sotaruno akan dibuang ke Manado. 3 Mei 1830 Diponegoro dan rombongan diberangkatkan dengan kapal Pollux ke Manado dan ditawan di benteng Amsterdam. 1834 dipindahkan ke benteng Rotterdam di Makassar, Sulawesi Selatan. 8 Januari 1855 Diponegoro wafat dan dimakamkan di kampung Jawa Makassar.

Benteng Rotterdam Makasar
Benteng Rotterdam Makasar
Patung P. Diponegoro Berkuda Makasar
Patung P. Diponegoro Berkuda Makasar
Makam P. Diponegoro & Anak-Cucunya
Makam P. Diponegoro & Anak-Cucunya

Lokasi makam Pangeran Diponegoro di Makassar, Sulawesi Selatan.Dalam perjuangannya, Pangeran Diponegoro dibantu oleh puteranya bernama Bagus Singlon atau Ki Sodewo. Ki Sodewo melakukan peperangan di wilayah Kulon Progo dan Bagelen.

Bagus Singlon atau Ki Sodewo adalah Putera Pangeran Diponegoro dengan Raden Ayu Citrowati Puteri Bupati Madiun Raden Ronggo. Raden Ayu Citrowati adalah saudara satu ayah lain ibu dengan Sentot Prawiro Dirjo. Nama Raden Mas Singlon atau Bagus Singlon atau Ki Sodewo sendiri telah masuk dalam daftar silsilah yang dikeluarkan oleh Tepas Darah Dalem Keraton Yogyakarta.

Perjuangan Ki Sodewo untuk mendampingi ayahnya dilandasi rasa dendam pada kematian eyangnya (Ronggo) dan ibundanya ketika Raden Ronggo dipaksa menyerah karena memberontak kepada Belanda. Melalui tangan-tangan pangeran Mataram yang sudah dikendalikan oleh Patih Danurejo, maka Raden Ronggo dapat ditaklukkan. Ki Sodewo kecil dan Sentot bersama keluarga bupati Madiun lalu diserahkan ke Keraton sebagai barang bukti suksesnya penyerbuan.

Ki Sodewo yang masih bayi lalu diambil oleh Pangeran Diponegoro lalu dititipkan pada sahabatnya bernama Ki Tembi. Ki Tembi lalu membawanya pergi dan selalu berpindah-pindah tempat agar keberadaannya tidak tercium oleh Belanda. Belanda sendiri pada saat itu sangat membenci anak turun Raden Ronggo yang sejak dulu terkenal sebagai penentang Belanda. Atas kehendak Pangeran Diponegoro, bayi tersebut diberi nama Singlon yang artinya penyamaran.

Keturunan Ki Sodewo saat ini banyak tinggal di bekas kantung-kantung perjuangan Ki Sodewo pada saat itu dengan bermacam macam profesi. Dengan restu para sesepuh dan dimotori oleh keturunan ke 7 Pangeran Diponegoro yang bernama Raden Roni Muryanto, Keturunan Ki Sodewo membentuk sebuah paguyuban dengan nama Paguyuban Trah Sodewo.

Setidaknya Pangeran Diponegoro mempunyai 17 putra dan 5 orang putri, yang semuanya kini hidup tersebar di seluruh Indonesia, termasuk Jawa, Sulawesi & Maluku.

Perang Jawa-3 ; 1825 – 1830 Perjuangan Islam Melawan Penjajah

Pangeran Diponegoro waktu muda (Lukisan H.M Lange tahun 1847), Sumber : [4]
Pangeran Diponegoro waktu muda (Lukisan H.M Lange tahun 1847), Sumber : [4]
Kyai Mojo (Lukisan Raden Saleh), Sumber : [5]
Kyai Mojo (Lukisan Raden Saleh), Sumber : [5]

Langkah pertama yang ditempuh oleh Diponegoro adalah mengeluarkan seruan kepada seluruh rakyat Mataram untuk sama-sama berjuang menentang penguasa kolonial Belanda dan para tiran, yang senantiasa menindas rakyat. Seruan itu antara lain berbunyi: “Saudarasaudara di tanah dataran! Apabila saudura-¬saudara mencintai saya, datanglah dan bersama-sama saya dan paman saya ke Selarong. Siapa saja yang mencintai saya datangdah segera dan bersiap-siap untuk bertempur.” Seruan ini disebar-luaskan di seluruh tanah Mataram, khusuanya di Jawa Tengah dan mendapat sambutan hampir sebagian besar lapisan masyarakat. Dan daerah Selarong penuh sesak, dipenuhi oleh pasukan rakyat!

Seruan ini disambut baik oleh Kiai Mojo, seorang ulama besar dari daerah Mojo-Solo; yang datang bersama barisan santrinya menggabungkan diri dengan pasukan Diponegoro; ia menyerukan ‘perang sabil’ terhadap pihak penguasa kolonial Belanda. Jejak Kiai Mojo dengan santrinya, diikuti oleh para ulama dan santri-santri dari Kedu dibawah pimpinan Pangeran Abubakar; juga Muhamad Bahri, penghulu Tegalrejo. Perang sabil menentang penguasa kolonial Belanda-Kristen meledak membakar hampir seluruh tanah Mataram, bahkan sampai ke Jawa Timur dan Jawa Barat. Tampilnya Alibasah Abdul Mustafa Prawiradirja (Sentot) dan sebagian para bangsawan di kalangan penguasa kolonial Belanda dan kraton Yogyakarta. Akhimya diutuslah Pangeran Mangkubumi (paman Diponegoro) ke Tegakejo untuk memanggil Diponegoro ke kraton. Semula Diponegoro bersedia datang ke kraton, apabila ada jaminan dari Paugeran Mangkubumi bahwa ia tidak akan ditangkap. Tetapi karena Mangkubumi sendiri tidak berani menjamin dan bahkan ia sendiri tidak akan kembali lagi ke Yogyakarta, maka Diponegoro memperkuat diri dengan pasukan rakyat yang telah melakukan bai’ah (janji setia perjuangan). Melihat kegagalan Pangeran Mangkubumi ini untuk memanggil Diponegoro, Residen A.H. Smisaert mengutus kembali dua orang bupati yang dikawal dengan sepasukan militer. Sebelum utusan Belanda ini sampai, Diponegoro dan Pangeran Mangkubumi yang sedang berunding menjadi terhenti, karena mendengar letusan senjata dan tembakan meriam yang ditujukan ke arah rumah Diponegoro. Serangan Belanda terhadap tempat kediaman Diponegoro, mengakibatkan Diponegoro dan Pangeran Mangkubumi yang disertai kawalan pasukan rakyat mengungsi ke daerah selarong, guna selanjutnya melancarkan peperangan untuk mengusir penguasa kolonial Belanda dari daerah kekuasaan kesultanan yogyakarta, khususnya dan Jawa umumnya. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 20 Juli 1825 dan disebut sebagai permulaan “Perang Jawa”.

Nyi Ageng Serang, selaku Penasehat Strategi Perang Jawa, Sumber : [6]
Nyi Ageng Serang, selaku Penasehat Strategi Perang Jawa, Sumber : [6]
Sentot Alibasyah Prawiradirja, komandan pasukan Pangeran Diponegoro (lukisan G. Kepper Tahun 1900), Sumber : [7]
Sentot Alibasyah Prawiradirja, komandan pasukan Pangeran Diponegoro (lukisan G. Kepper Tahun 1900), Sumber : [7]

Yogyakarta seperti antara lain Pangeran Ngabehi Jayakusuma, putera Sultan Hamengku Buwono II dan pangeran Mangkubumi melengkapi “Perang Jawa” yang dahsyat. Strategi perang gerilya yang dipergunakan oleh Diponegoro dengan taktik “serang dengan tiba-tiba pasukan musuh kemudian menghilang-bersembunyi”, merupakan strategi dan taktik yang dapat melumpuhkan pasukan kolonial Belanda; setidak-tidaknya pada awal perang Jawa.

Berita pecahnya perang Jawa sangat mengejutkan pihak Gubernur Jenderal Van der Capellen di Batavia. Karenanya pada tanggal 26 Juli 1825, ia telah memutus¬kan untuk mengirimkan pasukan dari Batavia langsung di bawah pimpinan Letnan Jenderal Hendrik Marcus De Kock, pimpinan tertinggi militer Hindia Belanda. Pada tanggal 29 Juli 1825 Let. Jend. De Kock telah tiba di Semarang untuk memimpin langsung operasi militer terhadap pasukan Diponegoro. Pasukan kolonial Belanda yang dipimpin oleh Kapten Kumsius dengan kekuatan 200 prajurit, yang dikirim dari Semarang, di daerah pisangan dekat Magelang disergap oleh pasukan Diponegoro di bawah pimpinan Mulya Sentika. Hampir seluruh pasukan Belanda berhasil dimusnahkan dan seluruh perlengkapan dan persenjataannya dirampas. Kekalahan pertama, menyebabkan Belanda me¬ngirimkan pasukan yang lebih besar dari Semarang dan dipimpin oleh Kolonel Von Jett untuk langsung me¬nyerang Selarong, markas besar pasukan Diponegoro. Tetapi serangan ini gagal, karena pasukan Diponegoro telah mengosongkan Selarong. Tatkala pasukan Belanda meninggalkan Selarong, di perjalanan, di tempat-tempat yang atrategis, pasukan Belanda diserang; sehingga menimbulkan kerugian yang cukup besar

Ilustrasi Perang, Sumber : [8]
Ilustrasi Perang, Sumber : [8]

Ibukota Yogyakarta di kepung oleh pasukan Diponegoro, sehingga pasukan kesultanan Yogyakarta dan Belanda terjepit, bahkan Sultan Hamengku Buwono V bersembunyi di benteng Beianda untuk menyelamatkan diri. Pada tanggal 28 Juli 1825, Belanda mengirimkan pasukan komando gabungan antara pasukan Belanda dan Mangkunegara dari Surakarta untuk menembus barikade pasukan Diponegoro di Yogyakarta, guna menyelamatkan pasukan Belanda dan Sultan Hamengku Buwono V yang terkurung. Tetapi pasukan komando gabungan Belanda Mangkunegara di bawah pimpinan Raden Mas Suwangsa di Randu Gunting dekat Kalasan disergap oleh pasukan Diponegoro dibawah pimpinan Tumenggung Surareja. Sergapan ini berhasil dengan baik dan Raden Mas Suwangsa, pimpinan komando gabungan itu sendiri tertangkap dan dibawa ke Selarong, markas besar pasukan Diponegoro.

Operasi militer Belanda yang senantiasa mengalami kekalahan, maka Let. Jend. De Kock menempuh jalan diplomasi, dengan jalan mengirim surat kepada Diponegoro; surat pertama tertanggal 7 Agustus 1825 dan surat kedua tertanggal 14 Agustus 1825. Isi surat-surat itu menyatakan keinginan Belanda untuk berunding dan bersedia memenuhi tuntutan-tuntutan Diponegoro dan Pangeran Mangkubumi, dengan syarat: pertempuran dihentikan. Surat Let. Jend. De Kock diperkuat oleh surat Susuhunan Surakarta, tertanggal 14 Agustus 1825. Surat-surat baik dari De Kock maupun dari Susuhunan Surakarta, semuanya dijawab oleh Diponegoro, dengan menekankan bahwa Perang Jawa ini terjadi karena kesalahan Belanda yang bertindak otoriter dan zalim, yang dibantu oleh pasukan militer Susuhunan Surakarta. Perdamaian yang diajukan oleh Belanda dan Susuhunan Surakarta ditolak; kecuali pasukan kolonial Belanda angkat kaki dari bumi Mataram. Jalan diplomasi gagal. Karena tidak ada jalan lain, De Kock sebagai panglima tertinggi pasukan Hindia Belanda, mengerahkan pasukannya dari berbagai daerah Batavia: Bone, Madura, Bali, Ambon dan lain-lain untuk dipusatkan di sekitar Yogyakarta; guna menembus barikade pasukan Diponegoro. Baru pada tanggal 25 September 1825, De Kock dengan pasukan komando gabungan yang besar sekali berhasil memasuki Yogyakarta menyelamatkan pasukan Belanda yang terkepung dan Sultan Hamengku Buwono V. Pertempuran antara pasukan Belanda dengan pasukan Diponegoro tidak hanya terjadi di sekitar Yogyakarta, tetapi juga menjalar dan terjadi di Magelang, Semarang, Pekalongan, Banyumas, Bagelen dan daerah Kedu seluruhnya. Pertempuran makin hari makin meluas, menjalar ke daerah Jawa Timur seperti Madiun, Ngawi dan Pacitan. Pertempuran yang luas itu memang melumpuhkan dan melelahkan pasukan kolonial Belanda dan para kolaborator; bahkan serangan kedua ke markas besar Selarong; tidak berhasil menangkap dan me¬lumpuhkan pasukan Diponegoro.

Penangkapan Pangeran Diponegoro di Magelang (dilukis oleh G. Kepper pada tahun 1900),  Sumber : [9]
Penangkapan Pangeran Diponegoro di Magelang (dilukis oleh G. Kepper pada tahun 1900), Sumber : [9]

Pada tahun-tahun pertama (1825 -1826) pasukan Diponegoro memperoleh banyak kemenangan. Dengan pasukan-pasukan berkuda, mereka dapat bergerak capat dan mobile dari satu daerah ke daerah lain, dari satu pertempuran ke pertempuran lain dan selalu lolos dari kepungan pasukan musuh yang jauh lebih besar jumlahnya. Tetapi sejak tahun 1827 pasukan kolonial Belanda mulai unggul, selain karena besarnya bala-bantuan yang didatangkan dari daerah-daerah, tetapi juga merubah strategi pertempuran yang selama ini ditempuh. Let. Jend. De Kock, selaku panglima tertinggi Hindia melaksanakan “sistem benteng” dalam operasi militernya. Pasukan Belanda mendirikan benteng-benteng di wilayah yang telah dikuasai kembali. Antara benteng yang satu dengan benteng yang lain dibuat jalan se¬hingga pasukan dapat bergerak dengan cepat. Dengan sistem benteng itu, pasukan Diponegoro tidak lagi dapat bergerak dengan leluasa; hubungan antar pasukan menjadi sukar. Tiap pasukan terpaku pada daerah operasinya masing-masing. Gerakan mobile dan cepat yang selama ini menjadi ciri pasukan Diponegoro menjadi lumpuh. Daerah-daerah yang dikuasai kembali oleh Belanda didirikanlah benteng-benteng seperti di Minggir, Groyak, Bantul, Brosot; Puluwatu, Kejiwan, Telagapinian, Danalaya, Pasar Gede, Kemulaka, Trayema, Jatianom, Delanggu, Pijenan. Di daerah-daerah pertempuran sebelah timur, benteng-benteng itu terdapat di Rembang, Bancar, Jatiraga, Tuban, Rajegwesi, Blantunan, Blora, Pamotan, Babat, Kopas dan lain-lain.

Di daerah-daerah pertempuran sebelah barat, benteng-benteng didirikan di Pakeongan, Kemit, Panjer, Merden dan lain lain. Sistim benteng ini memang dapat melumpuhkan pasukan Diponegoro, apalagi setelah Sultan Sepuh yang telah berusia 70 tahun diangkat kembali menjadi Sultan Yogyakarta, yang secara psikologi sangat mempengaruhi pasukan Diponegoro. Oleh karena itu, berkat usaha Van Lawick von Pabst, Residen Yogyakarta, maka pada tanggal 21 Juni 1827, Pangeran Natapraja dan Pangeran Serang Sutawijaya beserta para pengikutnya lebih kurang 850 orang menyerah kepada Belanda dan diperlakukan dengan baik. Penyerahan Pangeran Natapraja dan Pangeran Serang adalah pukulan yang besar sekali bagi perang Jawa. Sebab dengan menyerahnya kedua orang pemimpin ini, maka daerah rawan dan daerah pertempuran di sebelah timur kehilangan pimpinan. Seperti telah dimaklumi bahwa kedua orang inilah yang memimpin pasukan Diponegoro di medan pertempuran sebelah timur, mengancam Semarang dan Demak.

Walau demikian, pukulan hebat ini tidak menyebabkan pasukan Diponegoro berputus asa. Di kota Gede Yogyakarta telah terjadi pertempuran yang seru antara pasukan Diponegoro di bawah pimpinan Mas Tumenggung Reksasentana melawan pasukan kolonial Belanda. Pertempuran ini terjadi karena usaha Belanda untuk menggiring pasukan Diponegoro untuk berada di daerah antara Sungai Progo dan Sungai Begowonto. Pertempuran terus berlangsung, tetapi usaha diplomasi juga dijalankan oleh Belanda, apalagi setelah kedua Pangeran tersebut menyerah.Usaha diplomasi menunjukkan hasil yang menggembirakan, dengan diselenggarakannya perundingan antara pasukan Diponegoro di bawah pimpinan Kiai Mojo dan Pangeran Ngabehi Abdul Rahman dengan pasukan Belanda di bawah pimpinan Stavers pada tanggal 29 Agustus 1827 di Cirian-Klaten. Perundingan ini tidak membuahkan suatu hasil apapun bagi kedua belah pihak. Tuntutan-tuntutan yang diajukan oleh Kiai Mojo dianggap terlalu berat oleh pihak Belanda, sebaliknya syarat-syarat yang diajukan oleh Belanda, termasuk janji-janji untuk memberikan kekuasaan yang luas kepada Diponegoro, tidak dapat diterima oleh Kiai Mojo. Perundingan yang gagal pada bulan Agustus 1827, mengakibatkan pada bulan September 1827 berkobar lagi pertempuran antara pasukan Diponegoro dengan pasukan kolonial Belanda di daerah-daerah Klaten, Puluwatu, Kemulaka dan Yogyakarta. Operasi militer Belanda yang besar ini langsung dipimpin oleh Jenderal Van Geen.

Pertempuran antara pasukan Kolonel Le Bron de Vexela dengan pasukan Pangeran Diponegoro  di Gawok (dilukis oleh G. Kepper pada tahun 1900), Sumber : [10]
Pertempuran antara pasukan Kolonel Le Bron de Vexela dengan pasukan Pangeran Diponegoro di Gawok (dilukis oleh G. Kepper pada tahun 1900), Sumber : [10]

Pada tanggal 10 Oktober 1827 diadakan kembali gencatan senjata untuk mengadakan perundingan perdamaian antara kedua belah pihak, bertempat di Gamping. Pihak Belanda di pimpin oleh Letnan Roeps, seorang opsir Belanda yang pandai berbahasa Jawa, sedangkan dipihak Diponegoro di pimpin oieh Tumeng¬gung Mangun Prawira. Tetapi perundingan inipun gagal, sebab tuntutan mengenai pelaksanaan syari’at Islam, seperti pernah diajukan pada perundingan pertama, sangat ditentang delegasi Belanda. Kegagalan perundingan kedua ini, diikuti oleh operasi militer Belanda secara besar-besaran di bawah pimpinan Kolonel Cochius dan Sollewijn menyerang daerah-daerah sebelah selatan Yogyakarta, Plered, Tegalsari, Semen dan-lain. Pada tanggal 25 Oktober 1827 pasukan Belanda di bawah Mayor Sollewijn menyerbu markas perjuangan Diponegoro di Banyumeneng, tetapi Diponegoro dengan pasukan-pasukannya berhasil menghindar. Tetapi dalam perjalanan pulang pasukan Sollewijn berhasil dijebak dan diserang oleh pasukan Diponegoro, sehingga memporak-porandakan pasukan Belanda; dan hanya dengan susah payah pasukan Sollewijn dapat menyeberangi sungai Progo, terus masuk ke kota Yogyakarta.

Pertempuran yang terjadi setelah kegagalan perundingan kedua ini, bukan hanya terjadi di sekitar Yogyakarta saja, tetapi juga terjadi dan berkecamuk di daerah-daerah Kedu, Banyumas, Bagelen, Bojonegoro, Rembang, Tuban. Hanya dengan susah payah, pasukan Belanda bisa bertahan dan menyelamatkan diri. Pertempuran yang timbul berkecamuk lagi ini, mendorong Jenderal De Kock untuk mengerahkan bala ¬bantuan, termasuk dari negeri Belanda sendiri. Dan memusatkan markas besarnya di kota Magelang pada tanggal 13 Maret 1828; dengan menempatkan markas besarnya di Magelang, maka pasukan Belanda dapat beroperasi lebih mobile, karena tempat itu sangat strategis untuk menjangkau daerah-daerah Semarang di utara, Surakarta di timur, Yogyakarta di selatan dan Banyumas di barat. Strategi ini cukup berhasil, karena daerah Kedu hampir seluruhnya dapat diamankan oleh pasukan Belanda.

Keunggulan Belanda di bidang militer, diikuti dengan kemenangan di bidang.diplomasi, di mana pada tanggal 28 April 1828, Pangeran Natadiningrat beserta isteri, ibu dan kira-kira 20 orang pasukannya menyerah kepada Letnan Kolonel Sollewijn. Penyerahan Natadiningrat ini sangat menggembirakan Belanda, karena sampai waktu itu; bolehlah dikatakan tidak ada keluarga terdekat Diponegoro dan Pangeran Mangkubumi yang menyerah kepada Belanda. Pangeran Natadiningrat adalah putera kesayangan Pangeran Mangkubumi yang diharapkan oleh Belanda dapat membujuk ayahnya sendiri untuk menyerah kepada Belanda dan meninggalkan Diponegoro.

Selain itu, pasukan Diponegoro di daerah Rembang di bawah pimpinan Tumenggung Sasradilaga, yang semula berhasil memukul mundur pasukan Belanda, lambat-laun mulai terjepit dan akhirnya pada tanggal 3 oktober 1828 menyerah pula kepada Belanda. Kemudian operasi militer Belanda berhasil mempersempit daerah operasi pasukan Diponegoro dengan jalan menggiringnya ke daerah antara sungai Progo dan sungai Bogowonto. Usaha berhasil, setelah pertempuran sengit dengan pasukan Diponegoro di daerah Belige di bawah pimpinan Pangeran Bei pada tanggal 31 Maret 1828. Dengan daerah gerak yang makin sempit, sangat memungkinkan pasukan Belanda yang besar itu dapat mengurung pasukan Diponegoro. Apalagi banyak pasukan bekas anak buah Diponegoro yang menyerah kepada Belanda diikut-sertakan dalam operasi militer ini. Dalam posisi terus terdesak dan terjepit, pasukan Diponegoro bukan hanya kekurangan persenjataan, tetapi juga kekurangan suplai bahan makanan. Tambah ironis, dalam situasi semacam itu di kalangan pimpinan pasukan Diponegoro terjadi perpecahan; sehingga dengan tiba-tiba pada tanggal 25 Oktober 1828 Kiai Mojo dengan pasukannya menyatakan keinginannya untuk berunding dan mengadakan gencatan senjata dengan Belanda.

1886: Rakyat Jawa Tengah bertahan di Candi Parikesit (Dataran Tinggi Dieng)  dalam Perang Jawa], Sumber : [11]
1886: Rakyat Jawa Tengah bertahan di Candi Parikesit (Dataran Tinggi Dieng) dalam Perang Jawa], Sumber : [11]

Pada tanggal 31 oktober 1828 perundingan berlangsung di Mlangi antara Kiai Mojo dengan delegasi Belanda di bawah pimpinan Letnan Kolonel Wiranegara, komandan pasukan kraton Yogyakarta. Perundingan dengan pengawalan yang ketat oleh pasukan Betanda, berakhir gagal. Perundingan kedua dilanjutkan lagi pada tanggal 5 Nopember 1828, dengan pengawalan ketat oleh pasukan Belanda di bawah pimpinan Letnan Kolonel Le Bron de Vexela; juga berakhir dengan kegagalan. Ketika perundingan gagal, Kiai Mojo beserta pasukannya kembali ke tempat semula, tetapi senantissa diikuti oleh pasukan Letnan Kolonel Le Bron de Vexela. Dengan tiba-tiba pasukan Le Bron menyerang pasukan Kiai Mojo, tetapi gagal karena semua prajurit Kiai Mojo telah siap mati syahid. Letnan Kolonel Le Pron tak kehabisan akal untuk dapat menangkap Kiai Mojo. Tipu muslihat yang licik dan keji dipergunakan oleh Le Bron dengan mengajak berpura-pura untuk melanjutkan perundingan di Klaten. Kiai Mojo dengan pasukannya menyetujui tawaran ini. Kiai Mojo dengan pasukannya memasuki kota Klaten dengan nyanyian-nyanyian agama seolah-olah sebuah pasukan yang menang perang dari medan pertempuran.

Setelah sampai Klaten, Kiai Mojo diajak oleh Letnan Kolonel Le Bron de Vexela masuk ke sebuah gedung, sedangkan pssukannya beristirahat di luar. Dengan serta-merta Kiai Mojo ditangkap dan pasukannya yang sedang lengah disergap oleh pasukan Belanda yang lebih besar dan kuat persenjataannya. Dalam kondisi tak berdaya, Kiai Mojo beserta pasukannya tertangkap dan tertawan; tidak kurang dari 50 pucuk senapan dan 300 buah tombak yang dapat dilucuti dari pasukan Kiai Mojo. Bersamanya tertangkap pula para ulama yang turut menjadi pimpinan pasukan di medan per¬tempuran, seperti antara lain Kiai Tuku Mojo, Kiai Badren, Kiai Kasan Basari. Kiai Mojo beserta stafnya dibawa ke Surakarta; dari sana terus ke Salatiga tempat kediaman Jenderal De Kock. Dari Salatiga Kiai Mojo dengan teman-temannya dibawa ke Semarang untuk kemudian dikirim ke Batavia. Tertangkapnya Kiai Mojo dan stafnya diper¬gunakan sebaik-baiknya untuk bisa membujuk pasukan Diponegoro yang lainnya, yang masih melakukan perang gerilya. Pada awal Januari 1829, Komisaris Jenderal Du Bus telah mengirimkan Kapten Roeps dan seorang staf Kiai Mojo untuk mengadakan perundingan dengan Diponegoro di markas besarnya di Pengasih. Pada akhir Januari 1829 mereka dapat di terima di markas per¬juangan Diponegoro dan pembicaraan dimulai antara delegasi Belanda dengan delegasi Diponegoro. Tetapi di saat pembicaraan sedang berlangsung, tiba-tiba ter¬dengar suara dentuman meriam dari pasukan Belanda yang dipimpin oleh Mayor Bauer. Mendengar letusan meriam, serentak pasukan Diponegoro mau membunuh delegasi Belanda yang sedang berada di tengah-tengah meja perundingan. Berkat kebijaksanaan Alibasah (Sentot) delegasi Belanda itu dapat selamat dan me¬merintahkan agar pasukan Belanda mengundurkan diri, jika jiwa para delegasi Belanda ingin selamat.

Pada bulan Februari 1829 Belanda mengadakan gencatan senjata secara sepihak. Sebab Jenderal De Kock mencoba membujuk Alibasah, panglima muda remaja yang sangat ditakuti oleh Belanda. Jenderal De Kock mengirimkan surat kepada Alibasah, yang isinya antara lain menjamin kebebasan bepergian bagi Ali basah dengan pasukannya di daerah kekuasaan Belanda tanpa ada gangguan. Bahkan De Kock mengirimkan beberapa pucuk pistol kepada Alibasah sebagai tanda kenang-kenangan dan keinginan mau berdamai. Taktik licik Belanda ini mempengaruhi pimpinan pasukan Diponegoro, apalagi setelah beberapa tokoh pasukan Diponegoro seperti Tumenggung Padmanegara, Pangeran Pakuningrat diberikan kebebasan bepergian di daerah kekuasaan Belanda pada bulan Ramadhan. Dalam kesempatan gencatan senjata ini Jenderal De Kock menggunakan waktu untuk terus mengirim surat kepada beberapa tokoh pasukan Diponegoro seperti Alibasah dan Pangeran Pakuningrat, yang isinya tidak lain menyanjung-nyanjung tokoh-tokoh tersebut dan keinginan Belanda untuk bekerjasama dengan mereka. Setelah gencatan senjata berjalan tiga bulan tanpa mendapat hasil yang memuaskan bagi Belanda, maka pertempuran dan operasi militer dilanjutkan. Terjadilah pertempuran sengit di antara kedua belah pihak, sampai Komisaris Jenderal Du Bus diganti oleh Johannes Van Den Bosch sebagai penguasa tertinggi Hindia Belanda di Indonesia, dan Jenderal Mercus De Kock diganti oleh Jenderal Mayor Benyamin Bischop sebagai pimpinan tertinggi militer Hindia Belanda, pada bulan Mei 1829. Tetapi karena Jenderal Benyamin Bischop sakit-sakitan pada tanggal 7 Juli 1829 meninggal dunia, maka praktis pimpinan tertinggi militer Hindia Belanda masih tetap berada ditangan Jenderal De Kock.

Pada akhir bulan Mei 1829 pasukan kolonial Belanda mencari dengan seksama tempat pangeran Mangkubumi yang menjadi kepala urusan rumahtangga pasukan Diponegoro. Maksudnya tidak lain agar dapat menangkap para anggota keluarga tokoh-tokoh pasukan Diponegoro, untuk dapat memancing tokoh-tokoh itu supaya bisa menyerah. Pada tanggal 21 Mei 1829 tempat persembunyian Pangeran Mangkubumi dengan para keluarga tokoh-tokoh pasukan Diponegoro di desa Kulur diserbu oleh pasukan Belanda di bawah pimpinan Mayor Bauer dan Kapten Ten Have. Hasilnya nihil, karena rombongan Pangeran Mangkubumi telah pergi bersembunyi ke tempat lain. Usaha pengejaran akan dilakukan, tetapi dengan tiba-tiba pasukan Di ponegoro di bawah pimpinan Alibasah menyerang pasukan Belanda tersebut, sehingga terpaksa menghadapinya dan dengan demikian rombongan Pangeran Mangkubumi lepas dari kejaran Belanda. Operasi militer untuk menangkap Pangeran Mangkubumi tidak berhasil; diikuti dengan diplomasi untuk mengajak berunding. Belanda menggunakan putera Pangeran Mangkubumi yang telah menyerah yaitu Pangeran Natadiningrat untuk bisa membujuk Pangeran Mangkubumi agar menghentikan pertempuran dengan Belanda, dengan alasan usia telah lanjut dan Belanda berjanji untuk memberikan jabatan yang terhormat dengan tempat dan gaji yang besar. Usaha ini tampak akan berhasil, sebagaimana dilaporkan oleh Residen Van Nes pada tanggal 28 Juni 1829; tetapi hasilnya ternyata gagal.

Peta Mataram Baru setelah Perang Diponegoro pada tahun 1830, Peta ini digambar oleh Meursault2004 alias Revo Arka Giri S. berdasarkan Robert Cribb, 2000, Historical Atlas of Indonesia halaman 114, Sumber : [12]
Peta Mataram Baru setelah Perang Diponegoro pada tahun 1830, Peta ini digambar oleh Meursault2004 alias Revo Arka Giri S. berdasarkan Robert Cribb, 2000, Historical Atlas of Indonesia halaman 114, Sumber : [12]

Kegagalan ini mendorong untuk melakukan operasi militer besar-besaran ke pusat pertahanan pasukan Diponegoro di desa Geger. Pada tanggal 17 Juli 1829 pasukan kolonial Belanda di bawah pimpinan Kolonel Cochius; Letnan Kolonel Sollewijn dan Mayor Cox van Spengler dibantu dengan pasukan Mangkunegara menyerang desa Geger. Dengan kekuatan yang tidak seimbang, markas Geger dapat direbut oleh pasukan Belanda dan beberapa pimpinan pasukan Diponegoro gugur sebagai syuhada, antara lain Sheikh Haji Ahmad dan Tunenggung Banuja. Operasi militer terus ditingkatkan oleh Belanda terhadap “kantong kantong” persembunyian pasukan Diponegoro, sehingga pada akhir Juli 1829 putera Diponegoro yakni Diponegoro Anom dan Raden Hasan Mahmud tertangkap oleh pasukan Letnan Kolonel Sollewijn. Tertangkapnya putera Diponegoro ini diper¬gunakan untuk melemahkan semangat perjuangan Diponegoro dengan cara mengancam akan membunuh Diponegoro Anom oleh Belanda. Jiwa puteranya akan selamat jika Diponegoro menghentikan pertempuran. Hal ini terlihat dari surat Jenderal De Kock tertanggal 6 Agustus 1829. Tetapi usaha ini tidak berhasil melemahkan semangat tempur Diponegoro. Dalam usaha konsolidasi, karena Alibasah dan Pangeran Bei sakit keras, maka Diponegoro telah mengangkat pimpinan pasukan infantri kepada Syeikh Muhammad dan Baisah Usman, sedangkan pasukan kavaleri dipimpin oleh Pangeran Sumanegara. Selesai konsolidasi, pasukan Diponegoro melakukan serangan terhadap pasukan Belanda di bawah pimpinan Mayor Bauer dan Kapten Ten Have di Serma pada tanggal 3 Agustus 1829. Dalam pertempuran sengit ini, banyak korban yang jatuh di kedua belah pihak, antara lain Syekh Muhammad dan Hasan Usman.

Untuk meningkatkan efektifitas operasi militer, Jenderal De Kock telah memindahkan markas besarnya dari Magelang ke Sentolo. Dengan demikian pasukan Belanda akan lebih dekat dengan pusat-pusat pertempuran yang dilakukan oleh pasukan Diponegoro. Bersamaan dengan operasi militer Belanda yang ditingkatkan, Panglima Alibasah dan Pangeran Bei telah sembuh, sehingga dapat aktif kembali memimpin pasukan Diponegoro yang telah kehilangan dua orang panglimanya yaitu Syeikh Muhammad dan Basah Usman. Pertempuran sengit tidak dapat dihindarkan lagi, disaat pasukan Diponegoro melintasi sungai Brogo menuju Pajang diserang oleh pasukan Belanda. Kedua belah pihak yang bertempur mati-matian, mengakibatkan banyak jatuh korban, diantaranya seorang perwira Belanda mati terbunuh yaitu Letnan Arnold. Seiring dengan operasi militer yang ditingkatkan, usaha diplomasi licik juga dilakukan. Pada tanggal 7 Agustus 1829 Letnan Kolonel Sollewijn datang ke Kreteg untuk membujuk keluarga Pangeran Mangku¬bumi untuk menyerah dengan janji jaminan dari Belanda. Akhirnya Raden Ayu Anom (isteri kedua Pangeran Mangkubumi) beserta anak-anaknya dan pengawalnya sebanyak 50 orang menyerah kepada Belanda.

Dengan posisi pasukan Diponegoro yang makin terjepit karena daerah operasinya makin diperkecil oleh Belanda, kelelahan dan kekurangan bahan makanan dengan perang yang telah berjalan lima tahun, akhirnya satu demi satu pasukan Diponegoro menyerah kepada Belanda. Pada tanggal 5 September 1829 Tunenggung Wanareja dan Tumenggung Wanadirja bersama dengan 44 orang pasukannya menyerah. Pada tanggal 6 September 1829, atas bujukan Tumenggung Surianegara yang sengaja ditugaskan oleh Jenderal De Kock, menyerah pulalah Tumenggung Suradeksana dan Sumanegara kepada Belanda di Kalibawang. Pada tanggal 9 September 1829, Pangeran Pakuningrat bersama dengan pasukannya sebanyak 40 orang menyerah lagi kepada Belanda. Pada tanggal 21 September 1829 atas nama pemerintah Hindia Belanda, Jenderal De Kock mengeluarkan pengumuman tentang ‘hadiah besar’ bagi setiap orang yang dapat menangkap hidup atau mati Diponegoro. Pengumuman itu antara lain berisi: “Barangsiapa yang berani menyerahkan Diponegoro hidup atau mati kepada penguasa Hindia Belanda, akan dinilai oleh Gubernur Jenderal Htndia Belanda sebagai seorang yang sangat besar jasanya. Kepada orang itu akan diberikan hadiah berupa uang kontan sebesar £ 50.000,- (lima puluh ribu pounds) dan diberikan gelar kehormatan dengan gaji dan tanah yang cukup luas”. Pengumuman yang menyayat hati ini belum lagi kering, pada akhir September 1829 telah gugur Pangeran Bei bersama dua orang puteranya yaitu Pangeran Jayakusuma dan Raden Mas Atmakusuma.

Bulan September 1829 benar-benar bulan yang menyedihkan bagi Diponegoro, sebagai pemimpin tertinggi Perang Jawa. Pada tanggal 25 September 1829 Mayor Bauer bersama Raden Mas Atmadiwirja (putera Pangeran Mangkubumi), Tumenggung Reksapraja beserta rombongan mencari Pangeran Mangkubumi, tetapi hasilnya nihil. Tetapi Belanda tidak berputus asa. Jenderal De Kock mengutus Pangeran Natadiningrat, putera Pangeran Mangkubumi yang telah menyerah, untuk membujuk ayahnya. Maka pada tanggal 27 September 1829 Pangeran Natadiningrat berhasil membujuk ayahnya untuk menyerah kepada Belanda. Keesokan harinya, tanggal 28 September 1829 Pangeran Mangkubumi dibawa oleh puteranya ke Yogyakarta. Di pertengahan jalan (di Mangir) rombongan Pangeran Mangkubumi telah dijemput oleh Residen Van Nes dan pejabat-pejabat kesultanan Yogyakarta. Pengaruh dari menyerahnya Pangerang Mangkubumi sangat besar bagi pasukan Diponegoro, karena secara berturut-turut telah menyerah pula pangeran Adinegara, Kanjeng Pangeran Aria Suryabrangta, Pangeran Suryadipura, Pangeran Suryakusuma, Kanjeng Pangeran Dipasana, semuanya adalah mempunyai hubungan famiIi dengan Diponegoro sendiri. Menyerah¬nya secara berturut-turut orang-orang di sekitar Diponegoro, benar-benar dapat melumpuhkan pasukan Diponegoro. Apalagi usaha untuk menarik Alibasah, panglima pasukan Diponegoro yang disegani masih terus dilanjutkan. Melalui Pangeran Prawiradiningrat, yang menjadi bupati Madiun dan saudara Alibasah sendiri, Belanda telah berusaha untuk menaklukkannya. Sejak tanggal 23 Juli 1829 usaha ini telah dilakukan walaupun pada permulaannya gagal, karena syarat-syarat yang diajukan oleh Alibasah cukup berat; yaitu:

  • 1. Memberikan uang jaminan sebesar £ I0.000.-
  • 2. Menyetujui pembentukan sebuah pasukan di bawah Pimpinan Alibasah sendiri yang berkekuatan seribu orang dan dilengkapi dengan persenjataan dan pakai¬an seragam;
  • 3. Memberikan 400 – 500 pucuk senjata api;
  • 4. Pasukan Alibasah ini langsung dibawah komando pemerintah Hindia Belanda, dan bebas dari kekuasaan sultan atau pembesar bangsa Indonesia; ¬
  • 5. Mereka bebas menjalankan agamanya,
  • 6. Tidak ada paksaan minum Jenever atau arak;
  • 7. Diizinkan pasukannya memakai surban.

Tawar menawar syarat-syarat ini dilakukan pada tanggal 17 oktober 1829 di Imogiri, antara delegasi Ali basah dengan delegasi Belanda, yang hasilnya masih memerlukan waktu untuk diputuskan oleh penguasa tertinggi Hindia Belanda di Batavia. Dalam surat yang ditulis Jenderal De Kock kepada Gubernur Jenderal Hindia Belanda di Batavia, tertanggal 20 Oktober 1829, antara lain berisi: “…saya telah menulis surat kepada Residen dan Kolonel Cochius bahwa mereka harus sedapat mungkin berusaha menyenangkan hati Alibasah, karena adalah hal yang penting sekali apabila orang seperti Alibasah dapat kita tarik ke pihak kita dan turut membela kepentingan kita ….. seperti yang hendak saya nyatakan dengan hormat, bahwa karena sebab-sebab itulah saya berpendapat bahwa adalah sangat penting apabila Alibasah sudah berada di pihak kita, makin lama makin mengikat dia pada kepentingan kita. Sungguhpun hal ini harus disertai beberapa pengorbanan dari pada kita.” Surat Jenderal De Kock ini mendapat jawaban dari pemerintah Hindia Belanda di Batavia tertanggal 25 Oktbber 1829, antara lain berbunyi: “Pemerintah pada dasarnya setuju dengan keinginan Jenderal (Jenderal De Kock) bahwa dari pihak kita harus dipergunakan segala apa yang mungkin dapat dipakai, selama hal itu dapat sesuai dengan kebesaran pemerintah dan berusaha sedapat mungkin mencegah kembalinya Alibasah ke pihak pemberontak. Melihat isi surat-surat pemerintah Bindia Belanda ini dapat disimpulkan bahwa Belanda bersedia memenuhi syarat-syarat yang diajukan oleh Alibasah. Oleh karena itu kepada Residen Yogyakarta diperintahkan untuk segera menyerahkan uang sebanyak £ 5.000,- dan 200 pucuk senjata untuk dipergunakan pasukan Alibasah serta pasukannya itu langsung dibawah komando Jenderal De Kock, walau secara yuridis masih berada dibawah wewenang sultan. Syarat-syarat lain¬nya seluruhnya dipenuhi. Untuk pelaksanaan penyerahan Alibasah dengan pasukannya, pada tanggal 23 Oktober 1829 Jenderal De Kock datang ke kota Yogyakarta untuk menyambutnya; dan pada tanggal 24 Oktober 1829 Alibasah dengan pasukannya memasuki kota Yogyakarta dan diterima oleh Jenderal De Kock dengan upacara militer yang meriah.

Dengan menyerahnya Pangeran Mangkubumi, Ali basah dan puluhan Pangeran dan Tumenggung serta tertangkapnya Kiai Mojo dan gugurnya ratusan tokoh-tokoh Perang Jawa, maka secara praktis Diponegoro tinggal sendirian. Pengalaman pahit dan getir yang di alami oleh Diponegoro sebagai pimpinan tertinggi perang Jawa, karena banyaknya sababat-sahabat meninggalkannya atau meninggal dunia. Dalam kondisi yang demikian, ia harus menentukan pilihan: meneruskan pertempuran sampai mati syahid di medan laga atau menyerah kepada musuh sampai mati di dalam penjara. Kedua alternatif itu sama-sama tidak menyenangkan! Setelah menyerahnya Alibasah dengan pasukannya, operasi militer Belanda terus ditingkatkan guna memberikan pukulan terakhir terhadap pasukan Diponegoro yang tinggal sedikit lagi itu. Tekanan-tekanan pasukan Belanda kepada posisi pasukan Diponegoro yang terus-menerus ditingkatkan, banyak pula tokoh-tokoh Perang Jawa yang menyerah, antara lain pada bulan Desember 1829; salah seorang komandan pasukan Diponegoro yang masih ada yaitu Jayasendirga; Tumenggung Jayaprawira dan beberapa tumenggung lainnya beserta pasukannya bertekuk lutut kepada Belanda. Adapula yang karena kondisi kesehatan, akhirnya wafat di puncak gunung Sirnabaya Banyumas seperti Pangeran Abdul Rahim (saudara Diponegoro sendiri). Memasuki tahun 1830, musibah yang menimpa pasukan Diponegoro masih terus saja bertambah. Pada tanggal 8 Januari 1830, putera Diponegoro yaitu Pangeran Dipakusuma tertangkap oleh pasukan Belanda; pada tanggal 18 Januari 1830 berikutnya Patih Diponegoro menyerah kepada Belanda.

Usaha untak menghentikan Perang Jawa dengan damai yang licik terus dilakukan. Dengan menggunakan bekas tokoh-tokoh Perang Jawa seperti Alibasah dan Patih Danureja dalam usaha perdamaian licik membawa hasil yang menggembirakan bagi Belanda. Sebab pada tanggal 16 Februari 1830 telah terjadi pertemuan pertama antara Diponegoro dengan Kolonel Cleerens, wakil pemerintah Hindia Belanda dalam rangka perdamaian di Kamal, sebelah utara Rama Jatinegara daerah Bagelen. Pertemuan perdamaian tidak dapat dilangsungkan, karena Diponegoro menuntut perundingan itu harus dilakukan oleh seorang yang mempunyai posisi yang sama dengan dia; setidak-tidaknya seperti Jenderal De Kock. Padahal Jenderal De Kock pada saat itu sedang berada di Batavia. Untuk menunggu kedatangan Jenderal De Kock, maka Diponegoro dengan pasukannya terpaksa harus menginap di Kecawang sebelah utara desa Saka. Selama tenggang waktu perundingan, gencatan senjata dilakukan oleh kedua belah pihak. Desa Kecawang masih terlalu jauh, apabila perundingan akan dilangsungkan di sana. Oleh karena itu; untuk memudahkan jalan perundingan Diponegoro dengan pasukannya harus pindah ke Menoreh yang tidak begitu jauh dari Magelang, markas besar pasukan Belanda. Pada tanggal 21 Februari 1830 rombongan Diponegoro telah tiba di Menoreh. Tetapi sampai 5 Maret 1830 Jenderal De Kock belum juga datang ke Magelang padahal bulan Ramadhan telah tiba. Berkenaan dengan bulan suci ini; Diponegoro tidak mau mengadakan perundingan dengan Belanda karena ia akan memusatkan dirinya untuk melakukan ibadah puasa selama sebulan. Kontak pertama antara Diponegoro dengan Jenderal De Kock terjadi pada tanggai 8 Maret 1830, sebagai perkenalan dan selanjutnya jadwal perundingan akan dilangsungkan sesudah bulan Ramadhan. Menjelang hari raya Idul Fithri, Diponegoro telah menerima hadiah dalam bentuk seekor kuda tunggang yang sangat baik dan uang sebesar f 10.000.- Kemudian diikuti dengan pembebasan putera dan isteri Diponegoro yang ditahan di Semarang dan membolehkan mereka berkumpul dengan Diponegoro di tempat penginapan perundingan di Magelang. Pada tanggal 25 Maret 1830, Jenderal De Kock telah memberikan perintah rahasia kepada Letnan Kolonel Du Perron dan pasukannya untuk memperketat pengawalan dan penjagaan kota Magelang dengan mengerahkan pasukan Belanda dari beberapa daerah di Jawa Tengah. Instruksinya, apabila perundingan gagal, Diponegoro dan delegasinya harus ditangkap! Pada tanggal 28 Maret 1830 perundingan akan dilangsungkan di gedung Keresidenan Kedu di Magelang. Sebelum jam 07.00 pagi Tumenggung Mangunkusuma datang kepada Residen Kedu untuk memberitahukan bahwa sebentar lagi Diponegoro dengan staf nya akan tiba. Pemberitahuan ini menyebabkan Letnan Kolonel Du Perron menyiap-siagakan pasukannya, sesuai dengan perintah Jenderal De Kock. Jam 07.30. pagi Diponegoro dengan stafnya dikawal oleh seratus orang pasukannya memasuki gedung keresidenan. Delegasi Diponegoro diterima langsung oleh Jenderal De Kock dengan staf nya. Perundingan dilakukan di tempat kerja Jenderal De Kock. Pihak Diponegoro disertai dengan tiga orang puteranya yaitu Diponegoro Anom, Raden Mas Joned, Raden Mas Roub, ditambah dengan Basah Martanegara dan Kiai Badaruddin. Sedangkan di pihak Jenderal De Kock disertai oleh Residen Valk, Letnan Kolonel Roest, Mayor Ajudan De Stuers dan Kapten Roeps sebagai juru bicara. Letnan Kolonel De Kock van Leeuwen, Mayor Perie dan opsir-opsir Belanda lainnya ditugaskan untuk melayani dan mengawasi pemimpin-pemimpin pasukan Diponegoro yang berada di kamar yang lain. Sedangkan letnan Kolonel Du Peron tetap berada di luar gedung keresidenan untuk setiap saat dapat melakukan penyergapan, sebagaimana telah diperintahkan oleh Jenderal De Kock. Kolonel Cleerens yang mula-mula sekali berhasil melakukan kontak dengan Diponegoro dan berhasil merencanakan pertemuan perdamaian serta telah memberikan jaminan diplomasi penuh kepada Diponegoro dan stafnya tidak diikutsertakan bahkan tidak berada di kota Magelang tempat perundingan dilaksanakan. Dengan demikian jika terjadi pengkhianatan maka secara moral Cleerens tidak terlibat langsung, karena memang tidak hadir.

Baron H. Merkus de Kock (dilukis oleh F.V.A. Ridder de Stuers pada tahun 1849)  Sumber:[13]
Baron H. Merkus de Kock (dilukis oleh F.V.A. Ridder de Stuers pada tahun 1849) Sumber:[13]

Babak pertama Jadwal perundingan, menurut Diponegoro sebagai pendahuluan untuk menjajagi materi perundingan pada babak selanjutnya; tetapi menurut Jenderal De Kock harus langsung memasuki materi Perundingan. Pembicaraan materi perundingan menjadi tegang, karena De Kock bersikeras untuk langsung membicarakan materi perundingan. Suasana tegang dan panas itu, sampai-sampai Diponegoro terlontar ucapan: “Jika tuan menghendaki persahabatan, maka seharusnya tidak perlu adanya ketegangan di dalam perundingan ini. Segalanya tentu dapat diselesaikan dengan baik. Jikalau kami tahu bahwa, tuan begitu jahat, maka pasti lebih baik kami tinggal terus saja berperang di daerah Bagelen dan apa perlunya kami datang kemari.” Ketika pihak Jenderal De Kock terus mendesak tentang tujuan penerangan yang telah dilakukan oleh Diponegoro selama lebih lima tahun ini, maka akhirnya ia memberi jawaban dengan tegas dan gamblang, yaitu antara lain: “Mendirikan negara merdeka di bawah pimpinan seorang pemimpin dan mengatur agama Islam di pulau Jawa”. Mendengar jawaban ini Jenderal De Kock terperanjat, karena ia tidak mengira bahwa Diponegoro akan mengajukan tuntutan semacam itu. Sewaktu De Kock memberi jawaban bahwa tuntutan semacam itu adalah terlalu berat dan tak mungkin dapat dipenuhi, Diponegoro tetap teguh pada tuntutannya. Tanda-tanda perundingan babak pertama akan menemui jalan buntu, dan Belanda khawatir jika pe¬rundingan ditunda sampai besok, berarti kesempatan buat Diponegoro dan pasukannya untuk mengadakan konsolidasi guna menghadapi segala kemungkinan. Sesuai dengan rencana Belanda bahwa perundingan adalah semata-mata methoda untuk menangkap Diponegoro dan stafnya, maka dengan angkuhnya Jenderal De Kock berkata: “Kalau begitu, tuan tidak boleh lagi kembali dengan bebas.” Mendengar ucapan ini, Diponegoro dengan marah menjawab : “Jika demikian, maka tuan penipu dan pengkhianat, karena kepada saya telah dijanjikan kebebasan dan boleh kembali ke tempat perjuangan saya semula, apabila perundingan ini gagal.” Jenderal De Kock berkata lagi: “Jika tuan kembali, maka peperangan akan berkobar lagi.” Diponegoro menjawab: “Apabila tuan perwira dan jantan, mengapa tuan takut berperang?” Tiba-tiba Jenderal De Kock menginstruksikan kepada Letnan Kolonel Du Perron dan pasukannya untuk menyergap Diponegoro dan stafnya serta seluruh pengawalnya dilucuti. Dalam posisi tidak siap tempur, Diponegoro dan pasukannya dengan mudah ditangkap dan dilucuti.

Dengan cepat Diponegoro dimasukkan ke dalam kendaraan residen yang telah disiapkan oleh Belanda dengan pengawalan ketat oleh Mayor Ajudan De Stuers dan Kapten Roeps berangkat menuju Ungaran. Dari sana kemudian Diponegoro dibawa ke Semarang untuk selanjutnya dibawa ke Batavia. Pada tanggal 3 Mei 1830 Diponegoro beserta stafnya dibawa ketempat pembuangannya di Menado. Tidak kurang dari 19 orang yang terdiri dari keluarga dan stafnya ikut dalam pembuangan di Menado. Pada tahun 1834 Diponegoro beserta keluarga dan stafnya dipindahkan ke kota Makasar. Dan pada tanggal 8 Januari 1855 Diponegoro wafat dalam usia kira-kira 70 tahun, setelah menjalani masa tawanan selama duapuluh lima tahun. Perang Jawa yang dahsyat dan penuh patriotisme telah digerakkan dan dipimpin oleh tokoh-tokoh pejuang Islam, yang hampir sebagian terbesar berideologi Islam dan bertujuan berdirinya negara merdeka yang berdasarkan Islam. Fakta-fakta sejarah yang terungkap, baik latar belakang yang mewarnai para tokoh Perang Jawa, masa peperangan yang memakan waktu lima tahun lebih, yang diisi dengan menegakkan syari’at Islam di dalam kehidupan pasukan Diponegoro sampai pada saat perundingan dengan Belanda serta tujuan yang akan dicapai, semuanya adalah bukti yang kuat bahwa Diponegoro dan pasukannya telah melakukan perjuangan politik Islam untuk mendirikan negara Islam di tanah Jawa. Kegagalan yang diderita oleh Diponegoro dan pasukannya, bukan karena tujuan dan methodanya yang salah, tetapi karena kekuatan yang tak seimbang, baik manpower, persenjataan, perlengkapan dan pengkianatan bangsa sendiri yang sebagian besar membantu Belanda yang kafir; disamping tipu muslihat yang licik dan keji yang dilakukan oleh penguasa kolonial Belanda. Tipu muslihat yang licik dan keji, yang hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang bermoral rendah dan jahat, ternyata telah menjadi watak kepribadian penguasa kolonial di Indonesia, baik Portugis maupun Belanda.

Sumber : Perjuangan Islam Melawan Penjajah [[14]]


Gallery Aktivitas Keluarga Pangeran Diponegoro


I. LAUNCHING BUKU KUASA RAMALAN KE I (Yogyakarta, 2010)




II. DEKLARASI KEISTIMEWAAN YOGYAKARTA (Yogya, 11-12 Desember 2011)---> Klik Video :Yogya Istimewa


Dalam sebuah pertemuan antara Keluarga Pangeran Diponegoro dengan Adik kandung Sultan HB-X yaitu GBPH. Joyokusumo yang juga dihadiri oleh bapak Hasyim Djoyohadikusumo, Gusti Joyokusumo berkata :"Saya mengharapkan Keturunan Pangeran Diponegoro harusnya berada di barisan depan mendukung Keistimewaan Yogyarta". Maka atas permintaan KBPH Joyokusumo itulah kami Keturunan Pangeran Diponegoro bersama-sama Laskar Diponegoro berjumlah lebih dari 1000 orang melakukan pernyataan sikap menentang kepada Pemerintah RI dengan cara berorasi sambil long-march dari Tegalrejo (Sasana Wiratama) menuju Keraton Yogyakarta. Di Keraton, Trah Diponegoro menyampaikan Deklarasi kepada Sultan HB-X atas nama Gubernur DIY dan Sultan. Trah Pangeran Diponegoro berdatangan dari berbagai daerah seperti : Kulon Progo, Purworejo, Banyumas, Bogor, Jakarta, Ambon, Sulawesi, Padang dll.


|}

Deklarasi Yogya-04
Deklarasi Yogya-04
Deklarasi Yogya-05
Deklarasi Yogya-05
Deklarasi Yogya-06
Deklarasi Yogya-06
Deklarasi Yogya-07
Deklarasi Yogya-07
Deklarasi Yogya-08
Deklarasi Yogya-08
Deklarasi Yogya-09
Deklarasi Yogya-09
Deklarasi Yogya-10
Deklarasi Yogya-10
Deklarasi Yogya-11
Deklarasi Yogya-11
Deklarasi Yogya-12
Deklarasi Yogya-12
Deklarasi Yogya-13
Deklarasi Yogya-13
Deklarasi Yogya-14
Deklarasi Yogya-14
Deklarasi Yogya-15
Deklarasi Yogya-15


III. KUNJUNGAN KE KERATON YOGYAKARTA (Yogya, 20 Oktober 2012)


Atas undangan Adik kandung Sultan HB-X yaitu GBPH. Joyokusumo, pada Oktober 2012 kami yang berjumlah kurang lebih 20 orang melakukan kunjungan ke Keraton Yogyakarta. Agenda utama kunjungan antara lain :

  • Silaturahmi Keluarga Pangeran Diponegoro dengan Pihak Keraton Yogyakarta;
  • Membahas Kekancingan Keluarga (Semacam Sertifikat / Surat Pengukuhan Hak) yg dikeluarkan oleh Tepas Darah Dalem;
  • Pembentukan Nama Organisasi Keturunan Pangeran Diponegoro;
  • Masalah-masalah lain keluarga.

Dalam acara kunjungan ini Gusti Joyokusumo didampingi BRAy. Hj. Nuraida/BRAy. Joyokusumo bercerita banyak tentang kondisi Keraton, kondisi kesehatan Gusti Joyo dan sekilas tentang tatakrama Keraton. Dalam kesempatan ini juga kami semua diajak berkeliling oleh BRAy. Joyokusumo mengenai isi Keraton serta sejarahnya, juga berkunjung ke Museum Kereta Kencana Keraton. Pada jamuan makan siang, kami diperkenankan mencicipi kue hidangan pembuka kesukaan dan tradisi Sultan-sultan Yogyakarta yang bernama "Kue Rondo Mendem" semacam "Pancake" juga dihidangkan minuman "Stuff Jambu Merah" khas Keraton Yogyakarta.

Keraton Yogya-1
Keraton Yogya-1
Keraton Yogya-2
Keraton Yogya-2
Keraton Yogya-3
Keraton Yogya-3
Keraton Yogya-4
Keraton Yogya-4
Keraton Yogya-5
Keraton Yogya-5
Keraton Yogya-6
Keraton Yogya-6
Keraton Yogya-7
Keraton Yogya-7
Keraton Yogya-8
Keraton Yogya-8
Keraton Yogya-9
Keraton Yogya-9
Keraton Yogya-10
Keraton Yogya-10
Keraton Yogya-11
Keraton Yogya-11
Keraton Yogya-12
Keraton Yogya-12
Keraton Yogya-13
Keraton Yogya-13
Keraton Yogya-14
Keraton Yogya-14
Keraton Yogya-15
Keraton Yogya-15
Keraton Yogya-16
Keraton Yogya-16
Keraton Yogya-17
Keraton Yogya-17
Keraton Yogya-18
Keraton Yogya-18
Keraton Yogya-19
Keraton Yogya-19
Keraton Yogya-20
Keraton Yogya-20
Keraton Yogya-21
Keraton Yogya-21
Keraton Yogya-22
Keraton Yogya-22
Keraton Yogya-23
Keraton Yogya-23
Keraton Yogya-24
Keraton Yogya-24
Keraton Yogya-25
Keraton Yogya-25
Keraton Yogya-26
Keraton Yogya-26
Keraton Yogya-27
Keraton Yogya-27
Keraton Yogya-28
Keraton Yogya-28
Keraton Yogya-29
Keraton Yogya-29
Keraton Yogya-30
Keraton Yogya-30
Keraton Yogya-31
Keraton Yogya-31
Keraton Yogya-32
Keraton Yogya-32


IV. PENTAS PENGASINGAN SANG PANGERAN Ke 1 (Magelang, 8 Januari 2014)


Magelang-1
Magelang-1
Magelang-2
Magelang-2
Magelang-3
Magelang-3
Magelang-4
Magelang-4
Magelang-5
Magelang-5
Magelang-6
Magelang-6
Magelang-7
Magelang-7
Magelang-8
Magelang-8
Magelang-9
Magelang-9
Magelang-10
Magelang-10
Magelang-11
Magelang-11
Magelang-12
Magelang-12
Magelang-13
Magelang-13
Magelang-14
Magelang-14
Magelang-15
Magelang-15


V. UNDANGAN IKA UNDIP (Senayan City, 27 Januari 2014)


Ika-Undip-1
Ika-Undip-1
Ika-Undip-2
Ika-Undip-2
Ika-Undip-3
Ika-Undip-3
Ika-Undip-4
Ika-Undip-4
Ika-Undip-5
Ika-Undip-5
Ika-Undip-6
Ika-Undip-6
Ika-Undip-7
Ika-Undip-7
Ika-Undip-8
Ika-Undip-8
Ika-Undip-9
Ika-Undip-9
Ika-Undip-10
Ika-Undip-10
Ika-Undip-11
Ika-Undip-11
Ika-Undip-12
Ika-Undip-12


  • VI. PENTAS PENGASINGAN SANG PANGERAN KE 2 (Bentara Budaya Jakarta, 6 Maret 2014)

BBJ-1
BBJ-1
BBJ-2
BBJ-2
BBJ-3
BBJ-3
BBJ-4
BBJ-4
BBJ-5
BBJ-5
BBJ-6
BBJ-6
BBJ-7
BBJ-7
BBJ-8
BBJ-8
BBJ-9
BBJ-9
BBJ-10
BBJ-10
BBJ-11
BBJ-11
BBJ-12
BBJ-12
BBJ-13
BBJ-13
BBJ-14
BBJ-14
BBJ-15
BBJ-15

2

121/2 <1+7> 11. Raden Ayu Hangreni Mangunjaya [Hamengku Buwono]
الميلاد: Sementara menunggu persetujuan putranya diputus : 848551
Catatan Admin : Endang Suhendar alias Idang


R.A Hangreni Mangunjaya

Untuk menghindari lahirnya pemberontak-pemberontak baru keturunan Pangeran Diponegoro, pihak keraton menikahkan puteri-puteri Pangeran Diponegoro dengan pejabat-pejabat yang netral atau dengan pejabat yang pro Belanda. Untuk itu mereka dinikahkan dengan pejabat-pejabat di wilayah kekuasaan trah Danurejan yaitu di tanah kedu dan Bagelen. Trah Danurejan adalah trah yang terbukti setia kepada Belanda walaupun ada juga beberapa yang justru menjadi tulang punggung perjuangan Pangeran Diponegoro.

Radeng Ngabehi Mangunjaya suami R.A Hangreni adalah seorang wedono di wilayah Bagelen Barat yang dikuasai oleh Bupati Cokronegoro. Strategi Belanda dan kraton seolah berhasil dengan cara ini, tetapi kelak generasi-generasi penerus R.A Hangreni berjuang melawan penjajah melalui perjuangan agama setelah era perang Diponegoro berakhir.
42/2 <1+5> 3. Raden Suryaatmaja / Diponingrat ? (Kanjeng Pangeran Anom Diponegoro) [Hamengku Buwono III]
الميلاد: ~ 1807
Catatan Admin : Endang Suhendar alias Idang


Raden Suryaatmaja / Diponingrat/ Pangeran Adipati Anom/Raden Mas Sudiro Kromo/Kanjeng Pangeran Adipati Diponegoro (1807).

Dilihat dari gelar yang digunakan yaitu Pangeran Adipati Anom bisa dipastikan bahwa dia adalah anak dari ibu Raden Ayu Retnokusumo yang sebelumnya bernama Raden Ajeng Supadmi (Diperkuat dengan adanya catatan dari Peter F Carey dam The Power Of Prophecy) . Pangeran Diponegoro menikah untuk yang kedua kalinya atas perintah dari ayahnya. Perintah ini secara langsung mempunyai arti bahwa Raden Ayu Retnokusumo adalah isteri utama atau isteri permaisuri yang direstui oleh kerajaan. Kemudian Raden Ayu Retnokusumolah yang mendampingi Pangeran Diponegoro dalam menghadiri acara-acara resmi di kerajaan. Ketika mengikuti jejak ayahnya di medan perang Suryaatmaja diangkat menjadi putra mahkota dengan gelar Pangeran Adipati Anom. Namun karena Belanda tidak mengakui keabsahan gelar Sultan yang disandang Pangeran Diponegoro maka nama itu dirubah oleh penjajah dengan nama Diponingrat. Menjalani pembuangan ke Ambon 1840.

Dalam catatan sejarah, Pangeran Adipati Anom Diponingrat pernah menikah dengan anak perempuan Raden Tumenggung Mertawijaya atau Raden Tumenggung Danukusumo II salah seorang senopati Pangeran Diponegoro di wilayah Remo Banyumas. Telah disebutkan sebelumnya bahwa Danukusumo II adalah dari trah Danurejan yang ikut bergabung dalam barisan perjuangan Pangeran Diponegoro
23/2 <1+4> 1. Raden Mas Muhammad Ngarip / Diponegoro Anom (Pangeran Abdul Majid) [Hamengku Buwono III]
الميلاد: 1809
Catatan Admin : Endang Suhendar alias Idang


فهرست

Raden Mas Muhammad Ngarip/Raden Antawirya II / Diponegoro Anom/Diponegoro II/Kanjeng Pangeran Haryo Diponegoro II /Pangeran Abdul Majid.

Lahir pada tahun 1803. Dilihat dari tahun kelahirannya maka dapat dipastikan sebagai anak dari ibu Raden Ayu Madubrongto. Ketika perang Diponegoro dimulai dia telah berusia 22 tahun dan selalu setia menjadi pembela ayahnya. Sebagai putera tertua dan memiliki kesamaan pandangan dengan ayahnya maka dia dengan ikhlas mengangkat senjata mendampingi ayahnya. Nama bayinya adalah Raden Mas Muhammad Ngarip, dan kelak nama itu dia gunakan lagi ketika berada di wilayah sumenep dengan sedikit perubahan yaitu Raden Mas Mantri Muhammad Ngarip. Nama ini dia gunakan selama dalam pembuangan di Sumenep Madura. Dialah yang menulis buku Babad Diponegoro Suryongalam. Ketika menginjak dewasa dan ayahnya telah menggunakan nama Diponegoro, dia mendapatkan gelar nama yang sama yaitu Ontowiryo II dan selanjutnya menggunakan nama Diponegoro II atau Diponegoro Anom ketika ayahnya diangkat oleh rakyat menjadi Sultan Abdul Hamid. Nama tersebut diberikan sendiri oleh Pangeran Diponegoro sebagai tanda bahwa putera kesangannya inilah kelak yang akan melanjutkan cita-citanya. Memang dia hanya dari isteri samping, tetapi keindahan budi pekerti ibunya membuat Pangeran Diponegoro sangat menyayangi anak sulungnya ini. Melihat usianya yang sudah mencapai 22 tahun pada saat perang Diponegoro dimulai, maka dapat dipastikan bahwa pada saat itu beliau sudah memiliki isteri dan memiliki beberapa anak. Kelak keturunan beliau yang lahir dan besar di tanah Jawa inilah yang akan menjadi generasi penerusnya sebagai pengganggu ketenteraman penjajah. Sejak awal peperangan, Diponegoro Anom diserahi untuk menjaga dan melawan penjajah di wilayah Bagelen ke Barat bersama beberapa orang pilihan Pangeran Diponegoro di antaranya Tumenggung Danupoyo. Taktik perang yang digunakan sama dengan ayahnya yaitu bergerilya dan berpindah-pindah. Area perjuangan Pangeran Diponegoro Anom ini mencapai wilayah Barat Banyumas, Temanggung dan Parakan. Di medan perang Diponegoro Anom ini sering bekerja sama dengan Pamannya Sentot Prawirodirjo dan adik tirinya Raden Mas Singlon atau Raden Mas Sodewo. Setelah menjalani pembuangan di Sumenep tahun 1834 lalu dibuang ke Ambon 1853. Sebenarnya Pangeran Diponegoro berharap agar ibu dan anak-anaknya bisa bergabung dengannya di pembuangan, tetapi hal itu secara halus ditolak oleh Belanda dan sebagai gantinya Van den Bosch menijinkan anak-anaknya kembali ke Tegalrejo. Bahkan anak Pangeran Dipokusumo dan Pangeran Diponingrat diijinkan tinggal di dalam kraton. Selanjutnya Belanda melalui Kapten Roeps juga memenuhi permintaan Pangeran Diponegoro untuk membagikan pusaka warisan pada anak-anaknya yang terdiri dari keris dan tombak.

Image:Kraton3.jpg  SILSILAH KELUARGA (Dari Pancer Bapak)
0. KANJENG SUNAN PRABU AMANGKURAT AGUNG  
1. KANJENG SUSUHUNAN PAKUBUANA I    
2. KANJENG PRABU AMANGKURAT IV    
3. KANJENG SULTAN HAMENGKU BUWANA KAPING I ING NGAYOGYAKARTA   
4. KANJENG SULTAN HAMENGKU BUWANA KAPING II ING NGAYOGYAKARTA    
5. KANJENG SULTAN HAMENGKU BUWANA KAPING III ING NGAYOGYAKARTA    
6. BPH. DIPANEGARA    
7. RM. MUHAMMAD NGARIP/PANGERAN ABDUL MADJID
  
 - Tercatat Di Tepas Darah Dalem -

SILSILAH KELUARGA BESAR KETURUNAN PANGERAN ABDUL MADJID

Putra-putri

No. Nama Tempat/Lahir
1. RM. ACHMAD DIPONEGORO Ambon, C-18??
2. RM. MUHAMMAD DIPONEORO Ambon, C-18??
3. RM. BDULLAH DIPONEGORO Ambon, C-18??
4. RM. ABDUL RACHMAN DIPONEGORO Ambon, C-18??

Cucu

  1. ) 1.1. RAy. KHALIDJAH (Ambon, C-18??)
  2. ) 1.2. RM. IBRAHIM
  3. ) 1.3. RAy. DJAHRO
  4. ) 1.4. RAy. SECHA
  5. ) 1.5. RM. ISMAEL
  6. ) 1.6. RM. DAUD
  7. ) 1.7. RM. MUHAMMAD
  8. ) 1.8. RM. SULAEMANJ
  9. ) 2.1. RM. IDRIS
  10. ) 2.2. RM. MACHMUD
  11. ) 2.3. RM. ABDUL GHANI
  12. ) 2.4. RAy. DJUNA
  13. ) 3.1. RM. YUSUF DIPONEGORO
  14. ) 3.2. RM. SYAWAL DIPONEGORO
  15. ) 3.3. RM. SUJA DIPONEGORO
  16. ) 3.4. RAy. MARJAM DIPONEGORO
  17. ) 3.5. RM. MUHAMMAD DIPONEGORO
  18. ) 3.6. RM. YUNUS DIPONEGORO
  19. ) 3.7. RM. ACHMAD DIPONEGORO (BANDUNG)
  20. ) 3.8. RM. MURTASA DIPONEGORO
  21. ) 3.9. RAy. MURTINAH DIPONEGORO
  22. ) 3.10. RAy. SUPINAH DIPONEGORO
  23. ) 3.11. RAy. MURJANI DIPONEGORO
  24. ) 3.12. RAy. SUPATNI DIPONEGORO
  25. ) 4.1. RM. DJAFAR DIPONEGORO

Buyut / Cicit

  1. 1.6.1. RAy. DJAMILAH
  2. 1.6.2. RAy. CHADIDJAH
  3. 1.6.3. RAy. DJAHRAH (SURABAYA)
  4. 1.6.4. RAy. AISJAH (AMBON)
  5. 1.6.5. RAy. RACHMAH (MEDAN)
  6. 1.6.6. dr.RM. ACHMAD (PONTIANAK)
  7. 1.6.7. RAy. KAJATIN (YOGYAKARTA)
  8. 1.6.8. RAy. MOENAH (tidak ada keturunan)
  9. 1.8.1. RM. SLAMET DIPONEGORO
  10. 1.8.2. RM. ISMAIL (JAKARTA)
  11. 1.8.3. RAy. SYAMSILAH (PPRAJA AMBON
  12. 1.8.4. RM. IBRAHIM (KTR GUB AMBON)
  13. 2.1.1. RM. ABD HAMID
  14. 2.1.2. RM. ABD RACHMAN (AMBON)
  15. 2.1.3. RM. ABD GAFUR (TASIKMAKAYA)
  16. 2.1.4. RM. ISMAIL
  17. 2.1.5. RAy. KALSUM
  18. 2.1.6. RAy. MUDJANI (AMBON)
  19. 2.1.7. RM. ABDULLAH (POLISI MAGELANG)
  20. 2.1.8. RM. ACHMAD (JAW PELAJARAN TJ PRIOK)
  21. 2.1.9. RM. ABD GHANI (AMBON)
  22. 2.2.1. RM. ABD RADJAK (MAKASSAR)
  23. 2.2.2. RM. ABD GAFUR (NISM TJ PRIOK)
  24. 2.2.3. RAy. RAMLAH (AMBON)
  25. 2.3.1. RM. ABD MUTALIB (AMBON)
  26. 2.3.2. RM. ABD MANAP (AMBON)
  27. 3.1.1. RM. NURSEWAN
  28. 3.1.2. RAy. HARTATI
  29. 3.2.1. RAy. SAMSIRIN
  30. 3.2.2. RM. SAID
  31. 3.2.3. RM. ABD RACHMAN
  32. 3.2.4. RM. ABDULLAH DIPONEGORO
  33. 3.2.5. RAy. FATMA (SURABAYA)
  34. 3.3.1. RAy/ NURANI (AMBON)
  35. 3.3.2. RM. SAMAUN
  36. 3.3.3. RM. SAID (TJ PRIOK)
  37. 3.3.4. RAy. DINAR
  38. 3.3.5. RM. ABDULLAH
  39. 3.3.6. RAy. DJASIAN (TJ PRIOK)
  40. 3.7.1. RM. ISKANDAR DJOHAN DIPONEGORO
  41. 3.7.2. RM. ACHMAD DJOHAN DIPONEGORO
  42. 3.7.3. RM. INDRA DJOHAN DIPONEGORO
  43. 3.8.1. RAy. SUPATMI DIPONEGORO (AMBON)
  44. 3.8.2. RM. MUHAMMAD DIPONEGORO
  45. 3.8.3. RAy. PAWON (BANDUNG)
  46. 3.8.4. RAy. DJAHRO (AMBON)
  47. 3.8.5. RAy. NENG
  48. 3.8.6. RAy. SAMSIRIN (AMBON)
  49. 4.1.1. RM. MUHAMMAD
  50. 4.1.2. RAy. SAKIAH
  51. 4.1.3. RAy. TIMUR (BANDUNG)

Canggah
  1. 1.6.2.1. RAy. NURLELA AMAR DIPONEGORO
  2. 1.6.2.2. RM. SALIM AMAR DIPONEGORO
  3. 1.6.2.3. RM. AHMAD AMAR DIPONEGORO
  4. 1.6.3.1. RM. ACHMAD INDRACAHYA KAMARULLAH
  5. 1.6.3.2. RM. OEMAR INDRACAHYA KAMARULLAH
  6. 1.6.3.3. RM. ABDULLAH INDRACAHYA KAMARULLAH
  7. 1.6.3.4. RAy. MIEN SUROYO
  8. 1.6.3.5. RAy. POPPY SUROYO
  9. 1.6.5.1. RM. OEMAR KAMARUDIN
  10. 1.6.5.2. RM. HAMID KAMARUDIN
  11. 1.6.5.3. RM. DEETJE KAMARUDIN
  12. 1.6.5.4. RM. DICKY KAMARUDIN
  13. 1.6.7.1. RM. MAYOR GAUTAMA SAHIR
  14. 1.6.7.2. RM. dr. ERLANGGA SAHIR
  15. 1.6.7.3. RAy. Dra. CICI SAHIR
  16. 1.6.7.4. RM. Kol dr. ABIMANYU SAHIR
  17. 1.6.7.5. RM. Kol AMILUHUR SAHIR
  18. 1.6.7.6. RM. dr ONTOWIRYO SAHIR
  19. 1.8.1.1. RM. PUDJOJONO (AURI MEDAN)
  20. 1.8.1.2. RAy. MUNAH (JAKARTA)
  21. 1.8.1.3. RAy. MARIATI
  22. 1.8.1.4. RM. DIPOKUSUMO (BANDUNG)
  23. 1.8.1.5. RM. SURASNO (BANDUNG)
  24. 1.8.1.6. RAy. RATNAWATI (SEMARANG)
  25. 1.8.1.7. RM. SUDJONO I
  26. 1.8.1.8. RM. SUDJONO II (SEMARANG)
  27. 1.8.1.9. RM. SETIABUDI (SEMARANG)
  28. 1.8.1.10. RA. BUDIATI (SEMARANG)
  29. 1.8.2.1. RAy. SAMSILAH (JAKARTA)
  30. 1.8.2.2. RAy. SUPATNI (JAKARTA)
  31. 1.8.2.3. RAy. KEATIN (JAKARTA)
  32. 1.8.2.4. RM. SULAEMAN I
  33. 1.8.2.5. RM. SUKARNO
  34. 1.8.2.6. RAy. SUHARTI
  35. 1.8.2.7. RM. SULAEMAN II (JAKARTA)
  36. 1.8.2.8. RM. MOH ISMAIL (JAKARTA)
  37. 1.8.2.9. RM. SUDIRMAN (JAKARTA
  38. 1.8.2.10. RM. SUKIRMAN (JAKARTA)
  39. 2.1.1.1. RAy. DJENAB (TERNATE)
  40. 2.1.2.1. RM. MUHAMMAD
  41. 2.1.2.2. RAy. KALSUM (MAKASAR)
  42. 2.1.3.1. RAy. HAMILIH (TASIKMALAYA)
  43. 2.1.8.1. RAy. MURN (TJ PRIOK)
  44. 2.1.8.2. RAy HAR 1
  45. 2.1.8.3. RAy MUL
  46. 2.1.8.4. RAy HAR 2
  47. 2.1.8.5. RAy. DINAR (TJ PRIOK)
  48. 2.1.8.6. RM. ABD MADJID
  49. 2.2.1.1. ...............
  50. 2.2.1.2. ...............
  51. 2.2.1.3. ...............
  52. 2.3.1.1. RM. AMIN (AMBON)
  53. 2.3.1.2. RAy. MIRJAM (AMBON)
  54. 2.3.2.1. RM. ABD GANI (AMBON)
  55. 3.1.1.1. RM. YUSUF (TNI JAKARTA
  56. 3.1.1.2. RAy. MIRJAN (JAKARTA)
  57. 3.1.1.3. .........................
  58. 3.1.1.4. .........................
  59. 3.2.4.1. RM. SENTOT DIPONEGORO
  60. 3.2.4.2. RAy. MARYAM DIPONEGORO
  61. 3.2.4.3. RM. SUTOMO DIPONEGORO
  62. 3.2.4.4. RAy. MARYATI DIPONEGORO
  63. 3.2.4.5. RAy. SUKATI DIPONEGORO
  64. 3.2.4.6. RM. SANTOSO DIPONEGORO
  65. 3.2.4.7. RM. ANTAWIRYA DIPONEGORO
  66. 3.2.4.8. RM. SUSILO DIPONEGORO
  67. 3.2.4.9. RM. GATOTO DIPONEGORO (JOHAN)
  68. 3.2.4.10.RM. INDRA DIPONEGORO
  69. 3.2.4.11.RAy. RATNANINGSIH DIPONEGORO
  70. 3.2.4.12.RM. SUDIRMAN DIPONEGORO (DEN)
  71. 3.3.2.1. RM. ACHMAD
  72. 3.3.2.2. RM. ....................
  73. 3.3.3.1. RAy. KUSIAH (AMBON)
  74. 3.3.3.2. RAy. KURSIN (AMBON)
  75. 3.3.3.3. RM. SUDJA (AMBON)
  76. 3.7.1.1. RAy. MIRANDA DIPONEGORO
  77. 3.7.1.2. ..............................
  78. 3.7.2.1. RM. ALEXANDER DIPONEGORO
  79. 3.7.2.2. RM. NURDJOHAN DIPONEGORO
  80. 3.7.2.3. RAy. MAGDALIN DIPONEGORO
  81. 3.7.2.4. RAy. FARIDA A DIPONEGORO
  82. 3.7.2.5. RAy. ARISWAPI DIPONEGORO
  83. 3.7.2.6. RAy. DJULISTANI DIPONEGORO
  84. 3.7.2.7. RAy. ANNEKE DIPONEGORO
  85. 3.7.2.8. RM. DANUR DIPONEGORO (KEMLU TOKYO)
  86. 4.1.1.1. RM. MUHAMMAD DIPONEGORO
  87. 4.1.1.2. RAy. SAKILAH DIPONEGORO
  88. 4.1.1.3. RAy. TIMUR DIPONEGORO (BANDUNG)

34/2 <1+4> 2. Raden Mas Dipoatmojo / Raden Mas Dipokusuma (Pangeran Abdul Azis) [Hamengku Buwono III]
الميلاد: 1815
Catatan Admin : Endang Suhendar alias Idang


R.M Dipoatmaja /R.M Dipokusumo /Pangeran Abdul Aziz (1805)

Adalah putera ke dua Pangeran Diponegoro yang lahir dari ibu Retno Madubrongto. Dia sudah cukup dewasa ketika perang dimulai, sehingga tidak menutup kemungkinan, dia meninggalkan anak dan isteri ketika menjalani pembuangan di Ambon. Semasa perang, RM. Dipoatmojo banyak bergerak di wilayah Pacitan dan Madiun. Peperangan dipimpin oleh Bupati Mas Tumenggung Joyokariyo, Mas Tumenggung Jimat dan Ahmad Aris, akan tetapi akhir Agustus 1825 daerah Pacitan berhasil dikuasai Belanda. Bupati Joyokariyo di pecat, sedang Tumenggung Jimat dan Ahmad Aris ditangkap yang nasibnya tidak diketahui. Sebagai bupati baru, diangkatlah oleh Belanda Mas Tumenggung Somodiwiryo, akan tetapi tidak lama bertahta sebab 9 Oktober 1825 diserbu oleh pasukan Madiun yang dipimpin oleh Raden Mas Dipoatmojo dan berhasil membunuh bupati baru tersebut. Namun akhirnya awal Desember 1825 seluruh pasukan Madiun di Pacitan berhasil dipecah belah oleh Belanda, hingga Pacitan sepenuhnya di kuasai Belanda.

Pada akhir perang Diponegoro, Raden Mas Dipoatmojo berada di Surakarta bersama keluarga kakek buyutnya dari garis ibu setelah pada tanggal 8 Januari 1830 tertangkap oleh pasukan Belanda lalu dibuang ke Ambon 1840.
RM. JONET DIPOMENGGOLO putra Pangeran Diponegoro, foto: Ilustrasi
RM. JONET DIPOMENGGOLO putra Pangeran Diponegoro, foto: Ilustrasi
55/2 <1+6> 4. Raden Mas Djonet Dipomenggolo [Hamengku Buwono]
الميلاد: 1815, Solo
الزواج: <8> NYI MAS AYU Fatmah \ Bun Nioh [Tan] م 1817c
الوفاة: 1837, Yogyakarta, dimakamkan di Bogor (Versi 'Peter Carey')
الوفاة: 1885, Bogor, dimakamkan di Bogor (Versi Keluarga)
Catatan Admin : Endang Suhendar alias Idang


فهرست

RIWAYAT HIDUP

PANGERAN DJONET / RM. JUNAT / RM. JEMET

Pangeran Djonet Dipomenggolo

Ketika ayahnya menyatakan diri sebagai penentang penjajah dan terusir dari Puri Tegalrejo, Raden Mas Joned baru berumur sepuluh tahun. Dia ikut rombongan pengungsi bersama keluarga besarnya ke Goa Selarong setelah Puri Tegalrejo digempur oleh pasukan Belanda. Dia sudah bisa merasakan bagaimana susahnya hidup dalam pengungsian dan hanya tinggal di dalam Goa bersama ibu dan saudara-saudaranya. Usianya masih terhitung anak-anak ketika dia lari mengikuti rombongan para penghuni Puri Tegalrejo dan para penghuni kampung sekitar puri. Terkadang sebuah tangan kokoh menyambarnya dan meletakkannya dalam gendongan sambil berlari mendorong gerobak dimana ibu dan bibinya menumpang menyatu dengan perbekalan seadanya. Orang itu tak lain adalah Sentot Prawiro Dirjo pamannya sendiri. Umur Raden Mas Joned sekitar 15 tahun ketika melihat ayahnya ditangkap oleh Belanda. Dia menyaksikan sendiri bagaimana ayahnya tetap tegar menghadapi semuanya. Raden Mas Joned tidak kuasa menitikkan air mata ketika melihat ayahnya digiring dimasukkan ke dalam kereta yang membawanya ke pengasingan. Marah dan dendam, itulah yang ada di dalam benak Raden Mas Joned. Jiwa mudanya sangat terguncang dan itulah yang membuat Raden Mas Joned selalu melakukan perlawanan dimanapun dia melihat orang Belanda. Raden Mas Joned berusaha membebaskan ayahnya dengan cara mengejar ke Ungaran, lalu ke Semarang. Dia berhasil menyusup ke dalam kapal pembawa Pangeran Diponegoro tetapi ketahuan dan Raden Mas Joned menceburkan diri ke laut. Dia tidak putus asa karenanya. Raden Mas joned lalu mengejar Pangeran Diponegoro melalui darat bersama beberapa orang pengikutnya menuju Batavia. Sesampainya di Batavia, Pangeran Joned berusaha mendekati tempat penyekapan Pangeran Diponegoro, tetapi sayang, mata-mata mengatakan bahwa Pangeran Diponegoro telah dipindahkan menggunakan kapal ke arah Timur. Dengan perbekalan seadanya disertai dengan pengikut-pengikut setianya, Raden Mas Joned berangkat ke arah Timur melewati jalan darat sambil menebarkan petaka bagi siapapun yang mencoba menghalanginya. Raden Mas Djonet, mengakhiri hidupnya dengan cara yang tidak menguntungkan dalam perselisihan dengan seorang perwira di Djokjakarta. (J. Hageman, 1856, "Geschiedenis van den oorlog op Java, van 1825 tot 1830"). Atas kehendak keluarga, jenasah beliau disembunyikan dan dimakamkan di Bogor. Ibu Raden Mas Joned yaitu Raden Ayu Maduretno adalah kakak Sentot Prawirodirjo yang ikut bergabung dalam barisan Pangeran Diponegoro. Ketika Pangeran Diponegoro diangkat menjadi sultan di Dekso, Raden Ayu Maduretno diangkat menjadi permaisuri. Pada tahun 1828 beliau wafat karena sakit dan dimakamkan di Imogiri.


PANGERAN DJONET DIPOMENGGOLO / RM. JUNAT / RM. JEMET

Oleh :R. Endang Suhendar Diponegoro
Pangeran Djonet Dipomenggolo

PANGERAN DJONET atau Raden Mas Djonet Dipomenggolo, adalah putera pertama Pangeran Diponegoro yang lahir pada tahun 1815 1) di Yogyakarta dari Ibu kandung yang bernama R.A. Maduretno alias R.A. Ontowiryo alias R.A. Diponegoro yakni isteri kelima Pangeran Diponegoro putri ketiga Raden Rangga Prawiradirjo III dengan Kanjeng Ratu Kedaton Maduretno Krama (putri HB II), jadi saudara seayah dengan Sentot Prawirodirjo, tetapi lain ibu. Pangeran Djonet memiliki adik kandung bernama Pangeran Roub/Pangeran Raab/Pangeran Raib, yang pada tahun 1840 berhasil dibuang Belanda ke Ambon dan meninggal disana. Ketika Pangeran Diponegoro dinobatkan sebagai Sultan Abdulhamid, RA. Maduretno diangkat sebagai permaisuri bergelar Kanjeng Ratu Kedaton l pada 18 Pebruari 1828 (walaupun saat itu Belanda berikut Kerajaan yang lain tidak mengakuinya). Pada saat itu Raden Mas Djonet Dipomenggolo masih berumur 13 tahun.



Image:Kraton3.jpg  SILSILAH KELUARGA (Dari Pancer Bapak)
0. KANJENG SUNAN PRABU AMANGKURAT AGUNG  
1. KANJENG SUSUHUNAN PAKUBUANA I    
2. KANJENG PRABU AMANGKURAT IV    
3. KANJENG SULTAN HAMENGKU BUWANA KAPING I ING NGAYOGYAKARTA   
4. KANJENG SULTAN HAMENGKU BUWANA KAPING II ING NGAYOGYAKARTA    
5. KANJENG SULTAN HAMENGKU BUWANA KAPING III ING NGAYOGYAKARTA    
6. BPH. DIPANEGARA    
7. RM. DJONET DIPAMENGGALA
  
 - Tercatat Di Tepas Darah Dalem -
Image:Kraton3.jpg  SILSILAH KELUARGA (Dari Pancer Ibu)
0. KANJENG SUNAN PRABU AMANGKURAT AGUNG  
1. KANJENG SUSUHUNAN PAKUBUANA I    
2. KANJENG PRABU AMANGKURAT IV    
3. KANJENG SULTAN HAMENGKU BUWANA KAPING I ING NGAYOGYAKARTA   
4. KANJENG SULTAN HAMENGKU BUWANA KAPING II ING NGAYOGYAKARTA
5. KRK. MADURETNO KRAMA (Putri ke 22 HB-II <menikah dengan> RADEN RANGGA PRAWIRADIRDJA III 
6. BRAy. MADURETNO/RA. Ontowiryo/RA. Diponegoro
7. RM. DJONET DIPAMENGGALA
 
 - Tercatat Di Tepas Darah Dalem -

PANGERAN DJONET PADA MASA PERJUANGAN PANGERAN DIPONEGORO (Tahun 1825-1830)

Sejak usia 10 tahun Pangeran Djonet bersama 2 saudaranya yaitu Pangeran Roub dan Pangeran Diponegoro Anom selalu mendampingi/selalu diajak ayahnya dalam setiap perundingan penting dengan Belanda. Mengingat usianya yang relatif muda tidak banyak yang dilakukan Pangeran Djonet muda, akan tetapi selama 5 tahun Pangeran Djonet berada, melihat dan menyaksikan langsung (veni, vedi veci) sejarah yang sedang terjadi di tanah air melalui perjuangan orang tuanya yaitu Pangeran Diponegoro beserta panglima Sentot Prawiradirja dan Pangeran-pangeran juga para Kyai. Di medan perang Pangeran Djoned menyaksikan bagaimana prajuritnya terbunuh...bagaimana mendapatkan kemenangan...bagaimana mengatur siasat perang, semua ini merupakan pengalaman dan pembelajaran yang berharga bagi pembentukan kepribadian Pangeran Djoned kemudian.

Belanda mengerahkan seluruh kekuatannya. Pemberontakan Paderi di Sumatera Barat, untuk sementara dibiarkan. Sekitar 200 benteng telah dibangun untuk mengurangi mobilitas pasukan Diponegoro. Perlahan langkah tersebut membawa hasil. Dua orang panglima penting Diponegoro tertangkap. Kyai Mojo tertangkap di Klaten pada 5 Nopember 1828. Sentot Alibasyah, dalam posisi terkepung, menyerah di Yogya Selatan pada 24 Oktober 1829.

Diponegoro lalu menyetujui tawaran damai Belanda. Tanggal 28 Maret 1830, Diponegoro disertai lima orang lainnya ( Raden Mas Jonet, Diponegoro Anom, Raden Basah Martonegoro, Raden Mas Roub dan Kyai Badaruddin) datang ke kantor Residen Kedu di Magelang untuk berunding dengan Jenderal De Kock. Mereka disambut dengan upacara militer Belanda. Dalam perundingan itu, Diponegoro menuntut agar mendapat "kebebasan untuk mendirikan negara sendiri yang merdeka bersendikan agama Islam." De Kock melaksanakan tipu muslihatnya. Sesaat setelah perundingan itu, Diponegoro dan pengikutnya dibawa ke Semarang dan terus ke Betawi. Pada 3 Mei 1830, ia diasingkan ke Manado, dan kemudian dipindahkan lagi ke Ujungpandang (tahun 1834) sampai meninggal. Di tahanannya, di Benteng Ujungpandang, Diponegoro menulis "Babad Diponegoro" sebanyak 4 jilid dengan tebal 1357 halaman.


PANGERAN DJONET PADA SAAT PENGASINGAN AYAHNYA KE SULAWESI (Tahun 1830)

Menurut cerita salah satu keturunan ke 6 Pangeran Djonet yang tinggal di sekitar makam yaitu R. Ustad ABDUL WAFA (keturunan dari Raden Mas SAHID ANKRIH, anak ke 5 Pangeran Djonet) adalah sebagai berikut : Sewaktu beliau dibuang ke Makassar, beliau ikut namun sewaktu Kapal/Perahu di lautan beliau menceburkan diri bersama pengikutnya melarikan diri ke Batavia. Setelah beberapa lama menetap di Batavia, lalu beliau pindah ke Bogor, berjuang bersama pasukannya yang akhirnya menetap di Kebon Kelapa Cibeureum sampai akhir hayatnya.” (sesuai yang tertera dalam Papan Wisata Ziarah dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bogor).

SITUS MAKAM PANGERAN DJONET DIPOMENGGOLO

Situs Makam Pangeran Djonet Dipomenggolo, Alamat : Pesantren Dipamenggala Al-Khasanan, Jl. Raden Kosasih, Kp. Kebon Kelapa-Kelurahan Cikaret-Bogor Selatan

Cerita lain, versi keturunan yang tinggal di sekitar makam : “ Pangeran Djonet tinggal dan menetap pertama kali di pinggiran kota Bogor (± 4 s.d 7 km dari Istana Belanda) di kampung Jabaru (Jawa Baru), setelah mempunyai 5 orang putra dan 2 orang putri semakin banyaklah keturunan Pangeran Djonet di kampong Jabaru tersebut, akhirnya membuka kampong baru lagi dengan nama kampong Dukuh Jawa, sampai akhirnya wafat pada usia 70 tahunan dan dimakamkan di kampong Kebon Kelapa (sekarang Jalan Raden Kosasih), Cikaret, Bogor Selatan tidak jauh dari kampong tempat beliau menetap ”.


PANGERAN DJONET DI BATAVIA (Tahun 1830-1831)

Setelah lolos dari proses pengasingan ke Pulau Sulawesi sesuai cerita sebelumnya, Pangeran Djonet muda yang baru berusia 15 tahun (1815-1830) dibantu pengikutnya yang berjumlah lebih dari 1 orang untuk mencari tempat persembunyian sementara di daerah Batavia. Sebagai kelompok asing yang berkeliaran di Batavia yang notabene sebagai pusat kegiatan colonial pada masa itu tentunya baik Pangeran Djonet maupun pengikutnya yang asli Yogyakarta mencari sanak saudara, kerabat maupun tetangga yang sedaerah. Akhirnya dengan wawasan sejarah yang dimiliki sang Pangeran Muda diputuskan untuk mencari daerah Matraman (saat itu umur daerah Matraman sudah mencapai 208 tahun sejak penyerbuan Kerajaan Mataram ke Batavia).

Di Matraman, pengikut Pangeran Djonet terlebih dahulu mencari tokoh-tokoh setempat yang dianggap mengetahui asal-usul Matraman dan akhirnya memperkenalkan diri kepada mereka tentang keberadaan Pangeran Mataram (tidak menyebutkan nama/menggunakan nama alias) dan menceriterakan secara umum kondisi kejadian saat itu. Diluar perkiraan sang Pangeran, mereka menerima dengan amat terbuka sambil disertai perasaan haru, bangga dan rindu akan kampong halaman akhirnya berkat bantuan dan perlindungan masyarakat Matraman pada saat itu Pangeran Djonet beserta pengikutnya menetap di Batavia (Matraman) lebih kurang selama 2 tahun.

Selama menetap di Matraman dalam rangka mempertahankan diri dari kejaran tentara Belanda, Pangeran Djonet membentuk pasukan (semacam pengawal Raja) dengan merekrut pemuda-pemuda yang mayoritas keturunan prajurit Kerajaan Mataram walaupun ada juga dari etnis lain yang juga bergabung dengan suka rela (di komplek pemakaman Pangeran Djonet di Bogor dimakamkan juga komandan pasukan pengawal yang berasal dari Banten). Komunikasi keberadaan Pangeran Djonet di Batavia dengan pihak Keraton Yogyakarta (lebih kurang 19 orang Pangeran/turunan Sultan yang mendukung Pangeran Diponegoro) dilakukan melalui media kurir/mata-mata/telik sandi yang masing-masing bergerak menuju titik yang ditentukan (rendesvouz), dari Keratonlah Pangeran Djonet mendapatkan bantuan logistik yang diperlukan dalam membentuk pasukan pengawal.

Tahun 1832 Pangeran Djonet genap berusia 17 tahun, usia yang cukup dewasa bagi seorang keturunan Sultan untuk segera memulai hidup berumah tangga. Maka pada tahun 1832 Pangeran Djonet mempersunting Putri Kapitein keturunan Tionghoa dari Marga Tan yang bernama BUN NIOH kemudian berganti nama menjadi NYI MAS AYU FATMAH (tidak ada literature yang menyebutkan dimana proses pertemuannya). Kalau mengacu kepada usia Nabi Muhammad SAW menikah, usia tersebut masih terlalu muda, akan tetapi karena kondisi saat itu sedang dalam proses bersembunyi ataupun penyamaran (incognito) ditambah lagi kebiasan Raja-raja Kasultanan Yogyakarta anak lelaki tertua menikah pada saat usia menginjak dewasa. Setelah berumah tangga Pangeran Djonet pindah ke pinggiran Kota Bogor, akan tetapi komunikasi dengan masyarakat Matraman tetap terjalin dengan sangat baik, dan sering mengahdiri acara-acara keagamaan yang diadakan di Masjid Jami Mataram.

Berdirinya Masjid Jami Matraman memang tak lepas dari aktivitas bekas pasukan Sultan Agung Mataram yang menetap di Batavia. Nama wilayah Matraman pun disinyalir karena dahulunya merupakan tempat perkumpulan bekas pasukan Mataram. Untuk menjalankan aktivitas keagamaan bekas pasukan Mataram mendirikan sebuah Masjid di kawasan tersebut. Masjid yang didirikan pada tahun 1837 diberi nama Masjid Jami Mataram yang artinya Masjid yang digunakan para abdi dalem Keraton Mataram. Selain itu, pemberian nama tersebut dimaksudkan untuk menandakan bahwa masjid itu didirikan oleh para bekas pasukan Mataram. Keaslian Masjid Jami Matraman masih terlihat dari bagian depan gedung masjid yang belum pernah direnovasi. Pada jaman dahulu masjid itu merupakan masjid paling bagus di kawasan tersebut, dengan perpaduan gaya arsitektur masjid dari Timur Tengah dan India. Jika dilihat dari depan akan nampak bangunan seperti benteng dan pada dinding tembok mimbarnya dipenuhi dengan tulisan kaligrafi serta terlihat pula bentuk kubah bundar. Pada tahun 1837, masjid itu diresmikan oleh Pangeran Jonet (ahli waris Pangeran Diponegoro).


PANGERAN DJONET DI BOGOR (Tahun 1832 - 1885)

Tempat Tinggal Di Bogor

Pangeran Djonet pindah dari pelariannya di Batavia ke daerah pinggiran kota Bogor sekitar tahun 1832. Bersama pengikutnya keturunan bekas tentara kerajaan Mataram di Batavia (Daerah Matraman – Jakarta Timur), Pangeran Djonet membuka perkampungan baru yang akhirnya dikenal dengan nama Kampung JABARU, kependekan dari Jawa Baru.

Sarana transportasi darat yang umum pada masa itu kebanyakan menggunakan Kuda tunggang, kereta kuda, sepeda, sedikit kereta api dan mobil. Pangeran Djonet seperti halnya bangsawan di Keraton Yogyakarta tentunya sangat terlatih menggunakan kuda tunggang, oleh karenanya di sekitar kampong Jabaru, disuatu tempat yang bernama "Pasir Kuda" (Pasir, nama lain dari Bukit) Pangeran Djonet dan para pengikutnya biasa menambatkan kuda-kudanya (kemungkinan besar, dipasir inilah dibangun Istal).


Melihat cerita di atas, dan mempelajari Silsilah yang ada serta mencermati keberadaan RM. Djonet pada masa perjuangan Pangeran Diponegoro setelah saya lakukan analisis dengan seksama dengan mengacu kepada artikel dan buku-buku diperoleh berbagai macam kemungkinan sebagai berikut :

  • RM. Djonet adalah putra sulung dari pasangan Pangeran Diponegoro dengan RA. Maduretno yang lahir pada tahun 1815 M. Ketika Diponegoro berusia 42 tahun, beliau dinobatkan sebagai Sultan Abdulhamid, RA. Maduretno diangkat sebagai permaisuri bergelar Kanjeng Ratu Kedaton l pada tanggal 18 Pebruari 1828, pada saat itu RM. Djonet berumur 13 tahun.
  • Sejarah Pangeran Djonet menurut cerita kutipan dari buku karangan Peter Carey menyebutkan bahwa Pangeran Djonet dibunuh oleh Belanda dalam sebuah peperangan pada tahun 1837. Cerita tersebut dapat beralasan :

  • Dalam artikel : “Jejak Sultan Agung Mataram di Masjid Jami Matraman” disebutkan bahwa Masjid Jami Mataram dibangun dan diresmikan pada tahun 1837 oleh Pangeran Jonet (ahli waris Pangeran Diponegoro). Pada tahun 1837 Masjid Jami tersebut tergolong bangunan mewah arsitktur bangunannya menyerupai Taj Mahal, sehingga menjadi pusat perhatian Belanda. Informasi peresmian Masjid tersebut oleh keturunan langsung Pangeran Diponegoro sampai melalui mata-mata Belanda yang pada akhirnya Belanda melakukan penyergapan (kemungkinan dikediaman Pangeran Djonet di kampung Jabaru (Jawa Baru), di daerah Selatan Bogor. Dalam penyergapan tersebut akhirnya terjadi peperangan antara tentara Belanda dengan Pangeran Djonet dan pengikutnya. Di lain pihak, pada tahun yang sama 1837 Pangeran Djonet sudah berumah tangga dan mempunyai anak 7 ( 5 laki -laki dan 2 perempuan ).
  • Mungkin saja data yang diperoleh Peter Carey sumbernya berasal dari pihak Belanda atau referensi lain yang ada di Inggris, dimana baik Belanda maupun Inggris membukukan sejarah pemberontakan Pangeran Diponegoro dan pengikutnya lebih mengutamakan keberhasilannya semata, sehingga Pangeran Diponegoro dan keluarganya berikut pengikutnya dianggap “BAD GUY” yang sudah dan harus dikalahkan (dibunuh) sedangkan pihak Belanda maupun Inggris sebagai “GOOD GUY” yang patut mendapatkan penghargaan.
  • Pangeran Djonet menetap di Batavia mulai tahun 1830, pada saat beliau berumur 15 tahun.Kalau mengacu kepada cerita versi “makam” (di Cikaret, Bogor), Pangeran Djonet termasuk dalam kelompok yang akan dibuang ke Makassar yang akhirnya dapat melarikan diri dan menetap di Batavia. Dimana pangeran Djonet tinggal di Batavia?, sampai tahun berapa tinggal di Batavia?, kapan pindah ke Bogor? Tahun berapa menikah?, Siapa isterinya? Berapa orang istrinya? Berapa orang putra-putrinya? dimana tinggalnya di Bogor? Jawabannya adalah :

  • Di Batavia pangeran Djonet tinggal di perkampungan mantan prajurit Mataram (Sultan Agung Mataram menyerang VOC ke Batavia pada April 1628 - Mei 1629). Pada tahun 1837 perkampungan tersebut sudah berubah nama menjadi kampung MATRAMAN karena sudah berusia 218 tahun. Di Matraman inilah Pangeran Djonet menetap dan mendapatkan perlindungan dari keterunan tentara Mataram, sampai usia beliau mencapai 17-22 tahun.
  • Pangeran Djonet pindah ke Bogor antara tahun 1832-1837, dimana pada usia tersebutlah menikah dengan puteri Kapitein keturunan Tionghoa dari Marga TAN yang bernama BOEN NIOH kemudin bermualaf dengan nama NYI MAS AYU FATMAH. Mengenai jumlah isterinya dapat diperkirakan sebagai berikut : apabila mengacu kepada buku Peter Carey pangeran Djonet terbunuh pada saat usia perkawinan 5 tahun (1837) dengan jumlah putra-putri 7 orang, berarti pangeran Djonet beristri minimal 2 orang, sedangkan kalau mengacu versi makam, Pangeran Djonet meninggal di usia 70 tahunan meninggalkan 2 orang isteri, 7 orang anak.
  • Di Bogor Pangeran Djonet tinggal di pinggiran Kota ± 5 km dari Istana Belanda. Disana beliau dibantu para pengikutnya keturunan Mataram yang ada di Batavia membuka perkampungan baru yang pada akhirnya dikenal dengan sebutan Kampung JABARU kepanjangan dari Kampung Jawa Baru. Di kampung Jabaru inilah pangeran Djonet membentuk pasukan dan beranak-pinak. Kuda-kuda pangeran Djonet dan pasukannya ditambatkan di Istal Kuda didaerah pasir (bukit) yang pada akhirnya daerah tersebut dikenal dengan nama Kampung Pasir Kuda (kampung diatas bukit yang banyak Kuda). Dari Kampung Jabaru keturunan Pangeran Djonet meluas dan membuka perkampungan baru di sebelah Timurnya yang juga dikenal dengan nama Kampung Dukuh Jawa.
  • Menurut kesaksian keturunan Pangeran Djonet generasi ke 5 Rd.Hj. SITI MARIAM (IIH) & Rd.Hj. SITI JUARIAH (UWE), pada saat ayahnya RM.H. RANA MENGGALA (generasi 4) meninggal sekitar tahun 1970an, ada prajurit utusan Kraton Yogyakarta membawa peti berukir yang berisi antara lain uang. Pada saat itu keturunan Pangeran Djonet sampai generasi ke 5 belum banyak yang mengetahui asal-usul yang mengarah kepada Pangeran Diponegoro. Hal ini dapat diartikan bahwa, pihak Kraton Yogyakarta mengetahui keberadaan Pangeran Djonet di Bogor dan ada kemungkinan sebetulnya pada saat Pangeran Djonet tinggal pertama di Bogor pun sudah ada komunikasi rahasia antara telik sandi kraton Yogyakarta dengan pasukan Pangeran Djonet di Bogor (mengapa masih rahasia, mengingat di kalangan kerabat Pangeran Diponegoro di Yogyakarta pada saat itu disinyalir masih banyak yang pro-kolonial). Sejauh ini diantara keturunan 7 anak Pangeran Djonet, sampai dengan generasi kelima (lahir 1930an-1950an) silsilah keluarga yang lebih rinci tentang keturunan Pangeran Djonet masih memerlukan verifikasi dan penyempurnaan,
  wallahu alam bi sawab.  

SILSILAH KELUARGA BESAR KETURUNAN RM. DJONET DIPAMENGGALA

Putra-putri

No. Nama Tempat/Lahir
1. RM. NGABEHI DIPAMENGGALA Jabaru, C-1833
2. RM. HARJO DIPOMENGGOLO Jabaru, C-1834
3. RM. HARJO DIPOTJOKRO / PANGERAN GRINGSING I Jabaru, C-1835
4. RM. HARJO ABDUL MANAP Jabaru, C-1836
5. RM. KH. SAHID ANGKRIH Jabaru, C-1835
6. NYI MAS RAy. UKIN Jabaru, C-1836
7. NYI MAS RAy. OKAH Jabaru, C-1837

Cucu

  1. 1.1. RM.KH. USMAN BAKHSAN (Lebak pasar, C-1854)
  2. 2.1. RM.H. BRODJOMENGGOLO
  3. 2.2. RAy.Hj. GONDOMIRAH
  4. 2.3. RM.H. ABAS
  5. 2.4. RM.H. ABDULRACHMAN ADIMENGGOLO
  6. 2.5. RM.H. MUHAMMAD HASAN
  7. 3.1. RM. HARJO DIPOTJOKRO HADIMENGGOLO / P.GRINGSING II
  8. 4.1. RM.H. EDOJ
  9. 4.2. RM.H. SAYYID YUDOMENGGOLO
  10. 4.3. NYI RAy.Hj. SARODJA
  11. 4.4. NYI RAy.Hj. AMANUNG
  12. 5.1. RM. ASMINI
  13. 5.2. RM. IDRIS
  14. 5.3. RM. ONDUNG

Buyut / Cicit

  1. 1.1.1. RM.H. RANA MENGGALA (Lebakpasar, C-1877)
  2. 1.1.2. RM.H. ABDULGHANI MENGGALA (Lebakpasar, C-1878)
  3. 1.1.3. RM.H. MUHAMMAD HASYIR (C-1879)
  4. 1.1.4. RAy. Hj. Harisun (C-1880
  5. 1.1.5. RAy.Hj. ITI (Gg Wahir-Empang, C-1882
  6. 1.1.6. RM. Ahmad (Natsir), C-1884
  7. 2.1.1. RM.H. WONGSOMENGGOLO (Ciomas)
  8. 2.1.2. RM.H. SOEROMENGGOLO (Ciomas)
  9. 2.1.3. RM.H. ADIMENGGOLO (Ciomas)
  10. 2.1.4. RAy.Hj.UNAN (Loji)
  11. 2.2.1. RM.H. IBRAHIM\RM. ABD.ROCHMAN WIRADIMENGGOLO\RM. WIRADINEGARA
  12. 2.2.2. NYI RAy.Hj. ASMAYA
  13. 2.2.3. NYI RAy.Hj. ENTING AISYAH
  14. 2.2.4. NYI RAy.Hj. SITI FATIMAH
  15. 2.2.5. NYI RAy.Hj. ANTAMIRAH
  16. 2.2.6. RM. TJANDRANINGRAT\RM. ARIO MAD SURODHININGRAT (Zelfstandig Patih Buitenzorg 1916-1925)
  17. 2.2.7. RM. YAHYA GONDONINGRAT
  18. 2.2.8. RM. INDRIS TIRTODIRDJO/RM. IDRUS TIRTODIRDJO
  19. 2.2.9. NYI RAy.Hj. RAJAMIRAH/RAy.Hj. MIRAH
  20. 2.3.1. RM.H. ARDJA
  21. 2.3.2. RM.H. SUMINTA (MALIK)
  22. 2.3.3. RAy.Hj. PATIMAH <menikah dgn> DJUARSA (Ayahnya Mayjen. ISHAK DJUARSA)
  23. 2.3.4. RAy.Hj. FATMAH <menikah dgn> 1.1.1. RM.H. RANA MENGGALA Cucu RM. NGABEHI DIPOMENGGOLO
  24. 2.3.5. RM.H. YACUB
  25. 2.3.6. RAy.Hj. SITI MARIJAM (Loji)
  26. 2.4.1. RAy.Hj. SUKIYAMAH
  27. 3.1.1. RM. HARJO DIPOHADIKUSUMO / P. GRINGSING III
  28. 4.1.1. RM.H. SINTOMENGGOLO
  29. 4.2.1. RM.H. SADIRI GONDOMENGGOLO
  30. 4.3.1. RM.H. SUMAWIDJAJA
  31. 4.3.2. NYI RAy.Hj. DANANG
  32. 4.3.3. NYI RAy.Hj. ANOK
  33. 4.3.4. NYI RAy.Hj. ENGKO
  34. 4.3.5. NYI RAy.Hj. TOJO (Ibu Bandung)
  35. 5.1.1. RM.H. ASMININ
  36. 5.1.2. RM.H. MALI
  37. 5.1.3. RM.H. MINAU
  38. 5.1.4. RM.H. IKING
  39. 5.1.5. RAy.Hj. UMI

Canggah
  1. 1.1.1.1. R.H. RAIS
  2. 1.1.1.2. R.Hj. ECIN
  3. 1.1.1.3. R.Hj. HALIMAH
  4. 1.1.1.4. R.Hj. SITI KHODIJAH
  5. 1.1.1.5. R.Hj. SITI MUKMINAH
  6. 1.1.1.6. R.Hj. SITI JUARIAH (Uwa UWE, Sempur)
  7. 1.1.1.7. R.H. MAHBUB
  8. 1.1.1.8. R.Hj. SITI MAEMUNAH
  9. 1.1.1.9. R.Hj. SITI MARIAM (Ibu KARIM/Uwa IIH, Gg. Menteng)
  10. 1.1.1.10. R.IYAN RIDWAN
  11. 1.1.2.1. R.H. YASIN (C-1910
  12. 1.1.2.2. R.H. ALI
  13. 1.1.2.3. R.H. ABDUL MANAN (Adung)
  14. 1.1.2.4. R.Hj. SUPIAH (Siti)
  15. 1.1.2.5. R.Hj. ENCUNG
  16. 1.1.2.6. R.MASDIR. JAYAKUSUMAH (Jaya, C-1911)
  17. 1.1.2.7. R.MASDIR KARTANINGRAT (Tata)
  18. 1.1.2.8. R.MASDIR KURNAEN (Aeng)
  19. 1.1.2.9. R.MASDIR MOCHAMAD ARIEF
  20. 1.1.2.10. R.MASDIR SUMANTRI (Ati)
  21. 1.1.2.11. R.MASDIR EMAN SULAEMAN
  22. 1.1.3.1. R. BUSTOMI
  23. 1.1.3.2. R. ISMAIL
  24. 1.1.3.3. R. MUDJITABA
  25. 1.1.3.4. NYI R. SUAEBAH
  26. 1.1.3.5. NYI R. MAEMUNAH
  27. 1.1.4.1. R. ILYAS DAJIR
  28. 1.1.5.1. R. ILYAS DAJIR
  29. 1.1.5.2. R. ILYAS DAJIR
  30. 1.1.6.1. .............
  31. 1.1.6.2. R. SOLEH
  32. 1.1.6.3. R. SOFYAN ATS SAURI / YUSUF
  33. 1.1.6.4. R. ARIFIN
  34. 2.1.1.1. R.H. SOLEH SURODIMENGGOLO (Ciomas)
  35. 2.1.1.2. R.H. UMAR SURIODIRDJO (Ciomas)
  36. 2.1.1.3. R.H. MUSA SUMODIRDJO Ciomas)
  37. 2.1.1.4. R.H. EMBIH SASTRODIRDJO
  38. 2.1.2.1. R.H. ICAN SUROMENGGOLO (Ciomas)
  39. 2.1.2.2. NYI. R. AMOE (Ciomas)
  40. 2.1.2.3. R.H. ARJOMENGGOLO (Ciomas)
  41. 2.1.3.1. R.H. MOH. SYAFEI (Ciomas)
  42. 2.1.3.2. R.H. JAMSARI ADIMENGGOLO (Ciomas)
  43. 2.1.4.1. NYI Rd.Hj. ENUNG (Loji)
  44. 2.2.1.1. R.H. KURAESIN
  45. 2.2.1.2. R.H. ADJID MANGKUWIJAYA
  46. 2.2.1.3. R.H. MUH. ISA (Ciomas)
  47. 2.2.6.1. R.H. PANJI
  48. 2.2.6.2. R.H. PANDU
  49. 2.2.6.3. R.H. HASAN
  50. 2.2.6.4. R.H. KURAESIN
  51. 2.2.7.1. NYI Rd. Hj. RATNA KANCANA (Ciomas) <menikah dengan> Ir. H. MARAH ROESLI (Pujangga Nasional
  52. 2.2.8.1. R.H. ACO UMAR
  53. 2.2.9.1. Rd.H. YASIN WINATADIREDJA (Enceng)
  54. 2.2.9.2. NYI Rd.Hj. SITI RAHMAT (Titi)
  55. 2.2.9.3. Rd.H. TATANG MUCHTAR (Ciluar)
  56. 2.2.9.4. NYI Rd. ICHA AISYAH (Di Belanda sejak 1935)
  57. 2.3.6.1. Drs.H.R. MANSYUR
  58. 2.3.6.2. H.R. SANUSI (Gunung Batu)
  59. 2.3.6.3. Drs.H.R. ENTJEP WAHAB (Jakarta)
  60. 3.1.1.1. R. DR. HARTO PURWOWASONO DIPONEGORO / P. GRINGSING IV (Magetan)
  61. 4.1.1.1. NYI Rd. HJ. S. AISYAH
  62. 4.1.1.2. NYI Rd. HJ. INA
  63. 4.1.1.3. NYI Rd. HJ. SITI
  64. 4.1.1.4. Rd. H. MARANA
  65. 4.1.1.5. NYI Rd. HJ. ARISAH
  66. 4.1.1.6. Rd. H. BARNAS SINTOMENGGOLO
  67. 4.1.1.7. NYI Rd. HJ. UTI
  68. 4.1.1.8. NYI Rd. HJ. UTA
  69. 4.1.1.9. NYI Rd. HJ. HATIMAH
  70. 4.1.1.10.Rd. H. SIDIQ SINTOMENGGOLO
  71. 4.2.1.1. Rd. H. KARTA
  72. 4.2.1.2. NYI Rd. HJ. JUHA
  73. 4.2.1.3. Rd. H. DARMA
  74. 4.2.1.4. Rd. H. DARNA
  75. 4.3.1.1. R.H. ENTUNA PARTAWIJAYA
  76. 4.3.2.1. R.H. PRAWIRA SOMANTRI
  77. 5.1.1.1. R. ABDUL LATIF
  78. 5.1.1.2. R. ARMANI
  79. 5.1.1.3. NYI Rd. JENAB
  80. 5.1.1.4. R. MURNAS
  81. 5.1.1.5. R. ABDURROHIM
  82. 5.1.1.6. R. ABDURROHMAN

66/2 <1+6> 5. Raden Mas Roub / Raden Mas Raab (Pangeran Hasan) [Hamengku Buwono III]
الميلاد: 1816, Solo
الوفاة: 1894, Wanagopa, Tegal
Catatan Admin : Endang Suhendar alias Idang


Raden Mas Roub/Raib/Raab/Pangeran Hasan 1816

Adalah adik kandung Raden Mas Joned. Usianya sekitar sembilan tahun ketika mengikuti ayahnya dalam medan perang. Bersama kakaknya dia ikut merasakan bagaimana kehidupan dalam pengungsian. Raden Mas Roub selalu mengikuti perjalanan ayahnya dalam medan perang. Selain karena putera dari isteri permaisuri kedua, Pangeran Diponegoro menyiapkan Raden Mas Roub agar kelak sebagai seorang pemimpin agama. Sampai di sini dapat dijelaskan bahwa ada 4 (empat) putera Pangeran Diponegoro yang dibuang ke Ambon. Pada buku The Power of Prophecy tulisan Peter F Carey halaman 746 dijelaskan bahwa pada akhir tahun 1848 Pangeran Diponegoro menanyakan kepada gubernur jenderal di Makassar perihal tiga anaknya yaitu Pangeran Dipokusumo, Raden Mas Raib serta Pangeran Diponingrat yang diberitakan mengalami sakit tekanan jiwa. Pangeran Diponegoro juga menanyakan anaknya yang tertua yang mengalami pembuangan di Sumenep pada tahun 1834 setelah memberontak di Kedu, dan belum pernah berkirim kabar.

Segudang Misteri dari Dukuh Wanagopa (27 Maret 2015)

Dukuh Wanagopa terletak di Desa Kreman, Kecamatan Warureja, Kabupaten Tegal. Berjarak ± 4,5 KM di barat daya pusat Kecamatan Warureja. Dukuh Wanagopa juga berada di perbatasan antara Kecamatan Warureja dan Suradadi. Letak yang strategis dengan tiga sungai yang mengalir di dalamnya, antara lain : Sungai Kunci, Sungai Pedati, dan Sungai Jimat, membuat mayoritas penduduk Dukuh Wanagopa memilih bekerja sebagai petani.

Dukuh Wanagopa memiliki salah satu peninggalan sejarah yaitu Makam Kyai Hasan atau yang dikenal warga setempat dengan nama Mbah Wana. Menurut sejarah, Kyai Hasan merupakan anak kedua dari Pangeran Diponegoro dari istri keempatnya, yaitu Raden Ayu Manduretno. Kyai Hasan memiliki nama lain Raden Mas Raib atau Pangeran Hasan. Pada saat perang Diponegoro berlangsung Kyai Hasan berumur 9 tahun, beliau sering membantu ayah dan kakak kandungnya yang bernama Mas Joned. Akhirnya mereka ditangkap oleh pihak Belanda pada tanggal 18 Maret 1830 dan diasingkan ke Ambon. Namun pada tahun 1848, Kyai Hasan pun kembali ke tanah Jawa atas seizin Van den Bosch, kemudian beliau mengembara sembari menyebarkan agama Islam di sekitar lereng Gunung Slamet, dan sampailah di sebuah Desa yang ketika itu sudah dibangun oleh Mbah Ibrohim seorang pendatang dari Desa Bumiharja pada tahun 1870. Kemudian desa itu diberi nama Wanagopa. Menurut Bapak Abdul Salam, S.Ag sejarawan wanagopa mengatakan bahwa Wanagopa berasal dari dua kata yaitu Wana dan Gopak. Wana berarti hutan dan Gopak berarti petak, jadi disimpulkan bahwa Wanagopa dibuat dengan menebang hutan secara berpetak-petak. Selain itu nama Wanagopa merupakan bentuk penghargaan Mbah Ibrohim kepada Kyai Hasan/Mbah Wana. Disisa hidupnya Kyai Hasan menghabiskan waktunya dengan mendekatkan diri pada Allah. Pada tahun 1896-an beliau wafat dan dimakamkan di Dukuh Wanagopa, Desa Kreman, Kecamatan Warureja, Kabupaten Tegal. Tetapi beberapa pihak mengatakan bahwa Kyai Hasan meninggal di Panggung Tegal. Namun kenyataannya, makam Kyai Hasan sendiri berada di Dukuh Wanagopa, Desa Kreman.
137/2 <1+2> 12. Raden Mas Kindar / Pangeran Abdurrahman [Hamengku Buwono]
الميلاد: 1832
148/2 <1+2> 13. Raden Mas Sarkuma [Hamengku Buwono]
الميلاد: 1834
الوفاة: 1849
159/2 <1+2> 14. Raden Mas Mutawaridin / Pangeran Abdurrahim [Hamengku Buwono]
الميلاد: 1835
1610/2 <1+2> 15. Raden Ayu Putri Munadima / Raden Ayu Setiokusumo [Hamengku Buwono]
الميلاد: 1836
1711/2 <1+2> 16. Raden Mas Dulkabli / Pangeran Abdulgani [Hamengku Buwono]
الميلاد: 1836
1812/2 <1+2> 17. Raden Mas Rajab / Abdulrajab (Pangeran Abdulrajak) [Hamengku Buwono]
الميلاد: > 1836
1913/2 <1+2> 18. Raden Mas Ramaji / Pangeran Abdulgafur [Hamengku Buwono]
الميلاد: > 1836
714/2 <1+1> 6. Raden Ayu Impun / Raden Ayu Basah Mertonegoro [Hamengku Buwono]
Catatan Admin : Endang Suhendar alias Idang


R.A Impun/R.A. Basah Mertonegoro

Raden Ayu Impun adalah puteri Pangeran Diponegoro dengan Raden Ayu Retnodewati. Ketika perang Diponegoro mulai pecah, Raden Ayu Impun dinikahkan dengan kakak Sentot Prawiro Dirjo yang bernama Raden Abdul Kamil Alibasyah yang juga merupakan pejuang Pangeran Diponegoro yang bertugas bergerilya di wilayah Barat Sungai Progo. Raden Abdul Kamil Alibasyah kemudian diberikan gelar Notodirjo dan diberikan kedudukan setingkat tumenggung dan biasa dipanggil raden Basah.

Setelah Raden Abdul Kamil tewas dalam peperangan, kemudian dinikahi oleh Tumenggung Mertonegoro atau Jayapermadi anak laki-laki tertua Patih Danurejo II sehingga terkenal dengan nama Raden Ayu Basah Mertonegoro.
815/2 <1+5> 7. Raden Ayu Joyokusumo [Hamengku Buwono II]
Catatan Admin : Endang Suhendar alias Idang


R.A. Joyokusumo

Nama sebenarnya tidak diketahui dan tidak pernah tersurat dalam Babad Diponegoro. R.M.Joyokusumo adalah anak Raden Ngabehi Joyokusumo, paman Pangeran Diponegoro. Raden Ngabehi Joyokusumo adalah salah satu pengatur strategi perang. Baik Raden Ngabehi Joyokusumo maupun Raden Mas Joyokusumo tewas di tangan Belanda pada pertempuran di tepi sungai Bogowonto di dusun Sengir.

Atas permintaan Pangeran Diponegoro melalui surat yang ditulis bulan Mei 1830 di Batavia, R.A Joyokusumo dinikahkan dengan Basah Gondokusumo, adik Basah Mertonegoro. Surat tersebut ditujukan kepada Diponegoro Anom. Dalam surat tersebut Pangeran Diponegoro menyarankan apabila ada masalah agar mengadu pada Kapten Johan Jacob Roeps. Dalam surat tersebut Pangeran Diponegoro menuliskan bahwa dia menaruh kepercayaan besar pada kapten Roeps berkaitan dengan nasib anak-anaknya.
916/2 <1+1> 8. Raden Ayu Munteng / Raden Ayu Gusti (Raden Ayu Siti Fadilah) [Hamengku Buwono III]
Catatan Admin : Endang Suhendar alias Idang


R.A Munteng/R.A Gusti/RA. Siti Fadilah/Nyai Musa

Dalam sebuah penyergapan Belanda di Kreteg daerah Kedu Utara Ibu Pangeran Diponegoro tertangkap bersama RA. Gusti. Mereka terpisah dari rombongan ketika perang di Bagelen. Kedunya lalu diserahkan ke Kasultanan Yogyakarta dan menjalani kehidupan di kraton. Dalam perjalanan terpisah dari rombongan itu mereka mendapat bantuan dari Kyai Setrodrono ayah Kyai Musa seorang ulama di wilayah Merden yang masih keturunan dari keluarga besar Danurejan.
1017/2 <1+7> 9. Raden Ayu Herjuminten [Hamengku Buwono]
1118/2 <1+7> 10. Raden Ayu Herjumerot [Hamengku Buwono]
2019/2 <1+3> 19. Raden Ayu Mangkukusumo [Hamengku Buwono]
2120/2 <1+3> 20. Raden Ayu Padmodipuro [Hamengku Buwono]
2221/2 <1+3> 21. Raden Ayu Poncokusumo (tercatat di Tepas Darah Dalem) [Hamengku Buwono]

3

631/3 <12> Raden Mas Suparna Djajasoemarta [Hamengku Buwono]
الميلاد: Diputus Ibunya : 848550 (Karena double dengan 689940
232/3 <5+8> RM. Ngabehi Dipomenggolo / KH. Safawi [Hamengku Buwono]
الميلاد: 1831c, Bogor (Jabaru)
الزواج: <14> Nyi Mas Ngabey [?] م 1836c
الوفاة: 1896, Banten
Catatan Admin : Endang Suhendar alias Idang

== ASAL-USUL ==

RADEN NGABEHI DIPOMENGGOLO alias KH. SAFAWI, lahir di Jabaru-Bogor sekitar tahun 1833 putra ke 1 dari 
7 bersaudara dari pasangan orang tua RADEN MAS DJONET DIPOMENGGOLO (Generasi ke 2 dari Sultan HB III) dengan 
NYIMAS AYU FATMAH / BUN NIOH (Putri Kapiten Tionghoa dari Marga TAN) dikaruniai 1 orang anak :
1. RM. KH. USMAN BAKHSAN Dipomenggolo
Image:Kraton3.jpg  SILSILAH KELUARGA (Dari Pancer Bapak)

#0. KANJENG SULTAN HAMENGKU BUWANA KAPING III ING NGAYOGYAKARTA
#1. BPH. Diponegoro
#2. RM. Djonet Dipamenggala
#3. RM. Ngabehi Dipamenggala
 

KETURUNAN

#1. RM. NGABEHI DIPAMENGGALA (C-1833)   
    1.1. RM.KH. USMAN BAKHSAN (Lebakpasar, C-1854)><Nyi Rd Kuraesin (Cucu RA. Mangkuwidjaja, Bupati Bogor tahun 1865-1870)
         1.1.1. RM.H. RANA MENGGALA (Lebakpasar, C-1877)
                1.1.1.1.  RA.DJUHRO
                1.1.1.2.  RA.DJUHRIAH
                1.1.1.3.  RM.H. RAIS
                1.1.1.4.  RA.Hj. ECIN
                1.1.1.5.  RA.Hj. HALIMAH
                1.1.1.6.  RM. ACEP USMAN
                1.1.1.7.  RA. DJUBAEDAH
                1.1.1.8.  RM. HASBULLOH
                1.1.1.9.  RA.Hj. SITI KHODIJAH
                1.1.1.10. RA.Hj. SITI MUKMINAH
                1.1.1.11. RM.H. MAHBUB
                1.1.1.12. RA.Hj. NENENG MAEMUNAH
                1.1.1.13. RA.Hj. SITI MARIAM (Ibu KARIM/Uwa IIH, Gg. Menteng)
                1.1.1.14. RM.IYAN RIDWAN
                1.1.1.15. RM. IBRAHIM
         1.1.2. RM.H. ABDULGHANI MENGGALA (Lebakpasar, C-1878)
                1.1.2.1.  R.H. YASIN (C-1910
                          1.1.2.1.1. R. ENDUS
                          1.1.2.1.2. R. SALMAH (Encal)
                                     1.1.2.1.2.1.  R. HARUN AL-RASYID
                          1.1.2.1.3. R. SUHANDA (Kang AA)
                          1.1.2.1.4. R. ARSYAD (Kang OO)
                          1.1.2.1.5. R. SUKARNA (Kang UU)
                                     1.1.2.1.5.1.  R. ENEN
                                     1.1.2.1.5.2.  R. DIDING
                                     1.1.2.1.5.3.  R. ENTIN
                          1.1.2.1.6. R. SUKARNI (Kang Ani)
                                     1.1.2.1.6.1.  R. SUKANTA
                          1.1.2.1.7. R. MUTHOLIB (Toto)
                                     1.1.2.1.7.1.  R. DEDI NURTHOLIB (Nunuy)  
                                     1.1.2.1.7.1.  R. IIS  
                                     1.1.2.1.7.1.  R. DEDE
                1.1.2.2.  R.H. ALI
                          1.1.2.2.1.  R.H. JUMENA
                1.1.2.3.  R.H. ABDUL MANAN (Adung)
                          1.1.2.3.1.  R. SASTRA (Caca)
                          1.1.2.3.2.  R. ENOH
                          1.1.2.3.3.  R.H DIDIH
                          1.1.2.3.4.  R. CICIH
                          1.1.2.3.5.  R. SUPARTI
                                      1.1.2.3.5.1. Kang Eddy
                                      1.1.2.3.5.2. R.Pepen Supendi
                                      1.1.2.3.5.3. R.Neni
                                      1.1.2.3.5.4. R.Yeti 
                1.1.2.4.  R.Hj. SUPIAH (Siti)
                          1.1.2.4.1.  R. DJAKA
                                      1.1.2.4.1.1. R. Abdul Kadir (Oding)
                          1.1.2.4.2.  R. ANONG KRAMAATMAJA <menikah dengan> MA. SALMUN RAKYADIKARIA (Pujangga Sunda, asal Banten)
                                      1.1.2.4.2.1. R. Jatayu Wiyati Salmun (Uyu)
                                                   1.1.2.5.2.1.1. R. Riefa Sayyidina
                                                   1.1.2.5.2.1.2. R. Yutimma Dewiaty
                                      1.1.2.4.2.2. R. Yeti
                                      1.1.2.4.2.3. R. Parti
                                      1.1.2.4.2.4. R. Iwan
                                      1.1.2.4.2.5. R. Aas
                                      1.1.2.4.2.6. R. Neni
                                      1.1.2.4.2.7. R. Hedi
                                      1.1.2.4.2.8. R. Ented
                          1.1.2.4.3.  R.Hj. HALIMAH (Emah)
                          1.1.2.4.4.  R.Hj. EMPIN (Rapi'ah)
                          1.1.2.4.5.  R.H. DJAJUSMAN (Jayus)
                          1.1.2.4.6.  R. SOLEH
                1.1.2.5.  R.Hj. ENCUNG
                          1.1.2.5.1.  R. NANI (Eneng)
 
                1.1.2.6.  R.MASDIR. JAYAKUSUMAH (Jaya, C-1911)
                          1.1.2.6.1.  R. JATNIKA JAYAKUSUMAH (Enjat)
                                      1.1.2.6.1.1. R. EDI WAHYUDI
                                                   1.1.2.6.1.1.1.  R. YUDHA
                                                   1.1.2.6.1.1.2.  R. ENENG
                                                   1.1.2.6.1.1.3.  R. TATI
                                                   1.1.2.6.1.1.4.  Rb. MOCH HAPI 
                          1.1.2.6.2.  R. LUKMAN JAYAKUSUMAH (Maman)
                          1.1.2.6.3.  R. NYIMAS TUTI TRISNAWATI JAYAKUSUMAH (Enis)
                                      1.1.2.6.3.1. R. PEPEN RUSPENDI DIPONEGORO
                                                   1.1.2.6.3.1.1.  Rb. YANA RUBIYANA DIPONEGORO
                                                   1.1.2.6.3.1.2.  Rb. AGUSTANJAYA DIPONEGORO
                                                   1.1.2.6.3.1.3.  Rr. NURWINA SEPTI DIPONEGORO
                                                   1.1.2.6.3.1.4.  Rr. RIZKI MELINA DIPONEGORO
                                      1.1.2.6.3.2. R. ENDANG SUHENDAR DIPONEGORO
                                                   1.1.2.6.3.2.1.  Rr. INESIA VIOLINA DIPONEGORO
                                                   1.1.2.6.3.2.2.  Rb. M. HARPA RAMADHAN DIPONEGORO
                                                   1.1.2.6.3.2.3.  Rb. M. GITAR RAMADHAN DIPONEGORO
                                      1.1.2.6.3.3. R. SUPRIATINI DIPONEGORO (Tintin)
                                                   1.1.2.6.3.3.1.  R. EKA SANDRA DIPONEGORO
                                                   1.1.2.6.3.3.2.  R. AIDA NANDARA DIPONEGORO
                                      1.1.2.6.3.4. R. LILIH SURYYA DIPONEGORO
                                                   1.1.2.6.3.4.1.  Rb. RANDY ADITYANA DIPONEGORO
                                                   1.1.2.6.3.4.2.  Rr. ALIN NURGIANTY DIPONEGORO
                                                   1.1.2.6.3.4.3.  Rr. DITA TRIJAYANTI DIPONEGORO
                                                   1.1.2.6.3.4.4.  Rb. IVAN WIRANATA DIPONEGORO
                                      1.1.2.6.3.5. R. MARYATI DIPONEGORO
                                                   1.1.2.6.3.5.1.  Rb. NIKI ADRIAN PURNAMA DIPONEGORO
                                                   1.1.2.6.3.5.2.  Rr. RANTI DWILESTARI DIPONEGORO
                                                   1.1.2.6.3.5.3.  Rb. JODI TRIADI DIPONEGORO
                                                   1.1.2.6.3.5.4.  Rr. GITA SEPTIA PERMATA DIPONEGORO
                                                   1.1.2.6.3.5.5.  Rr. VERDA FAUZIYAH RACHMAN DIPONEGORO
                                      1.1.2.6.3.6. R. DENI SUPRAMANA DIPONEGORO(Wafat 2012)
                          1.1.2.6.4.  R.H. SURYA KUSUMAH (Cecep)
                                      1.1.2.6.4.1. R. Hedi Hadiwinata 
                                                   1.1.2.6.4.1.1.  Rr. Anisa Nurditasari  
                                                   1.1.2.6.4.1.2.  Rb. Muhammad Arditya Hadiwinata
                                      1.1.2.6.4.2. R. Henny Handayani
                                                   1.1.2.6.4.1.1.  Rr. Afifah Rachmalia
                                                   1.1.2.6.4.1.2.  Rr. Nabila RAchmani
                                                   1.1.2.6.4.1.3.  Rb. M. Rizki Asidiq
                                      1.1.2.6.4.3. R. Adi Karyadi
                                                   1.1.2.6.4.1.1.  Rb. Moh. Raghit Putra Karyadi
                                                   1.1.2.6.4.1.2.  Rb. Moh. Rehan Putra Karyadi
                          1.1.2.6.5.  R. HARJA SUTISNA JAYAKUSUMAH (Entis)
                                      1.1.2.6.5.1. R. Toto
                                                   1.1.2.6.5.1.1.  Putra Toto ke 1
                                                   1.1.2.6.5.1.2.  Putra Toto ke 2
                                      1.1.2.6.5.2. R. Yayat
                                                   1.1.2.6.5.2.1.  Putra Yayat ke 1
                                                   1.1.2.6.5.2.2.  Putra Yayat ke 2
                                      1.1.2.6.5.3. R. Tina Herlina (Nina)
                                                   1.1.2.6.5.3.1.  Putra Nina ke 1
                                                   1.1.2.6.5.3.2.  Putra Nina ke 2
                                      1.1.2.6.5.4. R. Kurnia
                                                   1.1.2.6.5.4.1.  Putra Kurnia ke 1
                                                   1.1.2.6.5.4.2.  Putra kurnia ke 2
                                      1.1.2.6.5.5. R. Hira
                          1.1.2.6.6.  R. MUSLIHAT JAYAKUSUMAH (Emung)
                                      1.1.2.6.6.1. R. Bambang Meirano
                                                   1.1.2.6.6.1.1.  Rb. M. Arul 
                                                   1.1.2.6.6.1.2.  Rr. Luthfiah (Lulut)
                                      1.1.2.6.6.2. R. Irwan Junarsa
                                      1.1.2.6.6.3. R. Nur Endah Noviani (Nuri)
                                                   1.1.2.6.6.3.1.  Rb. Sihabuddin
                                                   1.1.2.6.6.3.2.  Rb. Fachri
                          1.1.2.6.7.  R. MULYADI JAYAKUSUMAH (Yadi)
                                      1.1.2.6.7.1. R. Dian Mardiana
                                                   1.1.2.6.7.1.1.  Rr. Sifa
                                                   1.1.2.6.7.1.2.  Rb. Defa
                                      1.1.2.6.7.2. R. Fitria Yulianti
                                                   1.1.2.6.7.2.1.  Rr. Dea
                                                   1.1.2.6.7.2.2.  Rb. Yofa
                                                   1.1.2.6.7.2.3.  Rr. Deean Coco
                                      1.1.2.6.7.3. R. Mulya Saputra
                                                   1.1.2.6.7.3.1.  Rb. Axel Alvito Meola
                          1.1.2.6.8.  R. DODY SUYATNA JAYAKUSUMAH (Dodot/Dody)
                                      1.1.2.6.8.1. R. Irene Anggraeni
                                                   1.1.2.6.8.1.1.  Rb. Daffa Adillah
                                                   1.1.2.6.8.1.2.  Rr. Syahla Dheandra Zahran
                                                   1.1.2.6.8.1.3.  Rr. Alma Hiraku Pramuditha
                                      1.1.2.6.8.2. R. Rangga Permana Kusumah (Angga)
                                                   1.1.2.6.8.2.1.  Putra Angga Ke 1
                          1.1.2.6.9.  R. RIDWAN JAYAKUSUMAH (Wawang)
                                      1.1.2.6.9.1. R. Bahraini Riza
                                                   1.1.2.6.9.1.1. Rr. Bahraini Putri
                                                   1.1.2.6.9.1.2. Rb. Bahraini putra
                                      1.1.2.6.9.2. R. Budhi Nusantara
                                                   1.1.2.6.9.2.1. Rb. Budhi Putra
                                                   1.1.2.6.9.2.2. Budhi Putra ke 2
                                      1.1.2.6.9.3. R. Bella Kusnandar
                                                   1.1.2.6.9.3.1. Rb. Nizar Maulana
                                                   1.1.2.6.9.3.2. Rb. Aqeela
                                                   1.1.2.6.9.3.3. Rr. Bella Putri
                                      1.1.2.6.9.4. R. Rina Kusmawati
                                                   1.1.2.6.9.4.1. Putra ke 1 Rina
                                                   1.1.2.6.9.4.2. Putra ke 2 Rina
                          1.1.2.6.10. R. RAFIUDIN JAYAKUSUMAH (Dingding, tidak berputra)
                          1.1.2.6.11. R. SUDRAJAT JAYAKUSUMAH (Jajat)
                                      1.1.2.6.11.1. Rr. Rina Oktaviani
                                      1.1.2.6.11.2. Rr. Debi Aprianti
                                      1.1.2.6.11.3. Rb. Heri (tidak berputra)
                                      1.1.2.6.11.4. R. Hari Sephandri (AO)    
                                                    1.1.2.6.11.3.1. Putra Ari ke 1
                1.1.2.7.  R.MASDIR KARTANINGRAT (Tata)
                          1.1.2.7.1.  R.Hj. NUNUNG NURJUARIAH
                          1.1.2.7.2.  R.Hj. NINIH NURJANAH
                          1.1.2.7.3.  R. YAYAH
                          1.1.2.7.4.  R. ENDANG
                          1.1.2.7.5.  R. ODIN
                1.1.2.8.  R.MASDIR KURNAEN (Aeng)
                          1.1.2.8.1.  R.Hj. KURNIATI (Iis) <menikah dengan> DR.Ir.H. FACHRUDDIN (Rektor UNHAS)
                          1.1.2.8.2.  R. KASWATI (Kotih)
                                      1.1.2.8.2.1. Drs. R. Deddi Fardillah
                                      1.1.2.8.2.2. R. Finny Redjeki, SE, MM
                                      1.1.2.8.2.3. R. Arif Budiman
                1.1.2.9.  R.MASDIR MOCHAMAD ARIEF
                          1.1.2.9.1.  R. MEMET SAPUTRA (Ahmad)
                          1.1.2.9.2.  R. YEYET RUSMIATI
                1.1.2.10. R.MASDIR SUMANTRI (Ati)
                          1.1.2.10.1. R. HEDI SUMARDI
                          1.1.2.10.2. R. EMBED SUHARLI
                          1.1.2.10.3. R. SOPIAH (Iyong)
                1.1.2.11. R.MASDIR EMAN SULAEMAN
                          1.1.2.11.1. R. HAYATI (Titi)
         1.1.3. RM.H. MUHAMMAD HASYIR (C-1879)
                1.1.3.1. R. Bustomi
                1.1.3.2. R. Ismail
                1.1.3.3. R. Mudjitaba
                1.1.3.4. Nyi R. Suaebah
                1.1.3.5. Nyi R. Maemunah
         
         1.1.4. RAy. Hj. Harisun (C-1880
                1.1.4.1. RH. Drs. Ilyas Dajir (Ciawi-Seuseupan)
         1.1.5. RAy.Hj. ITI (Gg Wahir-Empang, C-1882
         1.1.6. RM. Ahmad (Natsir), C-1884
                1.1.6.1. .........................
                1.1.6.2. R. Sholeh
                1.1.6.3. R. Sofyan Ats Sauri
                         1.1.6.3.1. R. Ahmad Qohar
                1.1.6.4. R. Arifin
== PEKERJAAN ==
243/3 <5> RM. Harjo Dipomenggolo [Hamengku Buwono]
الميلاد: 1832c, Bogor (Jabaru)
Catatan Admin : Endang Suhendar alias Idang

ASAL-USUL

RADEN MAS HARJO DIPOMENGGOLO alias AYAH KULON, lahir di Jabaru-Bogor sekitar tahun 1834 putra ke 2 dari 
7 bersaudara dari pasangan orang tua RADEN MAS DJONET DIPOMENGGOLO (Generasi ke 2 dari Sultan HB III) dengan 
NYIMAS AYU FATMAH / BUN NIOH (Putri Kapiten Tionghoa dari Marga TAN) dikaruniai  orang anak :
1. RM. H. Brodjomenggolo
2. RAy. Hj. Gondomirah
3. RM. H. Abbas
4. RM. H. Abdurrahman Adi Menggolo
5. RM. H. Muhamad Hasan  
Image:Kraton3.jpg  SILSILAH KELUARGA (Dari Pancer Bapak)

#0. KANJENG SULTAN HAMENGKU BUWANA KAPING III ING NGAYOGYAKARTA
#1. BPH. Diponegoro
#2. RM. Djonet Dipomenggolo
#3. RM. Harjo Dipomenggolo
 

KETURUNAN

#2. RM. HARJO DIPOMENGGOLO (C-1834)   
    2.1. RM.H. BRODJOMENGGOLO
         2.1.1. RM.H. WONGSOMENGGOLO (Ciomas)
                2.1.1.1. R.H. SOLEH SURODIMENGGOLO (Ciomas)
                         2.1.1.1.1. R.H. Djunaeni
                         2.1.1.1.2. R.H. Masca Suroatmojo
                                    2.1.1.1.2.1. R. Suratmi
                                    2.1.1.1.2.2. R. Sukendar
                                    2.1.1.1.2.3. R. Sulaeman
                                    2.1.1.1.2.4. R. Suhardi
                                    2.1.1.1.2.5. R. Sudarjat
                                    2.1.1.1.2.6. R. Suheni
                                    2.1.1.1.2.7. R. Supiati
                                    2.1.1.1.2.8. R. Surachman
                2.1.1.2. R.H. UNENG SURIODIRDJO (Ciomas)
                         2.1.1.2.1. R.H. Dadang Pandji
                                    2.1.1.2.1.1. R. Sudjatna
                                                 2.1.1.2.1.1.1. R. Enda Juanda
                                                                2.1.1.2.1.1.1.1. R. Najla Ramadhani
                                                 2.1.1.2.1.1.2. R. Irma Resmiati
                                                 2.1.1.2.1.1.3. R. Dudi Kurnia
                                                 2.1.1.2.1.1.4. R. Adi Purnama 
                                    2.1.1.2.1.2. R. Juwariyah
                                                 2.1.1.2.1.2.1. R. Denny Rusian Achmed
                                                                2.1.1.2.1.2.1.1. R. Firdha Sapta Erlina
                                                                2.1.1.2.1.2.1.2. R. Sukma Harining Cakraningrat
                                                 2.1.1.2.1.2.2. R. Ebbet Surya Subakti
                                                                2.1.1.2.1.2.2.1. R. Dewi Suryani Oktaviana
                                                                2.1.1.2.1.2.2.2. R. Endang Dewa Supana
                                                                2.1.1.2.1.2.2.3. R. Siti Zahra Subakti
                                                 2.1.1.2.1.2.3. R. Triana Jaka Lesmana
                                                                2.1.1.2.1.2.3.1. R. Syechnoor Faris Lesmana
                                                                2.1.1.2.1.2.3.2. R. Rivanny Bunga Lesmana
                                                 2.1.1.2.1.2.4. R. Tita Novita Skartika
                                                                2.1.1.2.1.2.4.1. R. Rizky Pradana
                                                                2.1.1.2.1.2.4.2. R. Reza Purnama
                                                                2.1.1.2.1.2.4.3. R. Rasyid Fadillah
                                                 2.1.1.2.1.2.5. R. Rikky Nandang Permana
                                                                2.1.1.2.1.2.5.1. R. Aidah Faizah Permana
                                                                2.1.1.2.1.2.5.2. R. Aisyah Raihanah Permana
                                                                2.1.1.2.1.2.5.3. R. Raihan Permana
                                                 2.1.1.2.1.2.6. R. Muchammad Ichwan Karunia
                                                                2.1.1.2.1.2.6.1. R. Zidane Nayadikara Karunia
                                                                2.1.1.2.1.2.6.2. R. Keysha Jasmine Karunia
                                    2.1.1.2.1.3. R. Muhammad Hidayat 
                                                 2.1.1.2.1.3.1. R. Fitri Yanti
                                                                2.1.1.2.1.3.1.1. R. Tommy Faisal
                                                 2.1.1.2.1.3.2. R. Fatmawati
                                                                2.1.1.2.1.3.2.1. R. Audry Velma Calysta
                                                                2.1.1.2.1.3.2.2. R. Zyhan Kameylia Calysta
                                                 2.1.1.2.1.3.3. R. Anah Yuliastanti
                                                                2.1.1.2.1.3.3.1. R. Lolita Wibiyono
                                                                2.1.1.2.1.3.3.2. R. Angreini Wibiyono
                                                                2.1.1.2.1.3.3.3. R. Andini Wibiyono
                                                                2.1.1.2.1.3.3.4. R. Kanaya Wibiyono
                                                 2.1.1.2.1.3.4. R. Sari Komalasari
                                                 2.1.1.2.1.3.5. R. Ratna Dewi
                                                 2.1.1.2.1.3.6. R. Meti Rahmawati
                                                 2.1.1.2.1.3.7. R. Meta Melisa
                                    2.1.1.2.1.4. R. Euis Sukaesih
                                                 2.1.1.2.1.4.1. R.  Endang Kosasih
                                                                2.1.1.2.1.4.1.1. RR. Vernna Nurjannah
                                                                2.1.1.2.1.4.1.2. RR. Verlasya Khayira
                                                 2.1.1.2.1.4.2. R.  Dede Komariah
                                                 2.1.1.2.1.4.3. R. Agus Supriatna 
                                    2.1.1.2.1.5. R. Siti Juleha
                                                 2.1.1.2.1.5.1. R. Muhammad Effendi (alm)
                                                 2.1.1.2.1.5.2. R. Dewi Puspa Sari (alm)
                                                 2.1.1.2.1.5.3. R. Abdul Azis
                                                                2.1.1.2.1.5.3.1. R. Muhammad Rassya Pratama
                                                                2.1.1.2.1.5.3.2. R. Muhammad Faza Adzima
                                                 2.1.1.2.1.5.4. R. Suprihatini (alm)
                                                 2.1.1.2.1.5.5. R. Rahmah Rahayu
                                                                2.1.1.2.1.5.4.1. R. Muhammad Azzam Fahrezi
                                                 2.1.1.2.1.5.6. R. Arif Bahtiar
                                    2.1.1.2.1.6. R. Muhammad Taufik
                                                 2.1.1.2.1.6.1. R. Dinda Nur Ayu Lestari
                                                                2.1.1.2.1.6.1.1. RR. Nayla Syakila
                                                 2.1.1.2.1.6.2. R. Adietya Dwi Cahyadi
                                                                2.1.1.2.1.6.2.1. RR. Audrey Izzatunnisa Cahyani
                                    2.1.1.2.1.7. R. Neneng Sukemi
                                                 2.1.1.2.1.7.1. R. Endang Fadillah
                                                 2.1.1.2.1.7.2. R. Lina Aprilia
                                    2.1.1.2.1.8. R. Muhammad Lukman
                                                 2.1.1.2.1.8.1. R. Leni Kurnia Sari
                                    2.1.1.2.1.9. R. Indah Ratnawati 
                                    2.1.1.2.1.10.R. Dedeh Juwita 
                                    2.1.1.2.1.11.R. Nur Aini Oktavia 
                                    2.1.1.2.1.12.R. Dedi Priatna
                                                 2.1.1.2.1.12.1.R. Muhammad Axelle
                2.1.1.3. R.H. MUSA SUMODIRDJO (Ciomas)
                         2.1.1.3.1. R. H. Ading
                         2.1.1.3.2. R. Djohariah
                         2.1.1.3.3. R. H. Djajasukarta
                         2.1.1.3.4. R. Djumirah
                         2.1.1.3.5. R. Djula
                         2.1.1.3.6. R. Nurbaja
                2.1.1.4. R.H. EMBIH SASTRODIRDJO
                         2.1.1.4.1. R. Eem Suhaimi <menikah dgn 2.1.1.2.1.1. R. Sudjatna
                         2.1.1.4.2. R. Endjuh
                         2.1.1.4.3. R. H. MUH Sanusi
                         2.1.1.4.4. R. H. Sukardi
                         2.1.1.4.5. R. Enah
                         2.1.1.4.6. R. Endah 
         2.1.2. RM.H. SOEROMENGGOLO (Ciomas)
                2.1.2.1. R.H. ICAN SUROMENGGOLO (Ciomas)
                         2.1.2.1.1. R. Djamhari Djunaedi Mantarena
                                    2.1.2.1.1.1 R. Endjoh Danumihardja
                                                2.1.2.1.1.1.1. R. Lukman Danumihardja
                                                               2.1.2.1.1.1.1.1. R. Mohamad Aliyudin Danumihardja (Yudhi)
                                    2.1.2.1.1.2 R. Ahmad Sanusi
                                    2.1.2.1.1.3 R. Ningrum
                                    2.1.2.1.1.4 R. Rukminah
                2.1.2.2. NYI. R. AMOE (Ciomas) 
                2.1.2.3. R.H. ARJOMENGGOLO (Ciomas)
                         2.1.2.3.1. R. Narijah
                         2.1.2.3.2. R. Hawirodja
                         2.1.2.3.3. R. Ningrat
         2.1.3. RM.H. ADIMENGGOLO (Ciomas)
                2.1.3.1. R.H. MOH. SYAFEI ADINATA (Ciomas)
                         2.1.3.1.1. R. Muhammad ALI
                         2.1.3.1.2. R. Muhammad Soleh
                         2.1.3.1.3. R. Muhammad Sidik
                         2.1.3.1.4. R. Muhammad As'ari
                                    2.1.3.1.4.1. R.Anwar Basari
                                                 2.1.3.1.4.1.1. R. Hamdhani Zul Faqor
                         2.1.3.1.5. R. Romlah
                         2.1.3.1.6. R. Djuhro
                         2.1.3.1.7. R. Aisyah 
                2.1.3.2. R.H. JAMSARI ADIMENGGOLO (Ciomas)
                         2.1.3.2.1. R. Muchtar
                         2.1.3.2.2. R. Syafaat
                         2.1.3.2.3. R. Munajat
                         2.1.3.2.4. R. Hasanah
                         2.1.3.2.5. R. Abdullah
                         2.1.3.2.6. R. Habibah
                         2.1.3.2.7. R. Jajaria
                         2.1.3.2.8. R. Jenab
                         2.1.3.2.9. R. Sidah
                         2.1.3.2.10.R. Sarah 
         2.1.4. RAy.Hj.UNAN (Loji)
                2.1.4.1. NYI Rd.Hj. ENUNG (Loji)
                         2.1.4.1.1. NYI Rd.UHA (loji)
                         2.1.4.1.2. NYI Rd.Anung
                         2.1.4.1.3. NYI Rd.Atjih
     2.2. RAy.Hj. GONDOMIRAH <menikah dgn> Rd. SURYADIMENGGALA (KRT. Buitenzorg, Trah Sumedang)
         2.2.1. RM.H. IBRAHIM\RM. ABD.ROCHMAN WIRADIMENGGOLO\RM. WIRADINEGARA 
                2.2.1.1. R.H. KURAESIN
                         2.2.1.1.1. R. Mama Jaya
                         2.2.1.1.2. R. Muhammad Tohir
                         2.2.1.1.3. NYI R. Ratnasari 
                2.2.1.2. R.H. ADJID MANGKUWIJAYA
                         2.2.1.2.1. R. Wiradikusumah
                         2.2.1.2.2. R. Moh. Toha
                                    2.2.1.2.2.1. NYI R. Soleha
                                    2.2.1.2.2.2. R. Musa
                         2.2.1.2.3. R. Achmad
                                    2.2.1.2.3.1. NYI R. Sukarsih
                                    2.2.1.2.3.2. R. Gunawan
                                    2.2.1.2.3.3. R. Harun
                                    2.2.1.2.3.4. NYI R. Supiah
                                    2.2.1.2.3.5. NYI R. Siti Entit
                                    2.2.1.2.3.6. R. Jamil
                                    2.2.1.2.3.7. NYI R. Sumini
                         2.2.1.2.4. R. Muh Agus
                                    2.2.1.2.4.1. NYI R. Juhro
                         2.2.1.2.5. R. Hasan
                                    2.2.1.2.5.1. R. Amirsyah
                                    2.2.1.2.5.2. NYI R. Harsinah
                                    2.2.1.2.5.3. NYI R. Jumiati
                                    2.2.1.2.5.4. R. Jaenalludin
                         2.2.1.2.6. NYI R. Julaeha
                         2.2.1.2.7. NYI R. Salmah
                         2.2.1.2.8. NYI R. Mari
                         2.2.1.2.9. NYI R. Juhro
                         2.2.1.2.10.NYI R. Hadijah 
                2.2.1.3. R.H. MUH. ISA (Ciomas) 
         2.2.2. NYI RAy.Hj. ASMAYA
         2.2.3. NYI RAy.Hj. ENTING AISYAH
         2.2.4. NYI RAy.Hj. SITI FATIMAH
         2.2.5. NYI RAy.Hj. ANTAMIRAH
         2.2.6. RM. TJANDRANINGRAT\RM. ARIO MAD SURODHININGRAT
                2.2.6.1. R.H. PANJI 
                2.2.6.2. R.H. PANDU 
                2.2.6.3. R.H. HASAN 
                2.2.6.4. R.H. KURAESIN 
         2.2.7. RM. YAHYA GONDONINGRAT
                2.2.7.1. NYI Rd. Hj. RATNA KANCANA (Ciomas) <menikah dengan> Dr. H. MARAH ROESLI (Pujangga Nasional
                         2.2.7.1.1. R. Mayjen (pur) Roeshan Roesli
                                    2.2.7.1.1.1. R. dr Ratwini Roesli, SpTHT
                                    2.2.7.1.1.2. R. dr Utami Roesli, SpA, Ibclc, Fabm
                                    2.2.7.1.1.3. R. Prof. Dr. dr Rully MA Roesli, SpPD.KGH
                                    2.2.7.1.1.4. R. Prof. Dr. Harry Roesli \ Djauhar Zaharsyah Fachrudin Roesli  
         2.2.8. RM. INDRIS TIRTODIRDJO/RM. IDRUS TIRTODIRDJO
                2.2.8.1. R.H. ACO UMAR 
         2.2.9. NYI RAy.Hj. RAJAMIRAH/RAy.Hj. MIRAH
                2.2.9.1. Rd.H. YASIN WINATADIREDJA (Enceng)
                         2.2.9.1.1. Nyi Rd. Halimah 
                2.2.9.2. NYI Rd.Hj. SITI RAHMAT (Titi)
                         2.2.9.2.1. Rd.H.A.B. Yogapranatha (Alm)
                         2.2.9.2.2. Rd. Syafei (Alm)
                         2.2.9.2.3. Nyi Rd. Tuti Guritna
                                    2.2.9.2.3.1. Rd. H. Adang Yusuf Martadiredja <menikah dgn> 2.2.9.3.1.1. Nyi Rd. Mundiyah
                                                 2.2.9.2.3.1.1. Rd. Damon Yusuf Martadiredja
                                                                2.2.9.2.3.1.1.1. Rd. M.Yasin Vahreza Yusuf Martadiredja (Reza Wahyu Martadiredja)
                                                                2.2.9.2.3.1.1.2. Rd. M.Yasin Vahrezi Yusuf Martadiredja (Rezi Wahyu Martadiredja)
                                                                2.2.9.2.3.1.1.3. Rd. Nur Illahi Vahriva Mudaim (Riva Wahyu Martadiredja)
                                                                2.2.9.2.3.1.1.4. Rd. Nur Husna Dewinda Fatmah (Winda Fatmah Martadiredja)
                                                                2.2.9.2.3.1.1.5. Rd. Nazwa Mustika Negara (Ica Wahyu Martadiredja)
                                                 2.2.9.2.3.1.2. Rd. Gunawan Yusuf Martadiredja
                                                                2.2.9.2.3.1.2.1. Rd. Rahmania Purwagunifa
                                                                2.2.9.2.3.1.2.2. Rd. Fathan Adi Gunawan
                                                 2.2.9.2.3.1.3. Rd. Ade Nine Siti Mariam ( Wafat Saat Bayi )
                                                 2.2.9.2.3.1.4. Rd. Nanang Firman Safari Yusuf Martadiredja SP,M.Si
                                                                2.2.9.2.3.1.4.1. Rd. Nanang Junior
                                    2.2.9.2.3.2. Rd. Syarif Kusnadi Jamal Martadiredja
                                                 2.2.9.2.3.2.1. Rd. Tetet Dian Indria Rahayu (wafat th 2002)
                                                                2.2.9.2.3.2.1. Rd. Syamil Hilminiandra Budiman
                                                 2.2.9. .3.2.2. Rd. Rully Ramdhani Kusumah
                                                                2.2.9.2.3.2.2.1. Rd. Sekar Rahayu Kusumah
                                                 2.2.9.2.3.2.3. Rd. Kusnadi Wisnu Yogasuwara (Wisnu)
                                    2.2.9.2.3.3. Nyi.Rd. Yuliani Wahyu Martadiredja
                                                 2.2.9.2.3.3.1. Rd. Julkifli Rustita ( Wafat th 2012)
                                    2.2.9.2.3.4. Nyi Rd. Mimi Wahyu Martadiredja (Wafat Bayi)
                         2.2.9.2.4. Rd. Hanafi (Alm)
                         2.2.9.2.5. Rd. Ali M. Ali Widyapranatha
                         2.2.9.2.6. Nyi Rd. Neneng Kulsum
                         2.2.9.2.7. Nyi Rd. Hj. Iyoh Roswati
                         2.2.9.2.8. Rd. U. Effendi Madyaprana
                         2.2.9.2.9. Nyi Rd. Dewi Sarah
                                    2.2.9.2.9.1.  Rd. Teddy Sao Wirakusumah
                                    2.2.9.2.9.1.1. Rd. Devita Rizqi Yulianty
                                    2.2.9.2.9.1.2. Rd. Dwi Dorozatun Samaniaty Ramadhona, S.I.Kom
                         2.2.9.2.10.Rd. H. Usman Satiaprana (Alm) 
                         2.2.9.2.11.Rd. Enen Sutresna Yogaprana
                                    2.2.9.2.11.1. Rd. Narayana Yoga Pertama
                                                  2.2.9.2.11.1.1. NR. Laras (Almh)
                                                  2.2.9.2.11.1.2. NR. NR. Ermalia Nuryanti
                                                  2.2.9.2.11.1.3. Rd. Moch, Riyan Chandra (Alm)
                                                  2.2.9.2.11.1.4. NR. Elma Nathania Yalanda                                                  
                                    2.2.9.2.11.2. Rd. Yadi Indra Mulyadi Yogaprana
                                                  2.2.9.2.11.2.1. Rd. Zulqiar Ramdan
                                    2.2.9.2.11.3. NR. Rengganis Kurniawati Yogaprana
                                                  2.2.9.2.11.3.1. NR. Fadhilah Istiqomah Yogandena
                                                  2.2.9.2.11.3.2. Rd. Firza Finaldien Yogandena (Alm)
                                                  2.2.9.2.11.3.3. Rd. Farly Nugraha Yogandena
                                    2.2.9.2.11.4. NR. Popi Yuliawati Yogaprana
                                    2.2.9.2.11.5. Rd. Tedi Wibisana Yogaprana
                                    2.2.9.2.11.6. Rd. Ruhyat Apandi Yogaprana
                                                  2.2.9.2.11.6.1. NR. Keyla Azka Kireina
                                                  2.2.9.2.11.6.2. Rd. Fadlan Danish Ryogaprana
                                    2.2.9.2.11.7. Rd. Rimau Gumelar Yogaprana
                                                  2.2.9.2.11.7.1. Rd. Aldebaran Nabhan Pradipta
                                    2.2.9.2.11.8. Rd. Banyu Dewanata Yogaprana
                                    2.2.9.2.11.9. Rd. Surya Tirta Bayu Yogaprana
                                    2.2.9.2.11.10.Rd. Purnama Alam Yogaprana
                2.2.9.3. Rd. Tatang Muhtar (Ciluar)    
                         2.2.9.3.1. Nyi Rd. Siti Aminah 
                                    2.2.9.3.1.1. Nyi Rd. Mundiyah 
                                    2.2.9.3.1.2. R Hidayat 
                                    2.2.9.3.1.3. R Ruhiyat
                                                 2.2.9.3.1.3.1. R. Dadang Darmayadi
                                                                2.2.9.3.1.3.1.1. Nyi Rr. Sriastuty Handayani Kyla Khu'mairah
                                                                2.2.9.3.1.3.2.2. Nyi Rr. Rezky Pertiwi
                                                 2.2.9.3.1.3.2. Nyi Rd. Sriyat
                                                                2.2.9.3.1.3.2.1. Nyi Rr. Ika
                                                                2.2.9.3.1.3.2.2. R. Aldi
                                                                2.2.9.3.1.3.2.3. Nyi Rr. Fia
                                                                2.2.9.3.1.3.2.4. Nyi Rr. Linda
                                                 2.2.9.3.1.3.3. Nyi Rd. Rodiah
                                                                2.2.9.3.1.3.3.1. R. Yudi
                                                                2.2.9.3.1.3.3.2. Nyi Rr. Ririn
                                                                2.2.9.3.1.3.3.3. R. LILI
                                                 2.2.9.3.1.3.4. R. Darmawan
                                                                2.2.9.3.1.3.4.1. R. Ekal
                                                                2.2.9.3.1.3.4.2. R. Zirul
                         2.2.9.3.2. Nyi Rd. Umriyah 
                                    2.2.9.3.2.4. R. Iskandar 
                                                 2.2.9.3.2.4.1. R. Asep 
                                                 2.2.9.3.2.4.2. Nyi Rr. Rosi 
                                                 2.2.9.3.2.4.3. R. Irfan 
                                    2.2.9.3.2.5. Nyi R. ETI
                                                 2.2.9.3.2.5.1. R. Rizki
                                                 2.2.9.3.2.5.2. R. Agung          
                                    2.2.9.3.2.6. Nyi Rd. ENI Rohaeni
                                                 2.2.9.3.2.6.1. Nyi Rr. Gita
                                                 2.2.9.3.2.6.2. Nyi Rr. Gina
                                                 2.2.9.3.2.6.3. Nyi Rr. Garnia
                                                 2.2.9.3.2.6.4. Nyi Rr. Gian
                                    2.2.9.3.2.7. R Saleh Sudrajat
                                                 2.2.9.3.2.7.1. R. Fredi
                                                 2.2.9.3.2.7.2. ................
                                                 2.2.9.3.2.7.3. Nyi Rr. Annisa
                                    2.2.9.3.2.8. R. ADE
                                                 2.2.9.3.2.8.1. R. Agung
                                                 2.2.9.3.2.8.2. R. DEDE
                                                 2.2.9.3.2.8.3. Rr. Eneng
     2.3. RM. H. Abas (Penghulu Ciomas) <menikah dgn> [[Person:628329|Putri Pertama H. Daeng Jarbi (putra Raja Gowa ke 32)) 
          2.3.1. RM. H. Ardja
          2.3.2. RM. H. Suminta (Malik)
          2.3.3. RAy. Patimah Ibunya Mayjen Ishaq Djuarsa
          2.3.4. RAy. Fatmah <menikah dgn> 1.1.1. RM. H. Moch. Rana Menggala
          2.3.5. RM. Yacub
          2.3.6. RAy. Siti Mariyam (loji)
                 2.3.6.1. Drs. H. R. Mansyur (Mama)
                          2.3.6.1.1. HR. Syarif Arifin
                          2.3.6.1.2. R. Surachman
                          2.3.6.1.3. R. Suherman S
                                     2.3.6.1.3.1.  R. ADITYA TIRTA WIGUNA   
                                     2.3.6.1.3.2.  R. INDAH PRANASARI HERNANINGTIAS
                          2.3.6.1.4. R. Suratmi
                                     2.3.6.1.4.1.  R. AGUNG RAHMADI
                                     2.3.6.1.4.2.  R. MAHENDRA
                                     2.3.6.1.4.3.  R. KRESNA HADIWIJAYA 
                                     2.3.6.1.4.4.  R. RETNO A. WULANDARI
                          2.3.6.1.5. R. Suparman
                                     2.3.6.1.5.1.  R. AYU
                                     2.3.6.1.5.2.  R. PUSPA
                                     2.3.6.1.5.3.  R. ARIEF
                          2.3.6.1.6. R. Sudirman
                                     2.3.6.1.6.1.  R. RACHMAT C. WINATA
                                     2.3.6.1.6.2.  R. DODDY A. KUSUMAH
                                     2.3.6.1.6.3.  R. DICKY SAPUTRA
                                     2.3.6.1.6.4.  R. FANNY SARASWATI
                          2.3.6.1.7. R. Suhartini
                                     2.3.6.1.7.1.  R. ASTRI FITRIA ASTUTI S.
                                     2.3.6.1.7.2.  R. MARAHDOMU S.
                                     2.3.6.1.7.3.  R. MARAHDIKA S.
                                     2.3.6.1.7.4.  R. PUTRI SARASWATI
                                     2.3.6.1.7.5.  R. YUSUF IBRAHIM
                 2.3.6.2. H. R. Sanusi (Momo)
                          2.3.6.2.1. R. Juwita
                          2.3.6.2.2. R. Rosita
                          2.3.6.2.3. ...............
                 2.3.6.3. Drs. HR. Entjep Wahab
                          2.3.6.3.1. .................
     2.4. RM. H. Abdulrachman ADI Menggolo (Camat Ciomas)
          2.4.1. R.Ay. Sukiamah
     2.5. RM. H. Muhammad Hasan
     
== PEKERJAAN ==
254/3 <5> RM. Harjo Dipotjokromenggolo [Hamengku Buwono]
الميلاد: 1833c, Bogor (Jabaru)
Catatan Admin : Endang Suhendar alias Idang

ASAL-USUL

RADEN MAS HARJO DIPOTJOKRO MENGGOLO alias PANGERAN GRINGSING I, lahir di Jabaru-Bogor sekitar tahun 1835 putra ke 3 dari 7 bersaudara dari pasangan orang tua RADEN MAS DJONET DIPOMENGGOLO (Generasi ke 2 dari Sultan HB III) dengan NYIMAS AYU FATMAH / BUN NIOH (Putri Kapiten Tionghoa dari Marga TAN) dikaruniai orang anak : 1. RM. Harjo Dipotjokro Hadimenggolo


Image:Kraton3.jpg SILSILAH KELUARGA (Dari Pancer Bapak)

#0. KANJENG SULTAN HAMENGKU BUWANA KAPING III ING NGAYOGYAKARTA
#1. BPH. Diponegoro
#2. RM. Djonet Dipomenggolo
#3. RM. Harjo Dipotjokro Menggolo
 

KETURUNAN

#3. RM. HARJO DIPOMENGGOLO (PANGERAN GRINGSING I)   
 3.1. RM. HARJO DIPOTJOKRO HADIMENGGOLO (PANGERAN GRINGSING II)
 3.1.1. RM.HARJODIPO HADIKUSUMA (PANGERAN GRINGSING III)
 3.1.1.1. R.DR. HARTO PURWOWASONO DIPONEGORO (Eyang Hertog)
 3.1.1.1.1. R.Ngt. SRI DEWI Diponegoro (Magetan)
 3.1.1.1.1.1. R.Wisnu Wibowo Diponegoro (Magetan)
 3.1.1.1.1.1.1. R.Ngt. Kartika Ishianan Wisnu Wardhani Diponegoro (Magetan)
 3.1.1.1.1.1.2. Rb.Nafi Wianditra Hafri Nugraha Diponegoro (Magetan)
 3.1.1.1.1.2. R.Krisna Putra Diponegoro (Cilegon)
 3.1.1.1.1.2.1. Rb.Satrio Bagus Eka Putra Diponegoro (Cilegon)
 3.1.1.1.1.2.2. Rb.Bimo Bagaskoro Diponegoro (Cilegon)
 3.1.1.1.1.2.3. Rr.Aisya Rahmania Putri Diponegoro (Cilegon)
 3.1.1.1.1.3. R.Ngt. Dewi Pancawati Diponegoro (Surabaya)
 3.1.1.1.1.3.1. Rb.Hade Pratama Diponegoro (Surabaya)
 3.1.1.1.1.3.2. Rr.Alya Nismara Cayadewi Diponegoro (Surabaya)
 3.1.1.1.1.3.3. Rb.Muhammad Ayman Arshq Ramadhan Diponegoro (Surabaya) 
 
 3.1.1.1.2. R.Heno Erlangga Diponegoro, SH (Karanganyar)
 3.1.1.1.2.1. R.Wibowo Kusumo Winoto Diponegoro, SH (Karanganyar)
 3.1.1.1.2.2. R.Ngt. Retno Wulandari Diponegoro, SH (Karanganyar)
 3.1.1.1.2.3. R.Ngt. Kustini Kusumo Wardhani Diponegoro, S.Sn (Karanganyar)
 3.1.1.1.2.4. R.Putra Wisnu Wardhana Diponegoro (Karanganyar)
 3.1.1.1.2.5. R.Bayu Giri Prakosa Diponegoro, SE. MSi (Karanganyar)
 3.1.1.1.3. R. Putra Wisnu Agung Diponegoro (Agung Dipo)
 3.1.1.1.3.1. R. Putra Wisnu Agung Diponegoro (Agung Dipo)
 3.1.1.1.3.2. R. Putra Wisnu Agung Diponegoro (Agung Dipo)
 3.1.1.1.3.3. R. Putra Wisnu Agung Diponegoro (Agung Dipo)
 
 3.1.1.1.4. R. Ngt. Gusti Laksmi Mahadewi Sri Diponegoro
 3.1.1.1.5. R. Ngt. Gusti Maya Brahma Diponegoro
 3.1.1.1.6. R. Nalendro Wibowo Diponegoro
 
 3.1.1.1.7. R. Ngt. Dwi Wahyuni Kusuma Wardhani Diponegoro
 3.1.1.1.7.1. Rb. Supratama Dwipa Diponegoro
 3.1.1.1.7.2. Rb. Gusti Atmojo Suryo Menggolo Diponegoro
 3.1.1.1.7.3. Rr. Ambar Rukmini Diponegoro
 3.1.1.1.8. R. Putra Kusuma Wardhana Diponegoro
 3.1.1.1.9. R. Kesuma Hendra Putra Diponegoro
3.1.1.1.10.R. Ngt. Putri Laksmini Murni Diponegoro
265/3 <5> RM. H. Harjo Abdul Manap Dipomenggolo [Hamengku Buwono]
الميلاد: 1834c, Bogor (Jabaru)
276/3 <5+?> RM. Sahid Angkrih [Hamengku Buwono]
الميلاد: 1835c, Bogor (Jabaru)
Catatan Admin : Endang Suhendar alias Idang

ASAL-USUL

RADEN MAS SAHID ANKRIH lahir di Jabaru-Bogor sekitar tahun 1835 putra ke 4 dari 7 bersaudara dari pasangan orang tua RADEN MAS DJONET DIPOMENGGOLO (Generasi ke 2 dari Sultan HB III) dengan NYIMAS AYU FATIMAH (asli Bogor) dikaruniai 3 orang anak : 1. RM. ASMINI 2. RM. IDRIS 3. RM. ONDUNG


Image:Kraton3.jpg SILSILAH KELUARGA (Dari Pancer Bapak)

#0. KANJENG SULTAN HAMENGKU BUWANA KAPING III ING NGAYOGYAKARTA
#1. BPH. Diponegoro
#2. RM. Djonet Dipomenggolo
#3. RM. Sahid Ankrih
 

KETURUNAN

#4. RM. SAHID ANKRIH   
 4.1. RM. ASMINI
 4.1.1. RM. ASMININ
 4.1.1.1. R. Abdul Latif
 4.1.1.1.1. R. Komarudin
 4.1.1.1.1.1. R. Muhammad
 4.1.1.1.1.2. R. Aah Mafahir
 4.1.1.1.1.3. R.Ust. Abdul Wafa
 4.1.1.1.1.4. R. Ahmad Hujatullah
 4.1.1.1.1.5. R. Euis Nurhayati
 4.1.1.1.1.6. R. Bunyamin
 4.1.1.1.1.7. R. Nikmatullah
  
 4.1.1.2. R. Armani
 4.1.1.2.1. R. AL. KH. Darma
 4.1.1.2.1.1. R. KH. Maksum
 4.1.1.3. R. Jenab
 4.1.1.4. R. Murnas
 4.1.1.5. R. Abdurrohim
 4.1.2.6. R. Abdurrohman
 
 4.1.2.  R. Mali
 4.1.3. RM. MINAU
 4.1.4. RM. IKING
 4.1.5. NYIMAS RAy. UMMI
 4.2. RM. IDRIS
4.3. RM. ONDUNG
287/3 <5+?> NYI MAS RAy. Ukin [Hamengku Buwono]
الميلاد: 1836c, Bogor (Jabaru)
298/3 <5+?> Raden Ayu Okah / Nyi Mas Okah [Hamengku Buwono III]
الميلاد: 1837c, Bogor (Jabaru)
309/3 <3> Raden Ayu Aminah [Diponegoro]
3110/3 <13> Raden Mas Abdul Mutalib Diponegoro [Hamengku Buwono]
3211/3 <13> Raden Ayu Hafsyah [Hamengku Buwono]
3312/3 <19> 1. RM. Sumitra [Hamengku Buwono]
3413/3 <19> 2. RM. Pringadi [Hamengku Buwono]
3514/3 <19> 3. RA. Rualiyah [Hamengku Buwono]
3615/3 <19> 4. RA. Hashyah [Hamengku Buwono]
3716/3 <19> 5. Ramallah [Hamengku Buwono]
3817/3 <19> 6. Maryamah [Hamengku Buwono]
3918/3 <18> 1. RM. Muhammad [Hamengku Buwono]
4019/3 <18> 2. RM. Ismangun [Hamengku Buwono]
4120/3 <18> 3. RM. Sumantri [Hamengku Buwono]
4221/3 <18> 4. RA. Impung [Hamengku Buwono]
4322/3 <18> 5. RA. Sayang [Hamengku Buwono]
4423/3 <18> 6. RA. Mariamah [Hamengku Buwono]
4524/3 <18> 7. RA. Maryati [Hamengku Buwono]
4625/3 <18> 8. RA. Maryani [Hamengku Buwono]
4726/3 <17> 1. RM.Madi [Hamengku Buwono]
4827/3 <17> 2. RM. Panjikusumah [Hamengku Buwono]
4928/3 <17> 3. RM. Jaya Adisaputra [Hamengku Buwono]
5029/3 <17> 4. RM. Nursiwan [Hamengku Buwono]
5130/3 <17> 5. RM. Junata [Hamengku Buwono]
5231/3 <17> 6. RA. Patimah [Hamengku Buwono]
5332/3 <17> 7. RA. Supiah [Hamengku Buwono]
5433/3 <17> 8. RA. Rubiyah [Hamengku Buwono]
5534/3 <17> 9. RA. Munirah [Hamengku Buwono]
5635/3 <17> 10. RA. Juriah [Hamengku Buwono]
5736/3 <17> 11. RA. Halimah [Hamengku Buwono]
5837/3 <17> 12. RA. Halidah [Hamengku Buwono]
5938/3 <2> 1. Raden Mas Achmad Diponegoro ? (Pangeran Ahmad) [Hamengku Buwono III]
6039/3 <2> 2. Raden Mas Muhammad Diponegoro [Hamengku Buwono III]
6140/3 <2> 3. Raden Mas Abdullah Diponegoro [Hamengku Buwono III]
6241/3 <2> 4. Raden Mas Abdul Rachman Diponegoro [Hamengku Buwono III]
6442/3 <9+13> 1. RM. Kyai Muh.Kholifah [Setrodrono]
6543/3 <9+13> 2. Nyi RAy. Hasan Tuba [Setrodrono]
6644/3 <9+13> 3. Nyi RAy. Muhyiddin [Setrodrono]
6745/3 <4> 1. RM. Krama Dipa [Hamengku Buwono III]
KPA Diponegoro , tertangkap oleh pasukan Belanda pada tanggal 8 Januari 1830, dan dilepas menjelang perundingan dg Jenderal De Kock, (tetap tinggal di jawa). Salah satunya keturunan yang tercerai-berai karena dikejar-kejar Belanda adalah Keluarga RM Krama Dipa yg sebagian besar tinggal di Desa Ledug, kecamatan Kembaran, Kabupaten Banyumas ( Purwokerto ).
6846/3 <4> 2. RM Haji Ali Dipowongso [Hamengku Buwono III]
6947/3 <7+10> Kanjeng Raden Tumenggung Mertonegoro II [Danurejo II]

4

701/4 <23+14> RM. KH. Usman Bakhsan Dipomenggolo [Hamengku Buwono]
الميلاد: 1849c, Jabaru, Ciomas
الزواج: <16> 10. Nji R. Kuraesin [Kasultanan Banten] م 1864c
712/4 <24> 1. RM. H. Brodjomenggolo [Hamengku Buwono]
الميلاد: 1850c
723/4 <24> 2. RAy. Gondomirah [Hamengku Buwono]
الميلاد: 1852c
الوفاة: 5 يوليو 1908
Catatan Admin : Endang Suhendar alias Idang

mengenai Kalkulasi usia perkawinan dan status perkawinan :

  • Perbedaan usia antara RTA. Suradimenggala dengan RAy. Gondomirah sebanyak (1852-1819) = 33 tahun, ini dapat diartikan bahwa RAy. Gondomirah adalah isteri ke 2 / ke 3.
  • Pernikahan berlangsung pada saat usia RAy Gondomirah mencapai 26 tahun atau pada tahun 1878, dimana RTA. Suradimenggala sudah berusia (1878-1819) = 59 tahun.
734/4 <24> 3. RM. H. Abas (Penghulu Ciomas) [Hamengku Buwono]
الميلاد: 1854c
العمل:  ?, 1893-1903 Penghoeloe Tjiomas
775/4 <24> 4. RM. H. Abdulrachman ADI Menggolo (Camat Ciomas) [Hamengku Buwono]
الميلاد: 1855c
Catatan Admin : Endang Suhendar alias Idang


Gerakan Perlawanan Sosial di Tanah Partikelir Ciomas Bogor Tahun 1886

Gerakan perlawanan sosial dikenal juga dengan istilah “gerakan melawan pemerasan”, “gerakan melawan keadaan”, atau “gerakan melawan peraturan yang tidak adil”. Dalam istilah kolonial, peristiwa perlawanan semacam itu dikategorikan sebagai “ganguan ketentraman”, “huru-hara”, “kerusuhan”, atau “gerakan rohani”. Suatu ciri umum, bahwa hampir semua gerakan perlawanan sosial peristiwanya terjadi di tanah Partikelir (particultire landerijen). Sebab – sebab timbulnya gerakan tersebut, dipengaruhi oleh terbentuknya tanah partikelir dan situasi – situasi yang mempengaruhinya, antara lain:

Tanah partikelir muncul sejak awal jaman VOC sampai perempatan pertama abad ke-19, sebagai akibat adanya praktik penjualan tanah yang dilakukan oleh orang – orang Belanda. Tanah – tanah tersebut berlokasi disekitar Batavia, dan sebagaian besar berada di daerah pedalaman antara Batavia dan Bogor, daerah Banten, Karawang, Cirebon, Semarang, dan Surabaya. Pada awal kekuasaan VOC tanah tadi dihadiahkan kepada penanggung jawab kententraman dan keamanan di sekitar daerah Batavia, sedangkan sebagian kecil ada yang diberikan kepada kepala – kepala pribumi. Khusus untuk tanah partikelir di daerah Bogor, status kepemilikannya berada ditangan pribadi para Gubernur Jendral yang berlangsung secara berturut – turut. Bagi orang yang menerima tanah tersebut secara leluasa mereka bertindak sebagai tuan tanah dan segera menguasai penggarap anah dengan dikenakan beban berupa pajak tanah (cuke) yang tinggi, serta penyerahan wajib kerja yang berat. Tindakan pemerasan tuan tanah di wilayah pemilikan tanahnya itu membangkitkan gerakan perlawanan sosial yang penampilannya lebih cenderung bermotifkan perasaan dendam yang bersifat milenaristis atau mesianistis. Untuk menghilangkan kegelisahan para petani di daerah tersebut pada masa pemerintahan Deandeles dan Raffles pernah dikeluarkan larangan kepada tuan – tuan tanah untuk memperoleh sepersepuluh dari hasil tanah atau menentukan penyerahan tenaga kerja yang berat. Selanjutnya dalam Peraturan Pemerintah tahun 1836, dinyatakan bahwa pemerintah mempunyai hak untuk melindungi para petani dan mengatur suatu peradilan di tanah partikelir. Tetapi dalam menghadapi kecurangan tuan – tuan tanah, termasuk para pembantunya, pihak pemerintah sangat sulit mengawasinya, sehingga kegelisahan dikalangan petani semakin cenderung untuk mencetuskan gagasan dengan jalan melakukan tindakan kekerasan dalam bentuk perlawanan yang berkesinambungan. Kasus perlawanan petani di tanah partikelir pada periode abad ke-19, banyak terjadi dan seolah – olah merupakan hal yang lumrah.

Menurut letak geografisnya, tanah partikelir Ciomas berada di lereng sebelah utara Gunung Salak. Tanah tersebut menjadi milik tuan tanah setelah dijual oleh Gubernur Jendral Deandels, dengan meliputi areal tanah seluas 9.00 bau (1 bau = 0,8 hektar). Tanah seluas itu dihuni oleh penduduk ± 15.000 jiwa. Seperti di tanah partikelir lainnya di daerah Ciomas pun para petani dihadapkan pada kondisi – kondisi sosial-ekonomi yang tidak menguntungkan, karena tenaganya dieksploitasi oleh tuan tanah, para pengawas, dan petugas tuan tanah lainnya yang menuntut pelayanan kerja yang berat, serta pemenuhan pajak (cuke) yang tinggi. Sebelum meletusnya gerakan petani tersebut, keadaan politik dan ekonomi yang berlaku di daerah Ciomas sendiri, antara lain :

1) Para pemungut pajak sering melakukan praktik, bahwa untuk menuai panen para petani diharuskan menunggu waktu yang ditentukan oleh tuan tanah. Untuk mengawasi panen, tuan tanah menunjuk petugas – petugas dan penjaga yang ditempatkan di sawah – sawah. Oleh karena petugas – petugas dan penjaga tersebut tidak diawasi secara langsung oleh tuan tanah, mereka cenderung untuk menggunakan kedudukannya dengan praktik yang curang terhadap petani. Berbeda dengan kebiasaan yang berlaku di tanah partikelir lainnya, bahwa pada saat panen tiba, penuaian hanya dilakukan oleh petani di daerah itu. Hal ini akan membawa akibat, bahwa sebagian dari hasil panen dapat diserap ke tempat lain, dan dengan sendirinya mengurangi pendapatan petani di Ciomas.

2) Kekurangan pendapatan petani di Ciomas, ditambah lagi dengan kewajiban untuk mengangkut hasil panen milik tuan tanah dari sawah – sawah ke lumbung – lumbung (gudang – gudang padi), yang jaraknya antara 10 sampai 12 paal (= 15 sampai 18 km).

3) Di kebun – kebun dan pabrik – pabrik kopi Ciomas, berlau juga sistem perbudakan yang lebih berat, sehingga berlaku juga kerja paksa, dan kepada buruh yang tidak hadir atau datang terlambat dikenakan peraturan yang keras.

4) Kepada para petani dikenakan juga kewajiban untuk menyerahkan jenis barang tertentu, antara lain penyerahan dua butir kelapa untuk setiap pohon, penyerahan sebatang bambu untuk setiap petak sawah, penyerahan seluruh hasil pohon enau dan kopi yang diwajibkan ditanam di kebun petani yang jumlahnya mencapai 250 batang.

5) Petani dilarang mengekspor padi, kerbau, dan hasil bumi lainnya.

6) Jika petani tidak dapat membayar huangnya, maka akan dikenakan penyitaan atas tanah, rumah, dan kerbaunya.

7) Perluasan kekuasan tuan tanah terhadap petani sampai juga pada pengawasan mengenai penjualan ternak, rumput, kayu, dan penebangan pohon – pohon.

8) Kaum wanita dan anak – anak pun diharuskan bekerja selama sembilan hari untuk setiap bulannya.

Adanya dominasi politik, ekonomi, dan sosial yang dilakukan oleh tuan tanah terhadap kaum petani, telah membawa iklim yang lebih buruk dan pada akhirnya sampai mencapai konflik yang tajam. Salah satu akibat dari pelaksanaan eksploitasi tenaga kerja yang berat dan pemungutan cuke yang tinggi menjelang pecahnya perlawanan petani ialah terjadinya migrasi penduduk dari daerah itu. Bagi mereka yang tidak tahan lagi dengan praktik pemerasan tuan tanah dan merasa terancam akan kehancuran ekonominya segeralah angkat kaki meninggalkan tanah partikelir di Ciomas. Perasaan tidak puas petani untuk bekerja di tanah partikelir lebih nampak nyata ketika menolak kerja paksa di perkebunan kopi, dan mulailah mencetuskan perlawanan secara terbuka yang ditandai dengan tindakan kekerasan.

Perlawanan secara langsung diawali dengan melancarkan pemberontakan tanggal 22 Februari 1886, ketika mereka membunuh Camat Ciomas, Haji Abdurrachim (RM. H. ABDURRACHMAN ADI MENGGOLO), dan masih pada bulan Februari itu juga Arpan bersama kawan – kawannya mengundurkan diri ke Pasir Paok, dan di sana mereka menolak untuk menyerah kepada tentara pemerintah kolonial.

Sebulan sebelum terjadinya kedua peristiwa tadi, Mohammad Idris telah mengundurkan diri ke Gunung Salak. Sekalipun ia lahir di Ciomas, namun dalam perjuangan hidupnya ia selalu berpindah – pindah tempat, seperti ke Sukabumi dan Ciampea. Ia termasuk salah seorang yang sangat membenci tuan tanah dan kaki tangannya. Karena sikapnya itu, maka semakin banyaklah petani pelarian dari tanah partikelir untuk menggabungkan diri. Setelah diadakan pertemuan besar di pondok kecilnya, Idris bersama pengikutnya bersepakat untuk melancarkan penyerangan ke Ciomas. Dan tepat pada hari Rabu malam, tanggal 19 Mei 1886 sesuai dengan rencana semula Idris bersama pengikutnya berhasil menduduki daerah Ciomas bagian selatan. Selama menduduki daerah tersebut mereka tidak melakukan perampokan terhadap gudang – gudang di Sukamantri, Gadong, dan Warungloa. Bahkan sebaliknya mereka menyatakan, bahwa serangan yang dilancarkannya itu tidak dimaksudkan untuk merampok kekayaan, tetapi serangan tersebut hanya ditujukan khusus bagi pribadi tuan tanah. Tanggal 20 Mei 1886 para pemberontak menyelenggarakan upacara sedekah bumi di Gadong, yang dihadiri juga oleh semua pegawai tuan tanah. Upacara tersebut sebenarnya merupakan perayaan tahunan yang dimeriahkan dengan permainan musik, tari – tarian, dan atraksi – atraksi lainnya. Sebagai penutup dari perayaan itu, seolah – olah seperti diberikan aba – aba, bahwa kaum pemberontak setelah melihat pegawai – pegawai tuan tanah yang sesungguhnya bertindak sebagai penindas dan memeras mereka, beberapa diantara pengikut Mohamad Idris segera melampiaskan kemarahannya menyerang agen – agen tuan tanah secra membabi buta. Perayaan sedekah bumi itu berakhir dengan pembunuhan besar – besaran yang ditujukan kepada pegawai – pegawai tuan tanah. Dari peristiwa pembunuhan tersebut, diketahui bahwa sejumlah 40 orang mati dibunuh, dan 70 orang lainnya luka – luka. Tuan tanah beserta keluarganya selamat, karena secara kebetulan mereka tidak hadir dalam upacara itu.

Dari panggung peristiwa perlawanan petani Ciomas itu, jelaslah bahwa yang menjadi sasaran utama dan sebgai musuhnya adalah tuan tanah, pegawai pemerintah kolonial baik asing maupun pribumi, para pedagang, dan lintah darat.

Gerakan perlawanan petani Ciomas memperlihatkan adanya spontanitas baik waktu timbul maupun selama masa berkembangnya, yang ditunjang juga dengan iklim atau situasi politik yang benar – benar telah diperhitungkan akan timbulnya gerakan perlawanan. Peristiwa perlawanan petani Ciomas merupakan suatu corak atau model perjuangan yang berlatar belakang perbedaan kepentingan dan tujuan anara tuan tanah, pemerintah, dan pegawai – pegawai lainnya dengan kaum petani di lain pihak. Pertentangan kepentingan dan tujuan itu, pada akhirnya dapat dilakukan dalam bentuk perlawanan secara keras dari pihak petani sebagai protes akibat tekanan – tekanan yang berat.
786/4 <24> 5. RM. H. Muhammad Hasan [Hamengku Buwono]
الميلاد: 1856c
907/4 <59> 6. Raden Mas Daud [Hamengku Buwono III]
الوفاة: 1943, Ambon
748/4 <27> RM. Asmini [Hamengku Buwono]
759/4 <27> RM. Idris [Hamengku Buwono]
7610/4 <27> RM. Ondung [Hamengku Buwono]
7911/4 <26> 1. RM. H. Edoy [Hamengku Buwono]
8012/4 <26> 2. RM. H. Sayid Yudomenggolo [Hamengku Buwono]
8113/4 <26> 3. RAy. Saroja [Hamengku Buwono]
8214/4 <26> 4. RAy. Amanung [Hamengku Buwono]
8315/4 <25> RM. Harjo Dipotjokro Hadimenggolo / P. Gringsing II [Hamengku Buwono]
8416/4 <31> RM. Muhammad Diponegoro [Hamengku Buwono]
8517/4 <59> 1. Raden Ayu Khalidjah [Hamengku Buwono III]
8618/4 <59> 2. Raden Mas Ibrahim [Hamengku Buwono III]
8719/4 <59> 3. Raden Ayu Djahro [Hamengku Buwono III]
8820/4 <59> 4. Raden Ayu Secha [Hamengku Buwono III]
8921/4 <59> 5. Raden Mas Ismael [Hamengku Buwono III]
9122/4 <59> 7. Raden Mas Muhammad [Hamengku Buwono III]
9223/4 <59> 8. Raden Mas Sulaeman [Hamengku Buwono III]
9324/4 <61> 1. RM. Yusuf Diponegoro [Hamengku Buwono]
9425/4 <61> 2. RM. Syawal Diponegoro [Hamengku Buwono]
9526/4 <61> 3. RM. Suja Diponegoro [Hamengku Buwono]
9627/4 <61> 4. RA. Marjam Diponegoro [Hamengku Buwono]
9728/4 <61> 5. RM. Muhammad Diponegoro [Hamengku Buwono]
9829/4 <61> 6. RM. Yunus Diponegoro ) [Hamengku Buwono]
9930/4 <61> 7. RM. Achmad Diponegoro (Bandung) [Hamengku Buwono]
10031/4 <61> 8. RM. Murtasa Diponegoro [Hamengku Buwono]
10132/4 <61> 9. RA. Murtinah Diponegoro [Hamengku Buwono]
10233/4 <61> 10. RA. Supinah Diponegoro [Hamengku Buwono]
10334/4 <61> 11. RA. Murjani Diponegoro [Hamengku Buwono]
10435/4 <61> 12. RA. Supatni Diponegoro [Hamengku Buwono]
10536/4 <63> Raden Mas Kumbulkatja Djajawasita [Hamengku Buwono]
10637/4 <64> 1. Nyi RAy. Hasan Munthalib [Setrodrono]
10738/4 <64> 2. Nyi RAy. Hasan Mukmin [Setrodrono]
10839/4 <64> 3. Nyi RAy. Muryadi [Setrodrono]
10940/4 <64> 4. RM. Kyai Syuhada [Setrodrono]
Catatan Admin : Endang Suhendar alias Idang


SEJARAH SINGKAT PERGURUAN SILAT TAPAK SUCI

Di Banjarnegara, Jawa Tengah, Kiyai Haji (K.H.) Syuhada pada tahun 1872 memiliki seorang putera yang diberi nama Ibrahim. Sejak kecil ia menerima ilmu pencak dari ayahnya. Ibrahim tumbuh menjadi Pendekar yang menguasai pencak ragawi dan batin / inti tetapi sekaligus Ulama yang menguasai banyak ilmu, kemudian berganti nama menjadi K.H. Busyro Syuhada.

Pada awalnya K.H.Busyro Syuhada mempunyai 3 murid, yaitu : •Achyat ( adik misan ), yang kemudian dikenal dengan K.H. Burhan •M.Yasin ( adik kandung ), yang dikenal dengan K.H. Abu Amar Syuhada •Soedirman, yang dikemudian hari mencapai pangkat Jenderal dan pendiri Tentara Nasional Indonesia, bahkan bergelar Panglima Besar Soedirman.

Pada tahun 1921 di Yogyakarta, bertemulah K.H. Busyro Syuhada dengan kakak beradik Ahmad Dimyati dan Muhammad Wahib. Dalam kesempatan itu mereka adu ilmu pencak antara M. Wahib dan M. Burhan. Kemudian A. Dirnyati dan M. Wahib dengan pengakuan yang tulus mengangkat K.H. Busyro Syuhada sebagai guru dan mewarisi ilmu pencak dari K.H. Busyro Syuhada yang kemudian menetap di Kauman. Menelusuri jejak gurunya, Ahmad Dimyati mengembara ke barat sedang M. Wahib mengembara ketimur sampai ke Madura untuk menjalani adu kaweruh ( uji ilmu ). Pewaris ilmu banjaran, mewarisi juga sifat-sifat gurunya M. Wahib sebagaimana K.H. Busyro Syuhada, bersifat keras, tidak kenal kompromi, suka adu kaweruh. Untuk itu sangat menonjol nama M. Wahib dari pada A. Dimyati. Sedang A. Dimyati yang banyak dikatakan ilmunya lebih tangguh dari pada adiknya M. Wahib tetapi karena pendiam dan tertutup maka tidak banyak kejadian-kejadian yang dialami. Sebagaimana M. Burhan yang mempunyai sifat dan pembawaan sama dengan A. Dimyati.

K. H. Busyro Syuhada pernah menjadi guru pencak untuk kalangan bangsawan dan keluarga Kraton Yogyakarta. Salah satu diantara muridnya adalah R.M. Harimurti, seorang pangeran kraton, yang dikemudian hari beberapa muridnya mendirikan perguruan–perguruan pencak silat yang beraliran Harimurti.

Kauman, Seranoman dan Kasegu

Pendekar Besar KH Busyro Syuhada memberi wewenang kepada pendekar binaannya, A. Dimyati dan M. Wahib untuk membuka perguruan dan menerima murid. Perguruan baru yang didirikan pada tahun 1925 itu diberi nama Perguruan "Kauman", yang beraliranBanjaran.

Perguruan Kauman mempunyai peraturan bahwa murid yang telah selesai menjalani pendidkan dan mampu mengembangkan ilmu pencak silat diberikan kuasa untuk menerima murid.

M. Syamsuddin yang menjadi murid kepercayaan Pendekar Besar M..Wahib diangkat sebagai pembantu utama; dan dizinkan menerima murid. Kemudian mendirikan perguruan ”Seranoman". Perguruan Kauman menetapkan menerima siswa baru, setelah siswa tadi lulus menjadi murid di Seranoman. Perguruan Seranoman melahirkan pendekar muda Moh. Zahid, yang juga lulus menjalani pendidikan di perguruan Kauman. Moh. Zahid yang menjadi murid angkatan ketiga (3) bahkan berhasil pula mengembangkan pencak silat yang berintikan kecepatan; kegesitan, dan ketajaman gerak. Tetapi murid ketiga ini pada tahun 1948, wafat pada usia yang masih sangat muda. Tidak sempat mendirikan perguruan baru tetapi berhasil melahirkan murid, Moh. Barie lrsjad.

Pendekar Besar KH Busyro Syuhada berpulang ke Rahmatullah pada bulan Ramadhan 1942. Pendekar Besar KH Busyro Syuhada bahkan tidak sempat menyaksikan datangnya perwira Jepang, Makino, pada tahun 1943 yang mengadu ilmu beladirinya dengan pencak silat andalannya. Makino mengakui kekurangannya dan menyatakan menjadi murid Perguruan Kauman sekaligus menyatakan masuk Islam kemudian berganti nama menjadi Omar Makino. Pada tahun 1948 Pendekar Besar KH Burhan gugur bersama dengan 20 muridnya dalam pertempuran dengan tentara Belanda di barat kota Yogyakarta. Kehilangan besar pesilatnya menjadikan perguruan Kauman untuk beberapa sa’at berhenti kegiatannya dan tidak menampakkan akan muncul lagi Pendekar. Moh. Barie lrsjad sebagai murid angkatan keenam (6) yang dinyatakan lulus dari tempaan ujian Pendekar M. Zahid, M. Syamsuddin, M. Wahib dan A. Dimyati kemudian dalam perkembangan berikutnya mendirikan perguruan "Kasegu"

Kalau perguruan-perguruan sebelumnya diberi nama sesuai dengan tempatnya. Perguruan Kasegu diberikan nama sesuai dengan senjata yang diciptakan oleh Pendekar Moh. Barie Irsjad.

Lahirnya Tapak Suci

Moh. Barie lrsjad akhirnya mengeluarkan gagasan agar semua aliran Banjaran yang sudah berkembang dan terpecah-pecah dalam berbagai perguruan, disatukan kembali ke wadah tunggal.

Pendekar Besar M. Wahib merestui berdirinya satu Perguruan yang menyatukan seluruh perguruan di Kauman. Restu diberikan dengan pengertian Perguruan nanti adalah kelanjutan dari Perguruan Kauman yang didirikan pada tahun 1925 yang berkedudukan di Kauman.

Pendekar M. Wahib mengutus 3 orang muridnya. dan M. Syamsuddin mengirim 2 orang muridnya untuk bergabung. Maka Pendekar M. Barie Irsjad bersama sembilan anak murid menyiapkan segala sesuatunya untuk mendirikan Perguruan.

Dasar-dasar perguruan Kauman yang dirancang oleh Moh. Barie lrsjad, Moh. Rustam Djundab dan Moh. Djakfal Kusuma menentukan nama Tapak Suci. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga dikonsep oleh Moh Rustam Djundab. Do’a dan lkrar disusun oleh H. Djarnawi Hadikusuma. Lambang Perguruan diciptakan oleh Moh. Fahmie Ishom, lambang Anggota diciptakan oleh Suharto Suja', lambang Regu Inti "Kosegu" diciptakan Adjib Hamzah. Sedang bentuk dan warna pakaian dibuat o!eh Moh. Zundar Wiesman dan Anis Susanto. Maka pada tanggal 31 Juli 1963 lahirlah Perguruan Seni Beladiri Indonesia Tapak Suci
11041/4 <64> 5. RM. Kyai Suraji [Setrodrono]
11142/4 <64> 6. Nyi RAy. Hasby [Setrodrono]
11243/4 <64> 7. Nyi RAy. Ishaq [Setrodrono]
11344/4 <64> 8. RM. Kyai Abdul Manan [Setrodrono]
11445/4 <68> Muhammad Ilyas [Hamengku Buwono III]
11546/4 <60> 1. Raden Mas Idris [Hamengku Buwono III]
11647/4 <60> 2. Raden Mas Machmud [Hamengku Buwono III]
11748/4 <60> 3. Raden Mas Abdul Gani [Hamengku Buwono III]
11849/4 <60> 4. Raden Ayu Djuna (Ambon) [Hamengku Buwono III]
11950/4 <62> 1. RM. Djafar [Hamengku Buwono]
12051/4 <69> R. A. Mutmainah [Danurejo II]

5

1271/5 <73+?> 5. RM. Yacub [Hamengku Buwono]
الميلاد: Loji
1372/5 <71> 3. RM. H. Ardimenggolo [Hamengku Buwono]
اللقب المميّز: Camat Tjiawi
Catatan Admin : Endang Suhendar alias Idang


Sebagai Tjamat Tjiawi, pada saat kerusuhan Ciomas lihat : "Land Tjiomas", hal 61
1913/5 <92> 2. Raden Mas Ismail [Hamengku Buwono III]
الدفن: Bergota, Semarang
 RMH. Moch Rana Manggala
RMH. Moch Rana Manggala
1214/5 <70+16> 1. RM. H. Moch. Rana Menggala (Cucu RM. Ngabehi Dipomenggolo) [Hamengku Buwono]
الميلاد: 1866c, Empang, Kota Bogor
العمل: 1916 - 1938, PENGHULU TJIAWI - BUITENZORG
الوفاة: 1938
Catatan Admin : Endang Suhendar alias Idang


Silsilah Keturunan RMH. Moch Rana Manggala (Sumber: WA. R. UKE SUKMAWATI KARIM)

|

1395/5 <72+?> 1. Raden Mas H. Ibrahim \ Abdul Rochman Wiradimenggolo \ Raden Mas Wiradinegara [Hamengku Buwono]
الميلاد: 1868c, Pasirkuda
الوفاة: 1917
1226/5 <70+16> 2. RM. H Abdul Ghani / Rm.h. Sarhun / Lurah Ihun [Hamengku Buwono]
الميلاد: 1869c, Empang, Kota Bogor
الزواج:
العمل: 1906 ? 1923, LURAH LEBAK PASAR-BUITENZORG
Catatan Admin : Endang Suhendar alias Idang

orng:

Orang:629893|R.H. YASIN Orang:629895|R.H. ALI Orang:629896|R.H. ABDUL MANAN (Adung) Orang:629897|R.Hj. SUPIAH (Siti) Orang:629898|R.Hj. ENCUNG] Orang:629916|R.MASDIR KARTANINGRAT (Tata) Orang:629917|R.MASDIR KURNAEN (Aeng) Orang:629918|R.MASDIR MOCHAMAD ARIEF Orang:629920|R.MASDIR SUMANTRI (Ati) Orang:629934|R.MASDIR EMAN SULAEMAN

Abdul GHANI-2 : 1179717
1287/5 <70+16> 3. RM. H. Muhammad Hasyir [Hamengku Buwono]
الميلاد: 1872c, Empang-Bogor
1298/5 <70+16> 4. RM. H. Harisun [Hamengku Buwono]
الميلاد: 1875c, Empang-Bogor
1409/5 <72+?> 2. Nyi RAy. Asmaya (Maya) [Hamengku Buwono]
الميلاد: 1879c, Pasirkuda
14110/5 <72+?> 3. Nyi RAy. Enting Aisyah [Hamengku Buwono]
الميلاد: 1880c, Pasirkuda
22911/5 <70+?> 5. RAy. Titi Wasiah [Hamengku Buwono]
الميلاد: 1880, Gg. Wahir-Empang
14212/5 <72+?> 4. Nyi RAy. Siti Patimah / NR. Empok Patimah [Hamengku Buwono]
الميلاد: 1881c, Pasirkuda
14313/5 <72+?> 5. Nyi RAy. Antamirah [Hamengku Buwono]
الميلاد: 1882c, Pasirkuda
LAMBANG           KABUPATEN  BOGOR
LAMBANG KABUPATEN BOGOR
14414/5 <72+?> 6. RA. M. Suradhiningrat (Tjandraningrat) [Hamengku Buwono]
الميلاد: 1882c, Pasirkuda
العمل: 6 مايو 1916 - 29 أغسطس 1925, Zelfstandig Patih Buitenzorg
Catatan Admin : Endang Suhendar alias Idang

RA. M. Suradhiningrat (Tjandraningrat) adalah putra RTA Suradimanggala (Bupati Bogor Tahun 1876-1884). Beliau juga Generasi ke 4 dari Pangeran Diponegoro melalui Ibunya RAy Gondomirah binti RM. Haryo Dipomenggolo bin RM. Djonet Dipomenggolo bin Pangeran Diponegoro.

Afdeeling Buitenzorg

Assistent-resident: K. Kool (4 Nov. 1924)
Commies, tevens buitengewoon ambtenaaar van den burgerlijken stand: J. Loen (11 Maart 1919), eerste; P.O. Panhuyzen (24 Aug. 1923), eerste; H.C. Barkmeijer (29 April 1922), eerste
Ondercommissaris van politie: C.J. Martens
Politieopzieners der 1e klasse: J. Trilk; G.J. Peeters (Tjibaroesa)
Patih: Raden Aria Mohamad Soeradhiningrat (6 Mei 1916)
Wedana van het district:
Buitenzorg: Raden Koesoemadinata (6 Juni 1924)
Tjiawi: Mas Joedo Atmodjo (26 Aug. 1921)
Paroeng: Mas Aliredja (29 Jan. 1923)
Leuwiliang: Raden Adikoesoemah (23 Juni 1921)
Djasinga: Mas Martodimedjo (1 Nov. 1920)
Tjibinong: Mas Soeminta Atmadja (8 Oct. 1923)
Tjibaroesa: Raden Soeriakoesoemo (1 Maart 1921)
Kapitein der Chineezen: Tan Hong Yoe (13 Aug. 1919)
Luitenant der Chineezen: Tan Hong Tay (8 April 1913) (v.)
Luitenant der Arabieren: Sech Achmad bin Said Badjenet (13 Oct. 1921)
23015/5 <70+?> 6. RM. Ahmad (Natsir) [Hamengku Buwono]
الميلاد: 1882
14516/5 <72+?> 7. RM. Yahya Gondoningrat [Hamengku Buwono]
الميلاد: 1883c, Pasirkuda
DIPUTUS SEMENTARA : RATNA KENCANA 635110
14617/5 <72+?> 8. RM. Indris Tirtodiredjo [Hamengku Buwono]
الميلاد: 1884c, Pasirkuda
14718/5 <72+?> 9. Nyi RAy. Rajamirah \ RAy Mirah [Hamengku Buwono]
الميلاد: 1885c
الوفاة: Pasirkuda
23119/5 <120+17> R. A. Soetartinah [Paku Alam III]
الميلاد: 14 سبتمبر 1890
الزواج: <18> Raden Mas Soewardi Soerjaningrat (Ki Hajar Dewantara) [Paku Alam III] م 2 مايو 1889 و 26 ابريل 1959
23920/5 <120+17> Raden Mas Johannes Soedarto Sosroningrat [Paku Alam III]
الميلاد: 25 ديسمبر 1895, Yogyakarta
الزواج: <19> Raden Ajeng Siti Pailah [Paku Alam III] م 17 يوليو 1902
24021/5 <120+17> R. A. Maria Soelastri Sosroningrat [Paku Alam III]
الميلاد: 22 ابريل 1898, Yogyakarta
الزواج: <20> Raden Mas Jacobus Soejadi Darmosapoetro [Darmosapoetro]
الوفاة: 18 سبتمبر 1975, Semarang
الدفن: Kompleks Gua Maria Kerep, Ambarawa, Semarang
Sedari kanak-kanak hingga remaja, Maria Soelastri begitu tertarik mempelajari budaya bangsa lain, termasuk diantaranya budaya barat, untuk menjawab rasa ingin tahu beliau kenapa tanah air Indonesia dikuasai bangsa barat. Sebaliknya, ayahanda beliau, Pangeran Sasraningrat, sangat menaruh minat pada Kesusasteraan Jawa Kuno dengan pergolakan-pergolakan dan perubahan jamannya. Kegiatan beliau dalam bidang jurnalistik membawa beliau berkenalan dengan tamu-tamu dari luar daerah, juga dari Batavia. Salah satunya adalah Dr. Hazeu, penasehat urusan pemerintahan jajahan, yang membawa serta seorang anggota Misi Gereja Katolik untuk Jawa Tengah yaitu Romo van Lith. Romo van Lith yang kemudian sering berkunjung untuk mempelajari Sastra Jawa, adat istiadat dan kebudayaan Jawa.

Th. 1906 dengan rekomendasi Romo van Lith dan disetujui ibunda B.R.A. Sasraningrat masuklah Ibu Maria Soelastri ke Europeese Meisjesschool dari Ordo Suster Fransiskanes Kidul Loji Mataram, Yogyakarta.

Dari sejarah keluarga Maria Soelastri ini, dan dari lingkungan dan komunitas keluarga yang banyak berhubungan dengan tokoh-tokoh pendidikan pada masa itu, tentu menjadi mudahlah bagi kita untuk dapat memahami sifat dan sikap nasionalisme Maria Soelastri yang kental, amat peduli pada rakyat kecil dan berpikiran maju. Perasaannya yang halus dan mudah tersentuh pada penderitaan kaum lemah begitu kuat, yang kemudian mendorong untuk melakukan suatu tindakan nyata bagi orang-orang di sekitarnya. Secara khusus perhatiannya tercurah pada buruh perempuan di pabrik cerutu Negresco dan pabrik gula di Yogyakarta dan usaha untuk mencarikan jalan keluar bagi kesejahteraan dan masa depan mereka. Dari kaum buruh inilah usaha peningkatan derajat dan martabat wanita pada umumnya dan wanita katolik pada khususnya dimulai.

Saat awal didirikannya Poesara Wanita Katholiek – kelak menjadi Wanita Katolik RI – bersama teman-temannya pada tanggal 26 Juni 1924, yang terpilih sebagai ketua pertamanya adalah adik Maria Soelastri, yaitu R.A. Catharina Soekirin Sasraningrat karena R.A. Maria Soelastri bertempat tinggal di Magelang. Terlihat betapa Maria Soelastri ini amat ‘sepi ing pamrih’ (tak punya pamrih atau ambisi pribadi), namun sepak terjangnya dalam membela kaum buruh dan kegigihannya itu membuatnya mendapat julukan ‘singa betina’ yang amat disegani.

Th. 1914 Ibu R.Ay. Maria Soelastri Sasraningrat dipersunting oleh Dokter Hewan R.M. Jacobus Soejadi Darmosapoetro, yang meskipun seorang pegawai negeri dalam pemerintahan tetapi berideologi politik melawan Politik Kapitalis Kolonial.

Ketika Wanita Katolik RI merayakan ulangtahunnya yang ke-50 di tahun 1974, Maria Soelastri menuliskan sebagian dari pengalaman perjuangannya, dengan antara lain menulis :

Sebagai langkah perjuangan yang pertama Ibu (Maria Soelastri – red) menemui pengusaha-pengusaha Belanda dari Pabrik Cerutu dan Pabrik Gula di Yogyakarta yang kedua-duanya juga beragama katolik. Buruh kedua pabrik ini sebagian besar terdiri dari buruh wanita. Pertemuan berlangsung dalam suasana damai. Pembicaraan diadakan dari hati ke hati dengan berpedoman pada Ensiklik-ensiklik Gereja Katolik, antara lain Rerum Novarum dari Bapak Leo ke XIII di Roma dan Quadragesimo Anno dari Paus Pius XI. Sebagai hasil pembicaraan, dengan segera dibentuklah peraturan-peraturan di kedua belah pabrik tersebut untuk perbaikan nasib para buruhnya pada umumnya dan buruh wanita pada khususnya. Langkah berikutnya dari Organisasi Wanita Katolik meliputi kerja sama dengan Usahawan-usahawan Katolik Belanda untuk mengadakan segala macam perbaikan nasib para buruh. … (Maria Soejadi Darmosaputro Sasraningrat, 24-6-1974) – oleh Iswanti, Kodrat yang Bergerak

Kini buah pikiran dan gagasan ibu R.A. Maria Soelastri Soejadi Sasraningrat telah semakin dikembangkan dan diwujud-nyatakan secara meluas. Dari gagasan yang muncul dari seorang perempuan ningrat yang peduli pada kaumnya, dari sebuah tempat ikrar di Kidul Loji, Yogyakarta, kini telah meluas ke seluruh nusantara. Dan gagasan itu semakin dikembangkan oleh srikandi-srikandi masa kini yang mengambil tongkat estafet dari para pendahulunya, namun sampai sekarang gagasan inti tetap tak lekang oleh waktu, tertuang dalam visi misi organisasi Wanita Katolik RI : demi tercapainya kesejahteraan bersama serta tegaknya harkat dan martabat manusia, dengan dilandasi nilai-nilai Injil dan Ajaran Sosial Gereja.

R.A. Maria Soelastri wafat di Semarang tanggal 8 September 1975 dan dimakamkan di Kompleks Gua Maria Kerep Ambarawa (GMKA).
15922/5 <90+?> 1. RA. Djamilah [Hamengku Buwono]
الزواج: <21> S. Alaydrus [?]
الوفاة: 1930, Geser-Seram-tdk punya keturunan
16423/5 <90+?> 6. dr. RM. Achmad (Pontianak) [Hamengku Buwono]
الوفاة: 1944, Pontianak
16024/5 <90+?> 2. RA. Chadidjah [Hamengku Buwono]
الوفاة: 1962, Ambon
16625/5 <90+?> 8. RA. Moenah [Hamengku Buwono]
الوفاة: 1962, tidak punya keturunan
16326/5 <90+?> 5. RA. Rachmah (Medan) [Hamengku Buwono]
الوفاة: 1973, Medan
16127/5 <90+?> 3. RA. Djahrah (Surabaya) [Hamengku Buwono]
الوفاة: 1976, Surabaya
16228/5 <90+?> 4. RA. Aisjah (Ambon) [Hamengku Buwono]
الزواج: <22> RM. Mochamad Diponegoro [Hamengku Buwono]
الوفاة: 1981, Ambon
16529/5 <90+?> 7. RA. Kajatin (Djogja) [Hamengku Buwono]
العمل: 1986, Yogya
12330/5 <73+?> 1. RM. H. Ardja [Hamengku Buwono]
12431/5 <73+?> 2. RM. H. Suminta (Malik) [Hamengku Buwono]
12532/5 <73+?> 3. RAy. Patimah [Hamengku Buwono]
12633/5 <73+?> 4. RAy. Fatmah [Hamengku Buwono]
13034/5 <74> RM. Asminin [Hamengku Buwono]
13135/5 <74> RM. Mali [Hamengku Buwono]
13236/5 <74> RM. Minau [Hamengku Buwono]
13337/5 <74> RM. Iking [Hamengku Buwono]
13438/5 <74> NYI MAS RAy. UMI [Hamengku Buwono]
13539/5 <71> 1. RM. H. Wongsomenggolo [Hamengku Buwono]
13640/5 <71> 2. RM. H. Soeromenggolo [Hamengku Buwono]
13841/5 <71> 4. RAy. Unan [Hamengku Buwono]
14842/5 <73+?> 6. RAy. Siti Mariyam (loji) [Hamengku Buwono]
14943/5 <79> RM. H. Sintomenggolo [Hamengku Buwono]
15044/5 <80> RM. H. Sadiri Gondomenggolo [Hamengku Buwono]
15145/5 <81> RM. Sumawijaya [Hamengku Buwono]
15246/5 <81> NYI RAy. Danang [Hamengku Buwono]
15347/5 <81> RAy. Anok [Hamengku Buwono]
15448/5 <81> NYI RAy. Engko [Hamengku Buwono]
15549/5 <81> NYI RAy. Toyo (ibu Bandung) [Hamengku Buwono]
15650/5 <83> Raden Mas Haryodipo Hadikusumo / Pangeran Gringsing III [Hamengku Buwono III]
15751/5 <77> Raden Ayu Sukiamah [Hamengku Buwono III]
15852/5 <84> RM. Kartotnadi Diponegoro [Hamengku Buwono]
16753/5 <94> 4. H. RM. Abdullah Diponegoro [Hamengku Buwono]
16854/5 <94> 1. RA. Samsirin [Hamengku Buwono]
16955/5 <105> Raden Soekarna Djajahadisena [Hamengku Buwono]
17056/5 <99> 1. RM Iskandar Johan Diponegoro [Hamengku Buwono]
17157/5 <99> 2. RM. Achmad Djohan Diponegoro [Hamengku Buwono]
17258/5 <92> 1. Raden Mas Slamet Diponegoro [Hamengku Buwono III]
17359/5 <109+?> 1. R. Kyai Rahmat [Setrodrono]
17460/5 <109+?> 2. Nyi RNgt. Muh Mustofa [Setrodrono]
17561/5 <109+?> 3. R. Kyai Busyro Syuhada / Ibrahim [Setrodrono]
Catatan Admin : Endang Suhendar alias Idang


SEJARAH SINGKAT PERGURUAN SILAT TAPAK SUCI

Di Banjarnegara, Jawa Tengah, Kiyai Haji (K.H.) Syuhada pada tahun 1872 memiliki seorang putera yang diberi nama Ibrahim. Sejak kecil ia menerima ilmu pencak dari ayahnya. Ibrahim tumbuh menjadi Pendekar yang menguasai pencak ragawi dan batin / inti tetapi sekaligus Ulama yang menguasai banyak ilmu, kemudian berganti nama menjadi K.H. Busyro Syuhada.

Pada awalnya K.H.Busyro Syuhada mempunyai 3 murid, yaitu : •Achyat ( adik misan ), yang kemudian dikenal dengan K.H. Burhan •M.Yasin ( adik kandung ), yang dikenal dengan K.H. Abu Amar Syuhada •Soedirman, yang dikemudian hari mencapai pangkat Jenderal dan pendiri Tentara Nasional Indonesia, bahkan bergelar Panglima Besar Soedirman.

Pada tahun 1921 di Yogyakarta, bertemulah K.H. Busyro Syuhada dengan kakak beradik Ahmad Dimyati dan Muhammad Wahib. Dalam kesempatan itu mereka adu ilmu pencak antara M. Wahib dan M. Burhan. Kemudian A. Dirnyati dan M. Wahib dengan pengakuan yang tulus mengangkat K.H. Busyro Syuhada sebagai guru dan mewarisi ilmu pencak dari K.H. Busyro Syuhada yang kemudian menetap di Kauman. Menelusuri jejak gurunya, Ahmad Dimyati mengembara ke barat sedang M. Wahib mengembara ketimur sampai ke Madura untuk menjalani adu kaweruh ( uji ilmu ). Pewaris ilmu banjaran, mewarisi juga sifat-sifat gurunya M. Wahib sebagaimana K.H. Busyro Syuhada, bersifat keras, tidak kenal kompromi, suka adu kaweruh. Untuk itu sangat menonjol nama M. Wahib dari pada A. Dimyati. Sedang A. Dimyati yang banyak dikatakan ilmunya lebih tangguh dari pada adiknya M. Wahib tetapi karena pendiam dan tertutup maka tidak banyak kejadian-kejadian yang dialami. Sebagaimana M. Burhan yang mempunyai sifat dan pembawaan sama dengan A. Dimyati.

K. H. Busyro Syuhada pernah menjadi guru pencak untuk kalangan bangsawan dan keluarga Kraton Yogyakarta. Salah satu diantara muridnya adalah R.M. Harimurti, seorang pangeran kraton, yang dikemudian hari beberapa muridnya mendirikan perguruan–perguruan pencak silat yang beraliran Harimurti.

Kauman, Seranoman dan Kasegu

Pendekar Besar KH Busyro Syuhada memberi wewenang kepada pendekar binaannya, A. Dimyati dan M. Wahib untuk membuka perguruan dan menerima murid. Perguruan baru yang didirikan pada tahun 1925 itu diberi nama Perguruan "Kauman", yang beraliranBanjaran.

Perguruan Kauman mempunyai peraturan bahwa murid yang telah selesai menjalani pendidkan dan mampu mengembangkan ilmu pencak silat diberikan kuasa untuk menerima murid.

M. Syamsuddin yang menjadi murid kepercayaan Pendekar Besar M..Wahib diangkat sebagai pembantu utama; dan dizinkan menerima murid. Kemudian mendirikan perguruan ”Seranoman". Perguruan Kauman menetapkan menerima siswa baru, setelah siswa tadi lulus menjadi murid di Seranoman. Perguruan Seranoman melahirkan pendekar muda Moh. Zahid, yang juga lulus menjalani pendidikan di perguruan Kauman. Moh. Zahid yang menjadi murid angkatan ketiga (3) bahkan berhasil pula mengembangkan pencak silat yang berintikan kecepatan; kegesitan, dan ketajaman gerak. Tetapi murid ketiga ini pada tahun 1948, wafat pada usia yang masih sangat muda. Tidak sempat mendirikan perguruan baru tetapi berhasil melahirkan murid, Moh. Barie lrsjad.

Pendekar Besar KH Busyro Syuhada berpulang ke Rahmatullah pada bulan Ramadhan 1942. Pendekar Besar KH Busyro Syuhada bahkan tidak sempat menyaksikan datangnya perwira Jepang, Makino, pada tahun 1943 yang mengadu ilmu beladirinya dengan pencak silat andalannya. Makino mengakui kekurangannya dan menyatakan menjadi murid Perguruan Kauman sekaligus menyatakan masuk Islam kemudian berganti nama menjadi Omar Makino. Pada tahun 1948 Pendekar Besar KH Burhan gugur bersama dengan 20 muridnya dalam pertempuran dengan tentara Belanda di barat kota Yogyakarta. Kehilangan besar pesilatnya menjadikan perguruan Kauman untuk beberapa sa’at berhenti kegiatannya dan tidak menampakkan akan muncul lagi Pendekar. Moh. Barie lrsjad sebagai murid angkatan keenam (6) yang dinyatakan lulus dari tempaan ujian Pendekar M. Zahid, M. Syamsuddin, M. Wahib dan A. Dimyati kemudian dalam perkembangan berikutnya mendirikan perguruan "Kasegu"

Kalau perguruan-perguruan sebelumnya diberi nama sesuai dengan tempatnya. Perguruan Kasegu diberikan nama sesuai dengan senjata yang diciptakan oleh Pendekar Moh. Barie Irsjad.

Lahirnya Tapak Suci

Moh. Barie lrsjad akhirnya mengeluarkan gagasan agar semua aliran Banjaran yang sudah berkembang dan terpecah-pecah dalam berbagai perguruan, disatukan kembali ke wadah tunggal.

Pendekar Besar M. Wahib merestui berdirinya satu Perguruan yang menyatukan seluruh perguruan di Kauman. Restu diberikan dengan pengertian Perguruan nanti adalah kelanjutan dari Perguruan Kauman yang didirikan pada tahun 1925 yang berkedudukan di Kauman.

Pendekar M. Wahib mengutus 3 orang muridnya. dan M. Syamsuddin mengirim 2 orang muridnya untuk bergabung. Maka Pendekar M. Barie Irsjad bersama sembilan anak murid menyiapkan segala sesuatunya untuk mendirikan Perguruan.

Dasar-dasar perguruan Kauman yang dirancang oleh Moh. Barie lrsjad, Moh. Rustam Djundab dan Moh. Djakfal Kusuma menentukan nama Tapak Suci. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga dikonsep oleh Moh Rustam Djundab. Do’a dan lkrar disusun oleh H. Djarnawi Hadikusuma. Lambang Perguruan diciptakan oleh Moh. Fahmie Ishom, lambang Anggota diciptakan oleh Suharto Suja', lambang Regu Inti "Kosegu" diciptakan Adjib Hamzah. Sedang bentuk dan warna pakaian dibuat o!eh Moh. Zundar Wiesman dan Anis Susanto. Maka pada tanggal 31 Juli 1963 lahirlah Perguruan Seni Beladiri Indonesia Tapak Suci
17662/5 <109+?> 4. Nyi RNgt. Satibi [Setrodrono]
17763/5 <109+?> 5. Nyi RNgt. Sangidah [Setrodrono]
17864/5 <109+?> 6. Nyi RNgt. Hafsah [Setrodrono]
17965/5 <109+?> 7. R. Kyai Muh. Nuh [Setrodrono]
18066/5 <109+?> 8. Nyi RNgt. Siti Maryam [Setrodrono]
18167/5 <109+?> 9. R. Kyai Abu Amar [Setrodrono]
Catatan Admin : Endang Suhendar alias Idang


SEJARAH SINGKAT PERGURUAN SILAT TAPAK SUCI

Di Banjarnegara, Jawa Tengah, Kiyai Haji (K.H.) Syuhada pada tahun 1872 memiliki seorang putera yang diberi nama Ibrahim. Sejak kecil ia menerima ilmu pencak dari ayahnya. Ibrahim tumbuh menjadi Pendekar yang menguasai pencak ragawi dan batin / inti tetapi sekaligus Ulama yang menguasai banyak ilmu, kemudian berganti nama menjadi K.H. Busyro Syuhada.

Pada awalnya K.H.Busyro Syuhada mempunyai 3 murid, yaitu : •Achyat ( adik misan ), yang kemudian dikenal dengan K.H. Burhan •M.Yasin ( adik kandung ), yang dikenal dengan K.H. Abu Amar Syuhada •Soedirman, yang dikemudian hari mencapai pangkat Jenderal dan pendiri Tentara Nasional Indonesia, bahkan bergelar Panglima Besar Soedirman.

Pada tahun 1921 di Yogyakarta, bertemulah K.H. Busyro Syuhada dengan kakak beradik Ahmad Dimyati dan Muhammad Wahib. Dalam kesempatan itu mereka adu ilmu pencak antara M. Wahib dan M. Burhan. Kemudian A. Dirnyati dan M. Wahib dengan pengakuan yang tulus mengangkat K.H. Busyro Syuhada sebagai guru dan mewarisi ilmu pencak dari K.H. Busyro Syuhada yang kemudian menetap di Kauman. Menelusuri jejak gurunya, Ahmad Dimyati mengembara ke barat sedang M. Wahib mengembara ketimur sampai ke Madura untuk menjalani adu kaweruh ( uji ilmu ). Pewaris ilmu banjaran, mewarisi juga sifat-sifat gurunya M. Wahib sebagaimana K.H. Busyro Syuhada, bersifat keras, tidak kenal kompromi, suka adu kaweruh. Untuk itu sangat menonjol nama M. Wahib dari pada A. Dimyati. Sedang A. Dimyati yang banyak dikatakan ilmunya lebih tangguh dari pada adiknya M. Wahib tetapi karena pendiam dan tertutup maka tidak banyak kejadian-kejadian yang dialami. Sebagaimana M. Burhan yang mempunyai sifat dan pembawaan sama dengan A. Dimyati.

K. H. Busyro Syuhada pernah menjadi guru pencak untuk kalangan bangsawan dan keluarga Kraton Yogyakarta. Salah satu diantara muridnya adalah R.M. Harimurti, seorang pangeran kraton, yang dikemudian hari beberapa muridnya mendirikan perguruan–perguruan pencak silat yang beraliran Harimurti.

Kauman, Seranoman dan Kasegu

Pendekar Besar KH Busyro Syuhada memberi wewenang kepada pendekar binaannya, A. Dimyati dan M. Wahib untuk membuka perguruan dan menerima murid. Perguruan baru yang didirikan pada tahun 1925 itu diberi nama Perguruan "Kauman", yang beraliranBanjaran.

Perguruan Kauman mempunyai peraturan bahwa murid yang telah selesai menjalani pendidkan dan mampu mengembangkan ilmu pencak silat diberikan kuasa untuk menerima murid.

M. Syamsuddin yang menjadi murid kepercayaan Pendekar Besar M..Wahib diangkat sebagai pembantu utama; dan dizinkan menerima murid. Kemudian mendirikan perguruan ”Seranoman". Perguruan Kauman menetapkan menerima siswa baru, setelah siswa tadi lulus menjadi murid di Seranoman. Perguruan Seranoman melahirkan pendekar muda Moh. Zahid, yang juga lulus menjalani pendidikan di perguruan Kauman. Moh. Zahid yang menjadi murid angkatan ketiga (3) bahkan berhasil pula mengembangkan pencak silat yang berintikan kecepatan; kegesitan, dan ketajaman gerak. Tetapi murid ketiga ini pada tahun 1948, wafat pada usia yang masih sangat muda. Tidak sempat mendirikan perguruan baru tetapi berhasil melahirkan murid, Moh. Barie lrsjad.

Pendekar Besar KH Busyro Syuhada berpulang ke Rahmatullah pada bulan Ramadhan 1942. Pendekar Besar KH Busyro Syuhada bahkan tidak sempat menyaksikan datangnya perwira Jepang, Makino, pada tahun 1943 yang mengadu ilmu beladirinya dengan pencak silat andalannya. Makino mengakui kekurangannya dan menyatakan menjadi murid Perguruan Kauman sekaligus menyatakan masuk Islam kemudian berganti nama menjadi Omar Makino. Pada tahun 1948 Pendekar Besar KH Burhan gugur bersama dengan 20 muridnya dalam pertempuran dengan tentara Belanda di barat kota Yogyakarta. Kehilangan besar pesilatnya menjadikan perguruan Kauman untuk beberapa sa’at berhenti kegiatannya dan tidak menampakkan akan muncul lagi Pendekar. Moh. Barie lrsjad sebagai murid angkatan keenam (6) yang dinyatakan lulus dari tempaan ujian Pendekar M. Zahid, M. Syamsuddin, M. Wahib dan A. Dimyati kemudian dalam perkembangan berikutnya mendirikan perguruan "Kasegu"

Kalau perguruan-perguruan sebelumnya diberi nama sesuai dengan tempatnya. Perguruan Kasegu diberikan nama sesuai dengan senjata yang diciptakan oleh Pendekar Moh. Barie Irsjad.

Lahirnya Tapak Suci

Moh. Barie lrsjad akhirnya mengeluarkan gagasan agar semua aliran Banjaran yang sudah berkembang dan terpecah-pecah dalam berbagai perguruan, disatukan kembali ke wadah tunggal.

Pendekar Besar M. Wahib merestui berdirinya satu Perguruan yang menyatukan seluruh perguruan di Kauman. Restu diberikan dengan pengertian Perguruan nanti adalah kelanjutan dari Perguruan Kauman yang didirikan pada tahun 1925 yang berkedudukan di Kauman.

Pendekar M. Wahib mengutus 3 orang muridnya. dan M. Syamsuddin mengirim 2 orang muridnya untuk bergabung. Maka Pendekar M. Barie Irsjad bersama sembilan anak murid menyiapkan segala sesuatunya untuk mendirikan Perguruan.

Dasar-dasar perguruan Kauman yang dirancang oleh Moh. Barie lrsjad, Moh. Rustam Djundab dan Moh. Djakfal Kusuma menentukan nama Tapak Suci. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga dikonsep oleh Moh Rustam Djundab. Do’a dan lkrar disusun oleh H. Djarnawi Hadikusuma. Lambang Perguruan diciptakan oleh Moh. Fahmie Ishom, lambang Anggota diciptakan oleh Suharto Suja', lambang Regu Inti "Kosegu" diciptakan Adjib Hamzah. Sedang bentuk dan warna pakaian dibuat o!eh Moh. Zundar Wiesman dan Anis Susanto. Maka pada tanggal 31 Juli 1963 lahirlah Perguruan Seni Beladiri Indonesia Tapak Suci
18268/5 <109+?> 10. R. Kyai Muh Haq [Setrodrono]
18369/5 <109+?> 11. Nyi RNgt. Koningah [Setrodrono]
18470/5 <109+?> 12. R. Kyai Muh.Muqodas [Setrodrono]
18571/5 <109+?> 13. R. Kyai Muh. Aqib [Setrodrono]
18672/5 <109+?> 14. R. Kyai Mutaqo [Setrodrono]
18773/5 <109+?> 15. Nyi RNgt. Siti Amroh [Setrodrono]
18874/5 <109+?> 16. R. Kyai Muh Husni Muqofa [Setrodrono]
18975/5 <109+?> 17. R. Kyai Kamilah [Setrodrono]
19076/5 <114> Syeikh Abdul Malik [Hamengku Buwono III]
Tokoh

SYEIKH MUHAMMAD ABDUL MALIK (Mursyid Sederhana dan Penyayang Santri Miskin)


Purwokerto adalah ibukota kabupaten Banyumas, Jawa Tengah yang terletak di selatan Gunung Slamet, salah satu gunung berapi yang masih aktif di pulau Jawa. Purwokerto merupakan salah satu pusat perdagangan dan pendidikan di kawasan selatan Jawa Tengah.

Sementara kabupaten Banyumas sendiri merupakan sebuah kawasan kebudayaan yang memiliki ciri khas tertentu di antara keanekaragaman budaya Jawa yang disebut sebagai budaya Banyumasan. Ciri khas ini ditandai dengan kekhasan dialek bahasa, citra seni dan tipologi masyarakatnya.

Bentang alam wilayah banyumasan berupa dataran tinggi dan pegunungan serta lembah-lembah dengan bentangan sungai-sungai yang menjamin kelangsungan pertanian dengan irigasi tradisional. kondisi yang demikian membenarkan kenyataan kesuburan wilayah ini (gemah ripah loh jinawi).

Dulunya, kawasan ini adalah tempat penyingkiran para pengikut Pangeran Diponegoro setelah perlawanan mereka dipatahkan oleh Kompeni Belanda. Maka tidak aneh, bila hingga masa kini masih terdapat banyak sekali keluarga-keluarga yang memiliki silsilah hingga Pangeran Diponegoro dan para tokoh pengikutnya.

Keluarga-keluarga keturunan Pangeran Diponegoro dan tokoh-tokohnya yang telah menyingkir dari pusat kerajaan Matararam waktu itu, kemudian menurunkan para pemimpin bangsa dan tokoh-tokoh ulama hingga saat ini.

Salah satu dari sekian banyak tokoh ulama keturunan Pangeran Diponegoro di kawasan Banyumas ini adalah Syekh Abdul Malik bin Muhammad Ilyas, Mursyid Thariqoh Naqsyabandiyah Kholidiyah dan Thariqoh Syadzaliyah di Jawa Tengah.

Silsilah dan Pendidikan Sudah menjadi tradisi di kawasan Banyumasan kala itu, apabila ada seorang ibu hendak melahirkan, maka dihamparkanlah tikar di atas lantai sebagai tempat bersalin. Suatu saat ada seorang ibu yang telah mempersiapkan persalinannya sesuai tradisi tersebut, namun rupanya sang bayi tidak juga kunjung terlahir. Melihat hal ini, maka sang suami segera memerintahkan istrinya untuk pindah ke tempat tidur dan menjalani persalinan di atas ranjang saja. Tak berapa lama terlahirlah seorang bayi mungil yang kemudian dinamakan Muhammad Ash'ad, artinya Muhammad yang naik (dari tikar ke tempat tidur). Peristiwa ini terjadi di Kedung Paruk Purwokerto, pada hari Jum'at, tanggal 3 Rajab tahun 1294 H. (1881 M.) Nama lengkapnya adalah Muhammad Ash'ad bin Muhammad Ilyas. Kelak bayi mungil ini lebih dikenal sebagai Syeikh Muhammad Abdul Malik Kedung Paruk Purwokerto.

Beliau merupakan keturunan Pangeran Diponegoro berdasarkan ”Surat Kekancingan” (semacam surat pernyataan kelahiran) dari pustaka Kraton Yogyakarta dengan rincian Muhammad Ash’ad, Abdul Malik bin Muhammad Ilyas bin Raden Mas Haji Ali Dipowongso bin HPA. Diponegoro II bin HPA. Diponegoro I (Abdul Hamid) bin Kanjeng Sultan Hamengku Buwono III Yogyakarta. Nama Abdul Malik diperoleh dari sang ayah ketika mengajaknya menunaikan ibadah haji bersama.

Sejak kecil, Abdul Malik memperoleh pengasuhan dan pendidikan secara langsung dari kedua orang tuanya. Setelah belajar al-Qur'an kepada ayahnya, Abdul Malik diperintahkan untuk melanjutkan pendidikannya kepada Kyai Abu bakar bin Haji Yahya Ngasinan, Kebasen, Banyumas.

Selain itu, ia juga memperoleh pendidikan dan pengasuhan dari saudara-saudaranya yang berada di Sokaraja,sebuah kecamatan di sebelah timur Purwokerto. Di Sokaraja ini terdapat saudara Abdul Malik yang bernama Kyai Muhammad Affandi, seorang ulama sekaligus saudagar kaya raya. Memiliki beberapa kapal haji yang dipergunakan untuk perjalanan menuju Tanah Suci.

Ketika menginjak usia 18 tahun, Abdul Malik dikirim ke Tanah Suci untuk menimba ilmu agama. Di sana ia mempelajari berbagai didiplin ilmu agama, seperti Tafsir, Ulumul Qur'an, Hadits, Fiqih, Tasawuf dan lain-lain. Pada tahun 1327 H. Abdul Malik pulang ke kampung halaman setelah kurang lebih 15 tahun belajar di Tanah Haram. Selanjutnya ia berkhidmat kepada kedua orang tuanya yang sudah sepuh (lanjut usia). Lima tahun kemudian (1333 H.) ayahandanya (Muhammad Ilyas) meninggal dalam usia 170 tahun dan dimakamkan di Sokaraja.

Sepeninggal ayahnya, Abdul Malik muda berkeinginan melakukan perjalanan ke daerah-daerah sekitar Banyumas, seperti Semarang, Pekalongan, Yogyakarta dengan berjalan kaki. Perjalanan ini diakhiri tepat pada seratus hari wafatnya sang ayah. Abdul Malik kemudian tinggal dan menetap di Kedung Paruk bersama ibundanya, Nyai Zainab. Sejak saat ini, ia kemudian lebih dikenal sebagai Syeikh Abdul Malik Kedung Paruk.

Guru-Guru Syeikh Abdul Malik mempunyai banyak guru, baik selama belajar di Tanah Air maupun di Tanah Suci. Di antara guru-gurunya adalah Syekh Muhammad Mahfudz bin Abdullah at-Tirmisi al-Jawi, Sayyid Umar as-Syatha' dan Sayyid Muhammad Syatha', keduanya merupakan ulama besar Makkah dan Imam Masjidil Haram dan Sayyid Alwi Syihab bin Shalih bin Aqil bin Yahya.

Sebelum berangkat ke tanah Suci, Syeikh Abdul Malik sempat berguru kepada Kyai Muhammad Sholeh bin Umar Darat Semarang, Sayyid Habib Ahmad Fad'aq (seorang ulama besar yang berusia cukup panjang, wafat dalam usia 141 tahun), Habib 'Aththas Abu Bakar al-Atthas; Habib Muhammad bin Idrus al-Habsyi, Surabaya; Sayyid Habib Abdullah bin Muhsin Al-Atthas Bogor.

Sanad Thoriqah Naqsabandiyah Kholidiyah diperolehnya secara langsung dari sang ayah, Syaikh Muhammad Ilyas; sedangkan sanad Thoriqah Sadzaliyah didapatkannya dari Sayyid Ahmad Nahrawi Al-Makki (Mekkah).

Selama bermukim di Makkah, Syeikh Abdul Malik diangkat oleh pemerintah Arab Saudi sebagai Wakil Mufti Madzhab Syafi'i, diberi kesempatan untuk mengajar berbagai ilmu agama termasuk, tafsir dan qira'ah sab'ah. Sempat menerima kehormatan berupa rumah tinggal yang terletak di sekitar Masjidil Haram atau tepatnya di dekat Jabal Qubes.

Menurut beberapa santrinya, Syekh Abdul Malik sebenarnya tinggal di Makkah selama kurang lebih 35 tahun, tetapi tidak dalam suatu waktu. Di samping belajar di tanah Suci selama 15 tahun, ia juga seringkali membimbing jamaah haji Indonesia asal Banyumas, bekerjasama dengan Syeikh Mathar Makkah. Aktivitas ini dilakukan dalam waktu yang relatif lama, jadi sebenarnya, masa 35 tahun itu tidaklah mutlak.

Perjuangan Fisik Adalah tidak benar, jika para ulama ahli tasawuf disebut sebagai para pemalas, bodoh, kumal dan mengabaikan urusan-urusan duniawi. Meski tidak berpakaian Necis, namun mereka senantiasa tanggap terhadap berbagai kejadian yang ada di sekitarnya. Ketika zaman bergolak dalam revolusi fisik untuk melepaskan diri dari belenggu penjajahan bangsa asing, para ulama ahli Thoriqoh senyatanya juga turut berjuang dalam satu tarikan nafas demi memerdekakan bangsanya.

Pada masa-masa sulit zaman penjajahan Belanda dan Jepang, Syeikh Abdul Malik senantiasa gigih berdakwah. Karena aktivitasnya ini, maka ia pun menjadi salah satu target penangkapan tentara-tentara kolonial. Mereka sangat khawatir pada pengaruh dakwahnya yang mempengaruhi rakyat Indonesia untuk memberontak terhadap penjajah. Menghadapi situasi seperti ini, ia justru meleburkan diri dalam laskar-laskar rakyat. Sebagaimana Pangeran Diponegoro, leluhurnya yang berbaur bersama rakyat untuk menentang penjajahan Belanda, maka ia pun senantiasa menyuntikkan semangat perjuangan terhadap para gerilyawan di perbukitan Gunung Slamet.

Pada masa Gestapu, Syeikh Abdul Malik juga sempat ditahan oleh PKI. Bersamanya, ditangkap pula Habib Hasyim al-Quthban Yogyakarta, ketika sedang bepergian menuju daerah Bumiayu Brebes untuk memberikan ilmu kekebalan atau kesaktian kepada para laskar pemuda Islam. Dalam tahanan ini, Habib Hasyim al-Quthban mengalami shock dan akhirnya meninggal, sedangkan Syekh Abdul Malik masih hidup dan akhirnya dibebaskan.

Kepribadian Dalam hidupnya, Syeikh Abdul Malik memiliki dua amalan wirid utama dan sangat besar, yaitu membaca al-Qur’an dan Shalawat. Dikenal sebagai ulama yang mempunyai berkepribadian sabar, zuhud, tawadhu dan sifat-sifat kemuliaan yang menunjukan ketinggian akhlakul karimah. Maka amat wajarlah bila masyarakat Banyumas dan sekitarnya sangat mencintai dan menghormatinya.

Syeikh Abdul Malik adalah pribadi yang sangat sederhana, santun dan ramah kepada siapa saja. Beliau juga gemar sekali melakukan silaturrahim kepada murid-muridnya, terutama kepada mereka yang miskin atau sedang mengalami kesulitan hidup. Santri-santri yang biasa dikunjunginya ini, selain mereka yang tinggal di Kedung Paruk maupun di desa-desa sekitarnya seperti Ledug, Pliken, Sokaraja, dukuh waluh, Bojong, juga sanri-santri lain yang tinggal di tempat jauh.

Setiap hari Selasa pagi, dengan bersepeda, naik becak atau dokar, Syeikh Abdul Malik mengunjungi murid-muridnya untuk membagi-bagikan beras, uang dan terkadang pakaian, sambil mengingatkan kepada mereka untuk datang pada acara pengajian Selasanan. Acara ini merupakan forum silaturrahim bagi para pengikut Thoriqah Naqsyabandiyah Kholidiyah Kedung paruk yang diisi dengan pengajian dan tawajjuhan.

Syeikh Abdul Malik juga dikenal memiliki hubungan baik dengan para ulama dan habaib, Bahkan dianggap sebagai guru bagi mereka, seperti KH Hasan Mangli (Magelang), Habib Soleh bin Muhsin al-Hamid (Tanggul, Jember), Habib Ahmad Bafaqih (Yogyakarta), Habib Husein bin Hadi (Brani, Probolinggo), dan lain-lain.

Termasuk di antara para ulama yang sering berkunjung ke kediaman Syeikh Abdul Malik ini adalah Syeikh Ma’shum (Lasem, Rembang) yang sering mengaji kitab Ibnu Aqil Syarah Alfiyah Ibnu Malik sebagai tabarruk (meminta barakah) kepadanya. Demikian pula dengan Mbah Dimyathi (Comal, Pemalang), KH Kholil (Sirampog, Brebes), KH Anshori (Linggapura, Brebes), KH Nuh (Pageraji, Banyumas). Para ulama ini merupakan kiai-kiai yang hafal Al-Qur’an, namun tetap belajar ilmu al-Qur’an kepada Syeikh Muhammad Abdul Malik Kedung Paruk.

Sementara itu, murid-murid langsung dari Syeikh Abdul Malik di antaranya adalah KH Abdul Qadir, Kiai Sa’id, KH Muhammad Ilyas Noor (mursyid Thoriqah Naqsabandiyah Kholidiyah), KH Sahlan (Pekalongan), Drs. Ali Abu Bakar Bashalah (Yogyakarta), KH Hisyam Zaini (Jakarta), Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Yahya (Pekalongan), KH Ma’shum (Purwokerto) dan lain-lain.

Selain, menularkan ilmunya kepada santri-santi yang kemudian menjadi ulama dan pemimpin umat, Syeikh Abdul Malik juga memiliki santri-santri dari berbagai kalangan, seperti Haji Hambali Kudus, seorang pedagang yang dermawan dan tidak pernah rugi dalam aktivitas dagangnya dan Kyai Abdul Hadi Klaten, seorang penjudi yang kemudian bertaubat dan menjadi hamba Allah yang shaleh dan gemar beribadah.

Keluarga Syeikh Muhammad Abdul Malik bin Muhammad Ilyas menikahi tiga orang istri, dua di antaranya dikaruniai keturunan. Istri pertamanya adalah Nyai Hajjah Warsiti binti Abu Bakar yang lebih dikenal dengan nama Mbah Johar. Seorang wanita terpandang, puteri gurunya, K Abu Bakar bin H Yahya Kelewedi Ngasinan, Kebasen. Istri pertama ini kemudian dicerai setelah dikaruniai seorang anak lelaki bernama Ahmad Busyairi (wafat tahun 1953, pada usia sekitar 30 tahun).

Ada sebuah cerita unik tentang putera pertamanya ini. Ahmad Busyairi adalah seorang pemuda yang meninggal dunia sebelum sempat menikah. Suatu hari Syeikh Abdul Malik berkata padanya, ”Nak, besok kamu menikah di surga saja ya?” Mendengar ayahnya bertutur demikian, muka Busyairi terlihat ceria dan hatinya merasa sangat gembira. Beberapa waktu kemudian, ia meninggal sebelum berkesempatan menikah.

Istri kedua Syeikh Abdul Malik adalah Mbah Mrenek, seorang janda kaya raya dari desa Mrenek, Maos Cilacap. Pernikahan ini tidak dikaruniai anak. Istimewanya, suatu hari Syeikh Abdul Malik hendak menceraikannya, namun Mbah Mrenek berkata, ”Pak Kyai, meskipun Panjenengan (Anda) tidak lagi menyukai saya, tapi tolong jangan ceraikan saya. Yang penting saya diakui menjadi istri Anda, dunia dan akhirat.” Mendengar permintaan ini, Syeikh Abdul Malik pun tidak jadi menceraikannya.

Sedangkan istri ketiga-nya adalah Nyai Hj. Siti Khasanah, seorang wanita cantik dan shalihah, tetangganya sendiri. Pernikahan ini, dikaruniai seorang anak perempuan bernama Hj. Siti Khairiyyah yang wafat empat tahun sepeninggal Syekh Abdul Malik. Dari puterinya inilah nasab Syeikh Abdul Malik diteruskan.

Pesan dan Berpulang Salah seorang cucu Syeikh Abdul Malik mengatakan, ada tiga pesan dan wasiat yang disampaikan Beliau kepada cucu-cucunya. Pertama, jangan meninggalkan shalat. Tegakkan shalat sebagaimana telah dicontohkan Rasululah SAW. Lakukan shalat fardhu pada waktunya secara berjama'ah. Perbanyak shalat sunnah serta ajarkan kepada para generasi penerus sedini mungkin.

Kedua, jangan tinggalkan membaca al-Qur'an. Baca dan pelajari setiap hari serta ajarkan sendiri sedini mungkin kepada anak-anak. Sebarkan al-Qur'an di mana pun berada. Jadikan sebagai pedoman hidup dan lantunkan dengan suara merdu. Hormati orang-orang yang hafal al-Qur'an dan qari'-qari'ah serta muliakan tempat-tempat pelestariannya.

Ketiga, jangan tinggalkan membaca shalawat, baca dan amalkan setiap hari. Contoh dan teladani kehidupan Rasulullah SAW serta tegakkanlah sunnah-sunnahnya. Sebarkan bacaan shalawat Rasulullah, selamatkan dan sebarluaskan ajarannya.

Pada hari Kamis, 21 Jumadil Akhir 1400 H. yang bertepatan dengan 17 April 1980 M. sekitar pukul 18.30 WIB (malam Jum’at), Syekh Abdul Malik meminta izin kepada istrinya untuk melakukan shalat Isya' dan masuk ke dalam kamar khalwat-nya. Tiga puluh menit kemudian, salah seorang cucunya mengetuk kamar tersebut, namun tidak ada jawaban. Setelah pintu dibuka, rupanya sang mursyid telah berbaring dengan posisi kepala di utara dan kaki di selatan, tanpa sehela nafas pun berhembus. Syeikh Abdul Malik kemudian dimakamkan pada hari Jum’at, selepas shalat Ashar di belakang Masjid Bahaul Haq wa Dhiyauddin Kedung Paruk, Purwokerto. (Zakki Amali/syf)
19277/5 <92> 3. Raden Ayu Samsilah (P.Praja Ambon) [Hamengku Buwono III]
19378/5 <92> 4. Ibrahim (Ktr Gub. Ambon) [Hamengku Buwono]
19479/5 <115> 1. RM. Abd Hamid [Hamengku Buwono]
19580/5 <115> 2. RM. Abd. Rachman (Ambon) [Hamengku Buwono]
19681/5 <115> 3. RM. Abd. Gafur (Tasikmalaya) [Hamengku Buwono]
19782/5 <115> 4. RM. Ismail [Hamengku Buwono]
19883/5 <115> 5. RA. Kalsum [Hamengku Buwono]
19984/5 <115> 6. RA. Mudjani (Ambon) [Hamengku Buwono]
20085/5 <115> 7. RM. Abdullah (Polisi Magelang) [Hamengku Buwono]
20186/5 <115> 8. RM. Achmad (Djaw Peladjaran Tj Priok) [Hamengku Buwono]
20287/5 <115> 9. RM. Abd. Gani (Ambon) [Hamengku Buwono]
20388/5 <116> 1. Raden Mas Abdul Radjak (Makassar) [Hamengku Buwono III]
20489/5 <116> 2. Raden Mas Abdul Gafur (Tj Priok) [Hamengku Buwono III]
20590/5 <116> 3. Raden Ayu Ramlah (Ambon) [Hamengku Buwono III]
20691/5 <117> 1. Raden Mas Abdul Mutalib (Ambon) [Hamengku Buwono III]
20792/5 <117> 2. RM. Abdul Manap (Ambon) [Hamengku Buwono]
20893/5 <119> 1. RM. Muhammad [Hamengku Buwono]
20994/5 <119> 2. RA. Sakilah [Hamengku Buwono]
21095/5 <119> 3. RA. Timur (Bandung) [Hamengku Buwono]
21196/5 <93> 1. RM. Nursewan [Hamengku Buwono]
21297/5 <93> 2. RA. Hartati [Hamengku Buwono]
21398/5 <94> 2. RM. Said [Hamengku Buwono]
21499/5 <94> 3. RM. Abd. Rachman [Hamengku Buwono]
215100/5 <94> 5. RA. Fatma (Surabaya) [Hamengku Buwono]
216101/5 <95> 1. RA. Nurani (Ambon) [Hamengku Buwono]
217102/5 <95> 2. RM. Samaun [Hamengku Buwono]
218103/5 <95> 3. RM. Said (Tj Priok) [Hamengku Buwono]
219104/5 <95> 4. RA. Dinar [Hamengku Buwono]
220105/5 <95> 5. RM. Abdullah [Hamengku Buwono]
221106/5 <95> 6. RA. Djasian (Tj. Priok) [Hamengku Buwono]
222107/5 <99> 3. RM. Indra Djohan Diponegoro (Jakarta) [Hamengku Buwono]
223108/5 <100> 1. RA. Supatmi Diponegoro (Ambon) [Hamengku Buwono]
224109/5 <100> 2. RM. Muhammad Diponegoro [Hamengku Buwono]
225110/5 <100> 3. RA. Pawon (Bandung) [Hamengku Buwono]
226111/5 <100> 4. RA. Djahro (Ambon) [Hamengku Buwono]
227112/5 <100> 5. RA. Neng [Hamengku Buwono]
228113/5 <100> 6. RA. Samsirin (Ambon) [Hamengku Buwono]
232114/5 <120+17> Raden Mas Prawironingrat [Paku Alam III]
233115/5 <120+17> Raden Mas Notoningrat Soetjipto [Paku Alam III]
234116/5 <120+17> Raden Mas Soeprapto [Paku Alam III] 235117/5 <120+17> R. A. Martodirdjo [Paku Alam III]
236118/5 <120+17> Raden Mas Soerojo Sosroningrat [Paku Alam III]
237119/5 <120+17> R. A. Soekapsilah [Paku Alam III]
238120/5 <120+17> Raden Mas Soejatmo [Paku Alam III]
241121/5 <120+17> Raden Mas Santjojo Sosroningrat [Paku Alam III]
242122/5 <120+17> R. A. Catharina Soekirin Sosroningrat [Paku Alam III]

6

2441/6 <148+?> 2. H. R. Sanusi (Momo) [Hamengku Buwono]
الميلاد: Gunung Batu
الزواج:
2452/6 <148+?> 3. Drs. HR. Entjep Wahab [Hamengku Buwono]
الميلاد: Jakarta
2483/6 <121+126!> 5. RA. Hj. Siti Halimah [Hamengku Buwono]
الميلاد: Ciawi
2504/6 <121+?> 10. RA. Siti Mu'minah [Hamengku Buwono]
الدفن: Pemakaman Kaum Seuseupan-Ciawi-Bogor
2695/6 <135> 2. R. H. Uneng Suriadirdja [Hamengku Buwono]
الميلاد: Berputra 6 orang (belum terlacak)
3536/6 <170> RA. Miranda Diponegoro (aim) [Hamengku Buwono]
الميلاد: Jakarta (150650)
== ASAL-USUL ==

Image:Kraton3.jpg SILSILAH KELUARGA (Pancer Bapak)

#0. KANJENG SULTAN HAMENGKU BUWANA KAPING III ING NGAYOGYAKARTA 
#1. BPH. Dipanegara 
#2. Pangeran Abdul Madjid Diponegoro
#3. Pangeran Abdullah Diponegoro
#4. RM Ahmad Diponegoro
#5. RM Iskandar Johan Diponegoro
#6. RA Miranda Diponegoro

- Terlampir Kekancingan -


PENDIDIKAN

- 
-
-
-


PEKERJAAN/PROFESI

-
-
-
-

FOTO KELUARGA

I. KUNJUNGAN KE KERATON YOGYAKARTA (Yogya, 20 Oktober 2012)


Atas undangan Adik kandung Sultan HB-X yaitu GBPH. Joyokusumo, pada Oktober 2012 kami yang berjumlah kurang lebih 20 orang melakukan kunjungan ke Keraton Yogyakarta. Agenda utama kunjungan antara lain :

  • Silaturahmi Keluarga Pangeran Diponegoro dengan Pihak Keraton Yogyakarta;
  • Membahas Kekancingan Keluarga (Semacam Sertifikat / Surat Pengukuhan Hak) yg dikeluarkan oleh Tepas Darah Dalem;
  • Pembentukan Nama Organisasi Keturunan Pangeran Diponegoro;
  • Masalah-masalah lain keluarga.

Dalam acara kunjungan ini Gusti Joyokusumo didampingi BRAy. Hj. Nuraida/BRAy. Joyokusumo bercerita banyak tentang kondisi Keraton, kondisi kesehatan Gusti Joyo dan sekilas tentang tatakrama Keraton. Dalam kesempatan ini juga kami semua diajak berkeliling oleh BRAy. Joyokusumo mengenai isi Keraton serta sejarahnya, juga berkunjung ke Museum Kereta Kencana Keraton. Pada jamuan makan siang, kami diperkenankan mencicipi kue hidangan pembuka kesukaan dan tradisi Sultan-sultan Yogyakarta yang bernama "Kue Rondo Mendem" semacam "Pancake" juga dihidangkan minuman "Stuff Jambu Merah" khas Keraton Yogyakarta.

Keraton Yogya-1
Keraton Yogya-1
Keraton Yogya-2
Keraton Yogya-2
Keraton Yogya-3
Keraton Yogya-3
Keraton Yogya-6
Keraton Yogya-6
Keraton Yogya-9
Keraton Yogya-9
Keraton Yogya-10
Keraton Yogya-10

II. PENTAS PENGASINGAN SANG PANGERAN Ke 1 (Magelang, 8 Januari 2014)


Magelang-13
Magelang-13
Magelang-14
Magelang-14
Magelang-15
Magelang-15
Magelang-16
Magelang-16


III. UNDANGAN IKA UNDIP (Senayan City, 27 Januari 2014)


Ika-Undip-1
Ika-Undip-1
Ika-Undip-2
Ika-Undip-2
Ika-Undip-3
Ika-Undip-3
Ika-Undip-4
Ika-Undip-4
Ika-Undip-5
Ika-Undip-5
Ika-Undip-6
Ika-Undip-6
Ika-Undip-7
Ika-Undip-7
Ika-Undip-8
Ika-Undip-8
Ika-Undip-9
Ika-Undip-9
Ika-Undip-10
Ika-Undip-10
Ika-Undip-11
Ika-Undip-11
Ika-Undip-12
Ika-Undip-12


  • IV. PENTAS PENGASINGAN SANG PANGERAN KE 2 (Bentara Budaya Jakarta, 6 Maret 2014)

BBJ-1
BBJ-1
BBJ-2
BBJ-2
BBJ-3
BBJ-3
BBJ-4
BBJ-4
BBJ-5
BBJ-5
BBJ-6
BBJ-6
BBJ-7
BBJ-7
BBJ-8
BBJ-8
BBJ-9
BBJ-9
BBJ-10
BBJ-10
BBJ-11
BBJ-11
BBJ-12
BBJ-12
BBJ-13
BBJ-13
BBJ-14
BBJ-14
BBJ-15
BBJ-15
BBJ-16
BBJ-16
3037/6 <156> R. DR. Harto Purwowasono Diponegoro / Romo Dipo [Hamengku Buwono]
الميلاد: 1878, Makasar (Sumber : Majalah Femina)
الميلاد: ~ 1901
الوفاة: 8 يناير 1985, Plumbon-Tawangmangu-Karanganyar, Solo
Catatan Admin : Endang Suhendar alias Idang


فهرست

ASAL-USUL

RADEN DOKTOR HARTO PURWOWASONO DIPONEGORO alias Hertog, lahir di ....... pada tahun ........ 
putra ke 1 dari 1 bersaudara dari pasangan orang tua RADEN HARYODIPO HADIKUSUMO (PANGERAN GRINGSING III)
(Generasi ke 5 dari Sultan HB-III) dengan ............................... (asal........................)
menikah pada .................19.. dengan POENISRI dan ............... dikaruniai 10 orang putra/putri :
1. R. Ngt Sri Dewi 
2. R. Heno Erlangga, SH. 

3. R. Putra Wisnu Agung Diponegoro
4. R. Ngt. Gusti Laksmi Maha Dewi Sri Diponegoro 
5. R. Ngt. Gusti Maya Brahma Diponegoro
6. R. Nalendro Wibowo Diponegoro
7. R. Ngt. Dwi Wahyuni Kusuma Wardhani Diponegoro
8. R. Putra Kusuma Wardhana Diponegoro
9. R. Kesuma Hendra Putra Diponegoro
10. R. Ngt. Putri Laksmini Murni Diponegoro 
Image:Kraton2.jpg  SILSILAH KELUARGA (Dari Pancer Bapak)

#0. KANJENG SULTAN HAMENGKU BUWANA KAPING III ING NGAYOGYAKARTA
#1. BPH. Diponegoro
#2. RM. Djonet Dipomenggolo
#3. RM. Harjo Dipotjokromenggolo
#4. RM. Harjo Dipotjokro Hadimenggolo
#5. RM. Harjo Dipo Hadikusumo
#6. R. DR. Harto Purwowasono Diponegoro
   
 - Terlampir Kekancingan -

PENDIDIKAN

- SD
- SMP
- SMA
- S3

PEKERJAAN

DOKUMENTASI

Image:harto-0.jpg               Image:harto-2.jpg              Image:harto-3.jpg    
 R. DR. HARTO PURWOWASONO DIPONEGORO    NY. POENISRI    
Image:harto-4.jpgImage:harto-5.jpg        
LOKASI PEMAKAMAN EYANG R. DR. HARTO PURWOWASONO : DESA PLUMBON - TAWANGMANGU-KARANGANYAR,SOLO
2578/6 <122+?> 1. R. H. Yasin [Hamengku Buwono]
الميلاد: 1895c
LAMBANG           KABUPATEN KARAWANG
LAMBANG KABUPATEN KARAWANG
2819/6 <144+?> 1. RTmg. Panji Suradhiningrat (Wadana Krawang) [Hamengku Buwono]
الميلاد: 1896c
العمل: 26 أغسطس 1921 - 26 فبراير 1925, Wedana Karawang
Catatan Admin : Endang Suhendar alias Idang

Raden Toemengoeng Pandji Soeradhiningrat adalah putra RA. M. Suradhiningrat (Tjandraningrat) bin RTA Suradimanggala (Bupati Bogor Tahun 1876-1884). Beliau juga Generasi ke 5 dari Pangeran Diponegoro melalui neneknya RAy Gondomirah binti RM. Haryo Dipomenggolo bin RM. Djonet Dipomenggolo bin Pangeran Diponegoro.

Sumber Data : Regeerings_almanak_voor_Nederlandsch_Indie, 1922 (part-2,p256)
28610/6 <147+?> 1. Rd. Yasin Winatadiredja (Enceng) [Hamengku Buwono]
الميلاد: 1897c
28711/6 <147+?> 2. Nyi Rd. Hj. Siti Rahmat (Titi) [Hamengku Buwono]
الميلاد: ~ 1898
الوفاة: 1976, Pamoyanan-Bogor
33412/6 <147+?> 3. Rd. Tatang Muchtar (Ciluar) [Hamengku Buwono]
الميلاد: 1899c
الوفاة: Ciluar
26213/6 <122+?> 1. R. Masdir Jayakusumah [Hamengku Buwono]
الميلاد: 1900c, Lebak Pasar - Bogor
الزواج: <23> 1. Nyi Rd. Neneng Sutari [Pajajaran] م 11 ابريل 1914 bur. د 25 October 1983
الوفاة: 26 October 1948, Pemakaman Keluarga Muara-Kota Bogor
33514/6 <147> 4. Nyi Rd. Icha Aisyah (Belanda Sejak 1935) [Hamengku Buwono]
الميلاد: 1900c,
26415/6 <122> 3. R. Masdir Kurnaen (aeng) [Hamengku Buwono]
الميلاد: 17 أغسطس 1912, Lebak Pasar - Bogor
الزواج: <24> 3. Rd. Nyimas Soekajanti [Pajajaran] م 1918c
الوفاة: 28 أغسطس 2004, Muara-Bogor
42616/6 <128+?> 3. R. Mudjitaba [Hamengku Buwono]
العمل: 1916, Adjunct Hoofd Djaksa, Buitenzorg
46217/6 <231+18> Soediro Alimoerto [Paku Alam III]
الميلاد: 9 أغسطس 1925
46318/6 <239> R. A. Maria Siti Soedarti Sosroningrat [Paku Alam III]
الميلاد: 8 سبتمبر 1925, Dobo, Kepulauan Aru
Bersekolah di Middelbare Handelsschool, Tempelstraat 4 (kini Jl. Kepanjen), Surabaya. Lalu bekerja sebagai pegawai Tata Usaha di Fak. Teknik Univ. Gadjah Mada, Yogyakarta
46419/6 <239> Raden Ajeng Elisabeth Soeparti Sosroningrat [Paku Alam III]
الميلاد: 19 نوفمبر 1928, Donggala
Bersekolah di Kweekschool (sekolah guru atas) Stella Duce, Jl. Sumbing no. 1, Yogyakarta. Selulus kweekschool, melanjutkan pendidikan ke Belanda. Lalu bekerja sebagai guru di SLB A, Bandung. RA. Elisabeth Soeparti Sosroningrat tidak menikah.
45920/6 <231+18> Bambang Sokawati Dewantara [Paku Alam III]
الميلاد: 9 مارس 1930
46521/6 <239> w Raden Mas Fransiskus Harsono Sosroningrat [Paku Alam III]
الميلاد: 27 يوليو 1931, Yogyakarta
الزواج: <25> R. A. Clara Siti Katijah Mangoenwinoto [Mangoenwinoto]
45822/6 <231+18> Sjailendra Widjaja [Paku Alam III]
الميلاد: 28 سبتمبر 1932
46623/6 <239> R. A. Theresia Hartini Goestin Sosroningrat [Paku Alam III]
الميلاد: 1 ديسمبر 1932, Semarang
Menempuh pendidikan keperawatan di RS St. Elizabeth, Candi Baru, Semarang
46724/6 <239> Raden Mas Maria Benediktus Soeprapto Sosroningrat [Paku Alam III]
الميلاد: 11 يونيو 1936, Semarang
Mengecap pendidikan di IKIP Bandung.
46825/6 <239> Raden Mas Maria Emanuel Jaktiawa Amir Katamsi Sosroningrat [Paku Alam III]
الميلاد: 24 ديسمبر 1938, Yogyakarta
Bersekolah di SMA De Brito, Yogyakarta
46926/6 <239> Raden Mas Agustinus Maria Widodo Sosroningrat [Paku Alam III]
الميلاد: 22 يناير 1941, Surabaya
28227/6 <144> 2. R. Pandu Suradhiningrat [Hamengku Buwono]
العمل: 1943 ? 1944, Tangerang, Bupati Tangerang
24328/6 <148+?> 1. Drs. H. R. Mansyur (Mama) [Hamengku Buwono]
24629/6 <121+126!> 3. RM. H. Muh. Rais [Hamengku Buwono] 24730/6 <121+126!> 4. RA. Hj. Siti Quraesin (Ecin) [Hamengku Buwono]
24931/6 <121+?> 9. R. Hj. Siti Khodijah [Hamengku Buwono]
25132/6 <121+?> 6. R.Hj. Siti Djueriah ( Wa UWE ) [Hamengku Buwono]
25233/6 <121+?> 11. RM. Mahbub [Hamengku Buwono]
25334/6 <121+?> 12. RA. Neneng Maemunah [Hamengku Buwono]
25435/6 <121+?> 13. RA. Hj. Siti Mariam / Ibu Karim / (Wa Iih) [Hamengku Buwono]
25536/6 <121+?> 14. RM. Muhamad Ridwan [Hamengku Buwono] 25637/6 <130> R. Abdul Latif [Hamengku Buwono]
25838/6 <122+?> 2, R. ALI [Hamengku Buwono]
25939/6 <122> 3. R. Abdul Manan (adung) [Hamengku Buwono]
26040/6 <122> 4. R. Supiah (Siti) [Hamengku Buwono]
26141/6 <122> 5. R. Encung [Hamengku Buwono]
26342/6 <122> 2. R. Masdir Kartaningrat (tata) [Hamengku Buwono]
26543/6 <122> 5. R. Mochammad Arief [Hamengku Buwono]
26644/6 <122> 4. R. Sumantri (ati) [Hamengku Buwono]
26745/6 <122> 6. R. Eman Sulaeman [Hamengku Buwono]
26846/6 <135> 1. R. H. Soleh Surodimenggolo [Hamengku Buwono]
27047/6 <135> 3. R. H. Musa Sumodirdjo [Hamengku Buwono]
27148/6 <135> 4. R. H. Embih Sastrodirdjo [Hamengku Buwono]
27249/6 <136> 1. R. Ican Suromenggolo [Hamengku Buwono]
27350/6 <136> 2. R. Amoe [Hamengku Buwono]
27451/6 <136> 3. R. H. Ardjomenggolo [Hamengku Buwono]
27552/6 <137> R. H. MOH Syafei Adinata [Hamengku Buwono]
Catatan Admin : Endang Suhendar alias Idang


RIWAYAT HIDUP

RADEN HAJI MUHAMMAD SYAFEI ADINATA DIPONEGORO, adalah putera pertama dari RM.H. ARDIMENGGOLO (Tjamat Tjiawi tahun ?), generasi ke 4 dari Pangeran Diponegoro yang lahir pada tahun ...... di Ciomas, Bogor.



Image:Kraton3.jpg  SILSILAH KELUARGA (Dari Pancer Bapak)
    
   
0. KANJENG SULTAN HAMENGKU BUWANA KAPING II ING NGAYOGYAKARTA    
1. KANJENG SULTAN HAMENGKU BUWANA KAPING III ING NGAYOGYAKARTA    
2. BPH. DIPANEGARA    
3. RM. DJONET DIPAMENGGALA
4. RM. HARJO DIPOMENGGOLO
5. RM.H. BROJOMENGGOLO    
6. RM.H. ARDIMENGGALA
7. RH.M.SYAFEI ADINATA DIPANEGARA  
- Tercatat Di Tepas Darah Dalem -
27653/6 <137> Raden Jamsari Adimenggolo [Hamengku Buwono III]
27754/6 <138> R. HJ. Enung [Hamengku Buwono]
27855/6 <139> 1. Nyi R. Kuraesin [Hamengku Buwono]
27956/6 <139> 2. R. Ajid Mangkuwijaya / R. Aon Magkuwijaya [Hamengku Buwono]
28057/6 <139> 3. Nyi Rd. Rohaja (Mati Muda) [Hamengku Buwono]
28358/6 <144> 3. R. Hasan [Hamengku Buwono]
28459/6 <144> 4. R. Kuraesin [Hamengku Buwono]
28560/6 <146> R. ACO Umar [Hamengku Buwono]
28861/6 <149> 1. NYI Rd. HJ. S. Aisyah [Hamengku Buwono]
28962/6 <149> 2. NYI Rd. Hj. INA [Hamengku Buwono]
29063/6 <149> 3. NYI Rd. Hj. Siti [Hamengku Buwono]
29164/6 <149> 4. R.h. Marana [Hamengku Buwono]
29265/6 <149> 5. NYI Rd. Hj. Arisah [Hamengku Buwono]
29366/6 <149> 6. R.h. Barnas Sintomenggolo [Hamengku Buwono]
29467/6 <149> 7. NYI Rd. Hj. UTI [Hamengku Buwono]
29568/6 <149> 8. R. H. UTA [Hamengku Buwono]
29669/6 <149> 9. NYI Rd. Hj. Hatimah [Hamengku Buwono]
29770/6 <149> 10. R.h. Sidik Sintomenggolo [Hamengku Buwono]
29871/6 <150> R. H. Karta [Hamengku Buwono]
29972/6 <150> R. Juha [Hamengku Buwono]
30073/6 <150> R. H. Darma [Hamengku Buwono]
30174/6 <150> R. H. Darna [Hamengku Buwono]
30275/6 <151> R. Entuna Partawijaya [Hamengku Buwono]
30476/6 <152> R. Prawirasumantri [Hamengku Buwono]
30577/6 <130> R. Armani [Hamengku Buwono]
30678/6 <130> R. Jenab [Hamengku Buwono]
30779/6 <130> R. Murnas [Hamengku Buwono]
30880/6 <130> R. Abdurrohim [Hamengku Buwono]
30981/6 <130> R. Abdurrohman [Hamengku Buwono]
31082/6 <158> 1. R. Sumiati Diponegoro [Hamengku Buwono]
31183/6 <158> 2. R. Juwita Diponegoro [Hamengku Buwono]
31284/6 <158> 3. R. Soebroto Diponegoro [Hamengku Buwono]
31385/6 <158> 4. R. Muh. Ishak Diponegoro [Hamengku Buwono]
31486/6 <158> 5. R. Sukarno Diponegoro [Hamengku Buwono]
31587/6 <158> 6. R. Rahmawati Diponegoro (yuni Wati) [Hamengku Buwono]
31688/6 <158> 7. R. Wisnu Diponegoro [Hamengku Buwono]
31789/6 <158> 8. R. Jono Diponegoro [Hamengku Buwono]
31890/6 <158> 9. R. Mulyati Diponegoro ( Ajeng Yati ) [Hamengku Buwono]
31991/6 <161+?> 1. R. Achmad Indrachya Kamarullah [Hamengku Buwono]
32092/6 <161+?> 2. R. Oemar Indracahya Kamarullah [Hamengku Buwono]
32193/6 <161+?> 3. R. Abdullah Indracahya Kamarullah [Hamengku Buwono]
32294/6 <167+?> 1. RM. Sentot Diponegoro [Hamengku Buwono]
Alamat : Kompleks DDN Pondok Labu Jakarta
32395/6 <167+?> 2. RA. Maryam Diponegoro (Mirjam) [Hamengku Buwono]
32496/6 <167+?> 1. RM. Sutomo Diponegoro [Hamengku Buwono]
32597/6 <167+?> 2. RA. Maryati Diponegoro /Ayu Din [Hamengku Buwono]
32698/6 <167+?> 3. RA. Sukati Diponegoro /Ayu Tati [Hamengku Buwono]
32799/6 <167+?> 4. RM. Santoso Diponegoro /Eno [Hamengku Buwono]
328100/6 <167+?> 5. RM. Antawirya Diponegoro [Hamengku Buwono]
329101/6 <167+?> 6. RM. Susilo Diponegoro [Hamengku Buwono]
330102/6 <167+?> 7. RM. Gatot Diponegoro /Johan [Hamengku Buwono]
Alamat : Jati Kecil Ternate
331103/6 <167+?> 8. RM. Indra Diponegoro [Hamengku Buwono]
332104/6 <167+?> 9. RA. Ratna Nengsih Diponegoro [Hamengku Buwono]
333105/6 <167+?> 10. RM. Sudirman Diponegoro /Den [Hamengku Buwono]
Alamat : Perum Villa Mula Sakti Indah Bekasi
336106/6 <160+?> 1. R. Nurlela Amar Diponegoro [Hamengku Buwono]
337107/6 <160+?> 2. R. Salim Amar Diponegoro [Hamengku Buwono]
338108/6 <160+?> 3. R. Ahmad Amar Diponegoro [Hamengku Buwono]
339109/6 <161+?> 4. R. Mien Soeroyo [Hamengku Buwono]
340110/6 <161+?> 5. R. Poppy Soeroyo [Hamengku Buwono]
341111/6 <163+?> 1. R. Oemar Kamarudin [Hamengku Buwono]
342112/6 <163+?> 2. Hamid Kamarudin [Hamengku Buwono]
343113/6 <163+?> 3. R. Deetje Kamarudin [Hamengku Buwono]
344114/6 <163+?> 4. R. Dicky Kamarudin [Hamengku Buwono]
345115/6 <164+?> 1. RM. Ali Ali Akbar Diponegoro (Yogya) [Hamengku Buwono]
346116/6 <165+?> 1. R. Mayor Gautama Sahir [Hamengku Buwono]
347117/6 <165+?> 2. R. dr. Erlangga Sahir [Hamengku Buwono]
348118/6 <165+?> 3. R. Dra. Cici Sahir [Hamengku Buwono]
349119/6 <165+?> 4. R. Kol. dr. Abimanyu Sahir [Hamengku Buwono]
350120/6 <165+?> 5. R. Kol. Amiluhur Sahir [Hamengku Buwono]
351121/6 <165+?> 6. R. dr. Ontowiryo Sahir [Hamengku Buwono]
352122/6 <169> Raden Dwi Handaja [Hamengku Buwono]
354123/6 <171> 1. RM. Alexander Diponegoro [Hamengku Buwono]
355124/6 <172> 1. Raden Mas Pudjojono (Medan) [Hamengku Buwono III]
356125/6 <172> 2. Raden Ayu Muinah [Hamengku Buwono III]
357126/6 <172> 3. Raden Ayu Mariati [Hamengku Buwono III]
358127/6 <172> 4. Raden Mas Dipokusumo [Hamengku Buwono III]
359128/6 <172> 5. RM. Surasno (Bandung) [Hamengku Buwono]
360129/6 <172> 6. RA. Ratnawati (Semarang) [Hamengku Buwono]
361130/6 <172> 7. RM. Sudjono I [Hamengku Buwono]
362131/6 <172> 8. RM. Sudjono II (Semarang) [Hamengku Buwono]
363132/6 <172> 9. RM. Setiabudi (Semarang) [Hamengku Buwono]
364133/6 <172> 10. RA. Budiati (Semarang) [Hamengku Buwono]
365134/6 <173> 1. R. Kyai A. Nadhir [Setrodrono]
366135/6 <173> 2. R. Kyai A. Haris [Setrodrono]
367136/6 <173> 3. Nyi RNgt. Musringah [Setrodrono]
368137/6 <173> 4. R. Kyai Muthohar [Setrodrono]
369138/6 <173> 5. R. Kohar Mudatsir [Setrodrono]
370139/6 <173> 6. Nyi RNgt. Ruqoyah [Setrodrono]
371140/6 <173> 7. Nyi RNgt. Marfu'ah [Setrodrono]
372141/6 <173> 8. Nyi RNgt. Siti Maemunah [Setrodrono]
373142/6 <190> Muhammad Ash’ad [Hamengku Buwono III]
374143/6 <230> 1................... [Hamengku Buwono]
375144/6 <230> 2. R. Sholeh [Hamengku Buwono]
376145/6 <230> 3. R. Sofyan Ats Sauri (Yusuf) [Hamengku Buwono]
377146/6 <230> 4. R. Arifin [Hamengku Buwono]
378147/6 <164+?> 2. RM. Abd. Hamid [Hamengku Buwono]
379148/6 <194> 1. RA. Djaenab (Ternate) [Hamengku Buwono]
380149/6 <196+210!> 1. RA. Hamilih (Tasikmalaya) [Hamengku Buwono]
381150/6 <191> 1. RA. Samsilah (Jakarta) [Hamengku Buwono]
382151/6 <191> 2. RA. Supatni (Jakarta) [Hamengku Buwono]
383152/6 <191+?> 3. Raden Ayu Enny Keatin Diponegoro [Hamengku Buwono]
Catatan Admin : Endang Suhendar alias Idang

Sumber :

BASIC INFORMATION IKPD

Ass...Wr..Wb...Basic Informasi ini Bertujuan untuk Menjalin Hubungan Silahturahmi yg Lebih Luas lagi antara sesama Garis Keturunan Pangeran Diponegoro secara Langsung Maupun Tidak Langsung Melalui " Jaringan Informasi " Ikatan Keluarga Pangeran Diponegoro " ( IKPD )..yg Selama ini sdh Berjalan di Jakarta semenjak Tahun +/- 1970,sebagai Pencetus Awal ...Para Almarhum " ROMO /, EYANG " KAMI DIBAWAH INI " Yaitu :

1.Kol.RM. Yusuf Diponegoro ( Ciliman Jakarta Pusat )
2.RM.Iskandar Johan Diponegoro / Romo Odot Diponegoro ( Jl.Beliton 15 Menteng Jakarta Pusat)
3.RM.Ismail Diponegoro ( Admodirono I / 8 Semarang )
4.Prof Dr.Heider Bin Heider ( Srondol Semarang )
5.RA.Kayatin Diponegoro / Istri DR.Syahir Nitiharjo ( Kota Baru Yogyakarta )..

Saat ini Sekertariat IKPD Tetap dari dulu di JL.Beliton no.15 Menteng Jakarta-Pusat, Rumah Almarhum Romo / Eyang Odot Diponegoro ( Salah satu Pencetus IKPD ).

Wassalam.


SILSILSAH RM.ISMAIL DIPONEGORO

FYI, kami putra/cucu alm. RM. Ismail Diponegoro namun sekarang keluarga alm RM Ismail Diponegoro sudah tidak berkediaman di Admodirono I/8 Semarang. Dari alm RM Ismail Diponegoro ada 11 putra/i :

1. Ely Diponegoro
2. Emy Diponegoro
3. Enny Keatin Diponegoro (Jl. Singosari III No. 10 Semarang)
4. Soekarno Diponegoro
5. Alm. Soedirman Diponegoro
6. Alm. Soelaiman Diponegoro
7. Moh Ismail Diponegoro
8. Soekirman Diponegoro
9. Yetty Diponegoro
10. Alm. Jupri Diponegoro
11. Mutmainah Diponegoro

dari 11 putra/i tsb semua berdomisili di semarang.

Sedangkan sy putra dari ibu Enny Keatin Diponegoro dan memiliki 7 saudara :

1. Iwan Kridasantausa, 2 putri : Almira Kridarahmanda & Elita Kridavirmata
2. Andi Kridasusila, 3 putra : Reksa Kridawasesa, Andre Kridaprawira, dan Alvin
3. Alm. Herry Kridaprakosa, 1 putri : Alvita Kridaprakosa
4. Doddy Kridasaksana, 1 putri : Adinda Kridasaksana
5. Boma Kridautama, 1 putra : Aldiva Rizky Kridautama
6. Rinta Kridalukmana (penulis), 1 putri : Anastasya Arinta Kridamaranatha Alamat : Jl. Sidoluhur 17/16, Tlogosari, Semarang
7. Ronny Kridakristianto, 1 putra : Raja Kridarukmana
8. Suluh Kridalelana, 1 putra : Kenzi Kridabalakosa

Untuk menghubungi keluarga besar dari alm RM Ismail Diponegoro dapat melakukan kontak dg kami, Rinta Kridalukmana

Demikian informasi yg dpt kami sampaikan. Terima kasih.
384153/6 <191> 4. RM. Sulaiman I [Hamengku Buwono]
385154/6 <191> 5. RM. Sukarno [Hamengku Buwono]
386155/6 <191> 6. RA. Suharti [Hamengku Buwono]
387156/6 <191> 7. RM. Sulaiman II (Jakarta) [Hamengku Buwono]
388157/6 <191> 8. RM. Moh. Ismail (Jakarta) [Hamengku Buwono]
389158/6 <191> 9. RM. Sudirman (Jakarta) [Hamengku Buwono]
390159/6 <191> 10. RM. Sukirman (Jakarta) [Hamengku Buwono]
391160/6 <203> Ψ 1. [Hamengku Buwono]
392161/6 <203> Ψ 2. [Hamengku Buwono]
393162/6 <203> Ψ 3. [Hamengku Buwono]
394163/6 <195> 1. RM. Muhammad [Hamengku Buwono]
395164/6 <195> 2. RA. Kalsum (Makassar) [Hamengku Buwono]
396165/6 <201> 1. RA. Mur (Tj. Priok) [Hamengku Buwono]
397166/6 <201> 2. RA. Har [Hamengku Buwono]
398167/6 <201> 3. RA. Mul [Hamengku Buwono]
399168/6 <201> 4. RA. Har [Hamengku Buwono]
400169/6 <201> 5. RA. Dinar (Tj Priok) [Hamengku Buwono]
401170/6 <201> 6. RM. Abd. Madjid [Hamengku Buwono]
402171/6 <201> 7. RA. Supiah [Hamengku Buwono]
403172/6 <206> 1. Raden Mas Amin (Ambon) [Hamengku Buwono III]
404173/6 <206> 2. Raden Ayu Mirjam (Ambon) [Hamengku Buwono III]
405174/6 <207> 1. RM. Abd. Gani (Ambon) [Hamengku Buwono]
406175/6 <211> 1. RM. Yusuf (tni Jakarta) [Hamengku Buwono]
407176/6 <211> 2. RA. Mirjan (Jakarta) [Hamengku Buwono]
408177/6 <211> Ψ 3. [Hamengku Buwono]
409178/6 <211> Ψ 4. [Hamengku Buwono]
410179/6 <217> 1. RM. Achmad [Hamengku Buwono]
411180/6 <217> 2. RM. .............................(Makassar) [Hamengku Buwono]
412181/6 <218> 1. RA. Kusiah (Ambon) [Hamengku Buwono]
413182/6 <218> 2. RA. Kursin (Ambon) [Hamengku Buwono]
414183/6 <218> 3. RM. Sudja (Ambon) [Hamengku Buwono]
415184/6 <171> 2. RM. Noor Djohan Diponegoro [Hamengku Buwono]
416185/6 <171> 3. RA. Magdalin [Hamengku Buwono]
417186/6 <171> 4. RA. Farida A. [Hamengku Buwono]
418187/6 <171> 5. RA. Ariswapi Diponegoro [Hamengku Buwono]
419188/6 <171> 6. RA. Julistiani Diponegoro [Hamengku Buwono]
420189/6 <171> 7. RA. Anneke Diponegoro [Hamengku Buwono]
421190/6 <171> 8. RM. Danur (Kemlu RI Tokyo) [Hamengku Buwono]
422191/6 <170> الشّخص:1006643 [Hamengku Buwono]
423192/6 <129> 1. RH. Drs. Ilyas Dajir [Hamengku Buwono]
424193/6 <128+?> 1. R. Bustomi [Hamengku Buwono]
425194/6 <128+?> 2. R. Ismail [Hamengku Buwono]
427195/6 <128+?> 4. Nyi R. Suaebah [Hamengku Buwono]
428196/6 <128+?> 5. Nyi R. Maemunah [Hamengku Buwono]
429197/6 <143+?> 12. RH. Muh. Hasan/Endung (Penghulu Tangerang) [Kasultanan Banten]
430198/6 <143+?> 13. RH. Ipih Sodik Nataatmadja [Hamengku Buwono]
431199/6 <143+?> 14. R. Ateng [Kasultanan Banten]
432200/6 <140> 1. Nji R. Halir [Hamengku Buwono]
433201/6 <140> 2. Nji R. Mariah [Hamengku Buwono]
434202/6 <140> 3. R. Hamdjah [Hamengku Buwono]
435203/6 <142+?> 1. Nji R. Suaemi [Hamengku Buwono]
436204/6 <139> 4. R. Muh. ISA [Hamengku Buwono]
437205/6 <121> 1. RA. Djuhro [Hamengku Buwono] 438206/6 <121> 2. RA. Djuhria [Hamengku Buwono] 439207/6 <121> 6. RM. Acep Usman [Hamengku Buwono] 440208/6 <121> 7. RA. Djubaedah [Hamengku Buwono]
441209/6 <121> 8. RM. Hasbulloh [Hamengku Buwono]
442210/6 <121+?> 15. RM. Ibrahim [Hamengku Buwono]
443211/6 <191+?> 11. RA. Mutmainah Ismail Diponegoro [Hamengku Buwono]
444212/6 <240+20> Raden Mas Benedictus Soetarjono [Darmosapoetro]
445213/6 <240+20> R. A. Henriette Arbiati [Darmosapoetro]
446214/6 <240+20> R. A. Georgia Srikanali [Darmosapoetro]
447215/6 <240+20> Raden Mas Franciscus Xaverius Prahasto [Darmosapoetro]
448216/6 <240+20> Raden Ajeng Melani [Darmosapoetro]
Meninggal saat bayi
449217/6 <240+20> Raden Mas Augustinus Soejanadi [Darmosapoetro]
450218/6 <240+20> Raden Mas Constantinus Satrijo [Darmosapoetro]
451219/6 <240+20> R. A. Mardoesari [Darmosapoetro]
452220/6 <240+20> Raden Mas Aloysius Prijohoetomo [Darmosapoetro]
453221/6 <240+20> R. A. Catharina Soeharti [Darmosapoetro]
454222/6 <240+20> Raden Mas Ignatius Soesanto [Darmosapoetro]
455223/6 <240+20> Raden Mas Petrus Canisius Pulunggono [Darmosapoetro]
456224/6 <240+20> R. A. Margareta Widihastoeti [Darmosapoetro]
457225/6 <231+18> Ratih Tarbijah [Paku Alam III]
460226/6 <231+18> Asti Wandansari [Paku Alam III]
461227/6 <231+18> Soebroto Aria Mataram [Paku Alam III]

7

6201/7 <287+?> 5. Rd. Ali M. Ali Widyapranatha [Hamengku Buwono]
الوفاة: Pamoyanan-Bogor
6212/7 <287+?> 6. Nyi Rd. Neneng Kulsum [Hamengku Buwono]
الوفاة: Sukabumi
6243/7 <287+?> 9. Nyi Rd. Dewi Sarah [Hamengku Buwono]
الوفاة: Pamoyanan-Bogor
7254/7 <383> 6. RM. Rinta Kridalukmana Diponegoro [Hamengku Buwono]
العمل: Lecturer at Diponegoro University, Indonesia
7095/7 <281+?> 1. R. Amir Suradhiningrat (a.t.r Landr. Poerwakarta) [Hamengku Buwono]
الميلاد: 11 سبتمبر 1906, Purwakarta
الزواج: <31> NR. Siti Roebiah [?]
التعليم: 1 يناير 1921, Purwakarta, Europeesche Lagere School (E.L.S)
التعليم: 1 يناير 1922 - 31 ديسمبر 1927, Batavia, Rechtsschool (R.S)
التعليم: 1 يناير 1928, Batavia, Rechtshoogeschool te Batavia (R.H.S)
العمل: 1 يناير 1929 - 31 ديسمبر 1930, Poerwakarta, A.T.R Landr. Poerwakarta
العمل: 1 يناير 1929 - 31 ديسمبر 1932, Soerabaja, Landr. Soerabaja
العمل: 1 يناير 1932 - 31 ديسمبر 1933, Soerabaja, Adpokat Mrs. Jaarsma-Adolfs Soerabaja
العمل: 1 يناير 1934 - 31 ديسمبر 1938, Buitenzorg, Rechtsk Gemachtigde Tanah Part. Tjiampea
العمل: 1954, Tanjung Pinang, Ketua PN. Tj. Pinang (1954)
العمل: 9 نوفمبر 1956 - 12 يوليو 1957, Jakarta, Anggota Badan Konstituante Partai Nasional Indonesia
الوفاة: 12 يوليو 1957, Purwakarta
6166/7 <287+?> 1. Rd.H.A.B. Yogapranatha (Alm) [Hamengku Buwono]
الميلاد: 1909
الوفاة: 2000, Bandung
6287/7 <334+?> 2. Nyi Rd. Hj. Oemriyah [Hamengku Buwono]
الميلاد: 20 يونيو 1926
الوفاة: 26 نوفمبر 2007, Pondok Cabe-Jaksel
4708/7 <262+23> R. Jatnika Jayakusumah [Hamengku Buwono]
الميلاد: 1931, Bogor
6269/7 <287+?> 11. Rd. Enen Sutresna Yogaprana [Hamengku Buwono]
الميلاد: 29 فبراير 1932, Bogor
الزواج: <32> 1. NR. Yani Syartiani [?] م 27 نوفمبر 1947 و 19 مايو 2016
الوفاة: 2 سبتمبر 2021, Bogor, Dimakamkan di Pemakaman Keluarga Keramat - Warungpari - Rangga Mekar Kota Bogor
'Pendiri':

1. SD. YOGAPRANA

2. SD NEGERI PAMOYANAN 1

3. SMP PGRI 129 PAMOYANAN

  (Sekarang SMP PGRI 11 KOTA BOGOR)


'MANTAN' :

1. Ketua PGRI Cabang KEC. CIJERUK.

2. Kepala SD NEGERI PAMOYANAN. 1

3. Kepala SMP PGRI 129 Pamoyanan

4. Ketua LKMD Desa Ranggamekar
47110/7 <262+23> R. Lukman Jayakusumah ( Maman ) [Hamengku Buwono]
الميلاد: 1933, Bogor
47211/7 <262+23> R. Nyi Mas Tuty Trisnawati Jayakusumah ( Enis ) [Hamengku Buwono]
الميلاد: 1936, Bogor
62712/7 <334+?> 1. Nyi Rd. Siti Aminah [Hamengku Buwono]
الوفاة: 1940, Sukabumi
49913/7 <264+24> 2. R. Elly Kaswati ( Koti ) [Hamengku Buwono]
الميلاد: 4 أغسطس 1940, Bogor
الزواج: <33> Zarly Djunaedi [?]
الوفاة: 4 مايو 2004, Muara-Bogor
49614/7 <263+?> R. Hj. Nunung Nurjuariah [Hamengku Buwono]
الميلاد: 29 October 1940, Garut
57915/7 <303+?> 1. R. Ngt. SRI Dewi [Hamengku Buwono]
الميلاد: 1941
Alamat : Kabupaten Magetan-Jawa Timur
50516/7 <267+?> R. Hayati (Titi) [Hamengku Buwono]
الميلاد: 11 مارس 1942, Bogor
58017/7 <303+?> 2. R. Heno Erlangga, SH. [Hamengku Buwono]
الميلاد: 1943
== ASAL-USUL ==


RADEN HENO ERLANGGA DIPONEGORO, SH alias Heno, lahir di ....... pada tahun 1943 
putra ke 2 dari 2 bersaudara dari pasangan orang tua RADEN HARTO PURWOWASONO (BRM. HERTOG DIPONEGORO)
(Generasi ke 6 dari Sultan HB-III) dengan  R.Ngt. Hj. POENISRI (asal........................)
menikah pada .................19.. dengan SOEPARMINI, SH.  dikaruniai 5 orang putra :
1. R. Wibowo Kusumo Winoto, SH. 
2. R.Ngt. Retno Wulandari, SH. 
3. R.Ngt. Kustini Kusumo Wardhani, S.Sn
4. R. Putra Wisnu Wardhana
5. R. Bayu Giri Prakosa, S.E.,M.Si. 
Image:Kraton2.jpg  SILSILAH KELUARGA (Dari Pancer Bapak)

#0. KANJENG SULTAN HAMENGKU BUWANA KAPING III ING NGAYOGYAKARTA
#1. BPH. Diponegoro
#2. RM. Djonet Dipomenggolo
#3. RM. Harjo Dipotjokromenggolo
#4. RM. Harjo Dipotjokro Hadimenggolo
#5. RM. Harjo Dipo Hadikusumo
#6. R. DR. Harto Purwowasono
#7. R. Heno Erlangga, SH 
  
 - Terlampir Kekancingan -
SILSILAH KELUARGA (Dari Pancer Ibu)

#0. 
#1. 
#2. 
#3. 
#4. 
#5. 
#6.
#7. 
 
 - Terlampir Kekancingan -

PENDIDIKAN

- SD
- SMP
- SMA
- Perguruan Tinggi

PEKERJAAN

-
-
-

PROFESI

-
-
-
49718/7 <263+?> R. Hj. Ninih Nurjanah [Hamengku Buwono]
الميلاد: 12 سبتمبر 1944, Bogor
الزواج:
الزواج: <34> Tb. H. Ujang Sahroji [?]
64719/7 <333+?> 1. Rr. Devi Andhika Putri Diponegoro ( Jakarta - Makasar ) [Hamengku Buwono]
الميلاد: 9 سبتمبر 1985
== ASAL-USUL ==
#0. KANJENG SULTAN HAMENGKU BUWANA KAPING III ING NGAYOGYAKARTA
#1. BPH. Dipanegara
#2. Pangeran Abdul Madjid Diponegoro
#3. Pangeran Abdullah Diponegoro
#4. RM. Syawal Diponegoro
#5. RM. Abdullah Diponegoro
#6. R. Sudirman Diponegoro
#7. Rr. Devi Andhika Putri Diponegoro

- Terlampir Kekancingan -


PENDIDIKAN

- SMA1
- S1 (SE) Manajemen Pemasaran, UNIVERSITAS PERSADA YAI
- S2 (MM) Magister Manajemen Pemasaran, UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA MAKASAR

PEKERJAAN/PROFESI

- Account Officer, PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO), Tbk
62320/7 <287+?> 8. Rd. U. Effendi Madyaprana [Hamengku Buwono]
الوفاة: 1986, Pamoyanan-Bogor
61821/7 <287+?> 3. Nyi Rd. Tuti Guritna [Hamengku Buwono]
الوفاة: 1997, Pamoyanan-Bogor
Image:tuti guritna-2.jpg
48822/7 <244+?> R. Hj. Rosita Sanusi [Hamengku Buwono]
الوفاة: 25 يونيو 2004
62223/7 <287+?> 7. Nyi Rd. Hj. Iyoh Roswati [Hamengku Buwono]
الوفاة: 2013, Pamoyanan-Bogor
47324/7 <262+23> R. Suryakusumah [Hamengku Buwono]
47425/7 <262+23> R. Harja Sutisna Jayakusumah [Hamengku Buwono]
47526/7 <262+23> R. Muslihat Jayakusumah [Hamengku Buwono]
47627/7 <262+23> R. Mulyadi Jayakusumah [Hamengku Buwono]
47728/7 <262+23> R. Dody Suyatna Jayakusumah [Hamengku Buwono]
47829/7 <262+23> R. Ridwan Jayakusumah [Hamengku Buwono]
47930/7 <243+?> HR. Syarif Arifin [Hamengku Buwono]
48031/7 <243+?> R. Surachman [Hamengku Buwono]
48132/7 <243+?> R. Suherman S [Hamengku Buwono]
48233/7 <243+?> R. Suratmi [Hamengku Buwono]
48334/7 <243+?> R. Suparman [Hamengku Buwono]
48435/7 <243+?> R. Sudirman [Hamengku Buwono]
48536/7 <243+?> R. Suhartini [Hamengku Buwono]
48637/7 <244+?> R. Juwita [Hamengku Buwono]
48738/7 <245+?> Ψ ??? [Hamengku Buwono]
48939/7 <244+?> R. Deswita [Hamengku Buwono]
49040/7 <256> R. Komarudin [Hamengku Buwono]
49141/7 <262+23> R. Rafiudin Jayakusumah (dingding) [Hamengku Buwono]
49242/7 <262+23> R. Sudrajat Jayakusumah [Hamengku Buwono]
== RIWAYAT HIDUP ==

Raden Mas Sudrajat Jayakusumah, lahir di Bogor pada tahun 1948 putra ke 11 dari pasangan orang tua RADEN MAS JAYAKUSUMAH (grade 7 dari HB-III) dengan RADEN AJENG NENENG SUTARI (Keturunan Kerajaan Pajajaran Islam, Bogor). Menikah dengan TUTI YULIANTI, putri dari PAPIH MEYER (mantan Pejabat Dep Keuangan keturunan Belanda)+ MAMIH ... dikaruniayi 4 orang anak : 1. RA. Rina Oktaviani 2. RA. Debi Aprianti 3. R. Arie (meninggal usia balita) 4. R. Hari Sephandri Raden Mas Sudrajat Jayakusumah dikenal sebagai pribadi yang baik dan jujur, penuh toleransi serta setia kawan baik di lingkungan keluarga maupun dengan teman sejawat dan seprofesi. Sifatnya sedikit temperamental dan mudah tersinggung, hal ini disebabkan memiliki jiwa seni yang tinggi. Meninggal di Rumah Sakit Bayuasih Purwakarta karena Strouk dan dimakamkan di Komplek Pemakaman Keluarga Muara Bogor pada tahun 2011.


PENDIDIKAN

SD - ST - STM


PEKERJAAN

Tahun 1981 - 1991, PT. Perusahaan Jawatan Pegadaian Pusat (Jl. Kramat Raya, Jakarta Pusat)



PROFESI

Adalah pionir group band pertama dari kota Bogor yang pernah menembus belantika musik Tanah Air dengan hits lagunya yang berjudul LING LING (tahun 1974)dengan goup Band THE PHOENIX dibawah asuhan ASHARI (pamannya Jenderal RYAMIZAR RYAKUDU). Setelah menyelesaikan kontraknya sebanyak 7 Album, pada tahun 1976 membentuk band dengan nama : THE AMARIS (atas prakarsa Jenderal AMAR), menghasilkan 2 album. Kemudian dalam rangka toleransi kepada kawan-kawanya sesama kota Bogor dia membentuk dan mengajak group band dari Bogor tersebut untuk rekaman di Jakarta bersama THE DOMINO'S group, menghasilkan 2 album terjual sampai ke Hongkong dan Suriname.


Selama karier musiknya sudah bergabung dengan beberapa group band antara lain : - Band Keluarga (bersama dengan kakaknya : RM. Ridwan Jayakusumah, RM. Dody Suyatna Jayakusumah, RM. Mulyadi Jayakusumah) - Band The Phoenix - Band The Amaris (bersama kakaknya RM. Dody Suyatna Jayakusumah, dkk) - Band The Domino's (bersama kakaknya RM. Dody Suyatna Jayakusumah, dkk) - Band The Barbor's (bersama dengan kakak & keponakannya : RM. Dody Suyatna Jayakusumah & R. Endang Suhendar (Idang) - Band Pegadaian (bersama dengan keponakannya : R. Endang Suhendar (Idang) - Band The Anies Clan (bersama dengan keponakannya : R. Endang Suhendar (Idang) - Band Djakarta L'Loyd (bersama dengan keponakannya : R. Endang Suhendar (Idang) - Band Krakatau Steel (bersama dengan keponakannya : R. Endang Suhendar (Idang).


Image:phoenix.jpg


49343/7 <263+?> R. Yayah [Hamengku Buwono]
49444/7 <263> R. Endang [Hamengku Buwono]
49545/7 <263> R. Odin [Hamengku Buwono]
49846/7 <264+24> 1. R. Dra. Hj. Islania Kurniati Diponegoro ( IIS ) [Hamengku Buwono]
50047/7 <265+?> R. Memet Saputra ( Achmad ) [Hamengku Buwono]
50148/7 <265> R. Yeyet Rusmiati [Hamengku Buwono]
50249/7 <266> R. Hedi Sumardi [Hamengku Buwono]
50350/7 <266> R. Embed Suharli [Hamengku Buwono]
50451/7 <266+?> R. Sopiah ( Iyong ) [Hamengku Buwono]
50652/7 <248+?> R. Achmad [Hamengku Buwono]
50753/7 <257> R. Endus [Hamengku Buwono]
50854/7 <257+?> R. Salmah (encal) [Hamengku Buwono]
50955/7 <257+?> R. Suhanda [Hamengku Buwono]
51056/7 <257> R. Arsyad ( OO ) [Hamengku Buwono]
51157/7 <257+?> R. Sukarna ( UU ) [Hamengku Buwono]
51258/7 <257+?> R. Sukarni (ani) [Hamengku Buwono]
51359/7 <257+?> R. Mutholib (toto) [Hamengku Buwono]
51460/7 <258+?> R. Jumena [Hamengku Buwono]
51561/7 <259+?> R. Sastra (caca) [Hamengku Buwono]
51662/7 <259> R. Enoh [Hamengku Buwono]
51763/7 <259> R. Didih [Hamengku Buwono]
51864/7 <259> R. Cicih [Hamengku Buwono]
51965/7 <259+?> HJ. R. Suparti [Hamengku Buwono]
52066/7 <260+?> R. Djaka [Hamengku Buwono]
52167/7 <260+?> R. Anong Kramaatmadja [Hamengku Buwono] 52268/7 <260+?> R. Halimah ( Emah ) [Hamengku Buwono]
52369/7 <260+?> R. Empin (rapi'ah) [Hamengku Buwono] 52470/7 <260+?> R. Djajusman [Hamengku Buwono]
52571/7 <260+?> R. Soleh [Hamengku Buwono]
52672/7 <261+?> Roro Nani [Hamengku Buwono III]
52773/7 <268> R. H. Djunaeni [Hamengku Buwono]
52874/7 <268> R. H. Masca Suroatmodjo [Hamengku Buwono]
52975/7 <270> R. H. Ading [Hamengku Buwono]
53076/7 <270> R. Djohariah [Hamengku Buwono]
53177/7 <270> R. H. Djajasukarta [Hamengku Buwono]
53278/7 <270> R. Djumirah [Hamengku Buwono]
53379/7 <270> R. Djula [Hamengku Buwono]
53480/7 <270> R. Nurbaja [Hamengku Buwono]
53581/7 <271> R. Eem Suhaimi [Hamengku Buwono]
53682/7 <271> R. Endjuh [Hamengku Buwono]
53783/7 <271> R. H. MUH Sanusi [Hamengku Buwono]
53884/7 <271> R. H. Sukardi [Hamengku Buwono]
53985/7 <271> R. Enah [Hamengku Buwono]
54086/7 <271> R. Endah [Hamengku Buwono]
54187/7 <272> Raden Djamhari Djunaedi Mantarena [Hamengku Buwono III]
54288/7 <274> 1. R. Narijah [Hamengku Buwono]
54389/7 <274> 2. R. Hawirodja [Hamengku Buwono]
54490/7 <274> 3. R. Ningrat [Hamengku Buwono]
54591/7 <275> R. Muhammad Ali Syafei [Hamengku Buwono]
54692/7 <275> R. Muhammad Soleh [Hamengku Buwono]
54793/7 <275> R. Muhammad Sidik [Hamengku Buwono]
54894/7 <275> R. Muhammad As'ari [Hamengku Buwono]
54995/7 <275> R. Romlah [Hamengku Buwono]
55096/7 <275> R. Djuhro [Hamengku Buwono]
55197/7 <275> R. Aisyah [Hamengku Buwono]
55298/7 <276> R. Muchtar [Hamengku Buwono]
55399/7 <276> R. Syafaat [Hamengku Buwono]
554100/7 <276> R. Munajat [Hamengku Buwono]
555101/7 <276> R. Hasanah [Hamengku Buwono]
556102/7 <276> R. Abdullah [Hamengku Buwono]
557103/7 <276> R. Habibah [Hamengku Buwono]
558104/7 <276> R. Jajaria [Hamengku Buwono]
559105/7 <276> R. Jenab [Hamengku Buwono]
560106/7 <276> R. Sidah [Hamengku Buwono]
561107/7 <276> R. Sarah [Hamengku Buwono]
562108/7 <277> NYI R. UHA (loji) [Hamengku Buwono]
563109/7 <277> NYI R. Anung [Hamengku Buwono]
564110/7 <277> NYI R. Atjih [Hamengku Buwono]
565111/7 <278+?> 2. R. Muhammad Sanusi / Mama Sanusi [Hamengku Buwono]
566112/7 <278+?> 3. RH. Muhammad Tohir / R. Toing [Hamengku Buwono]
Catatan Admin : Endang Suhendar alias Idang


Palika dan Delman di Sungai Cisadane

Ditulis batarfie 15 Mei 2019


Rd.H.Moh Thohir bin Rd.H.Gaos

Lubuk adalah bagian dari aliran sungai yang terdalam. Air dibagian lubuk ini pada umumnya tenang dan tidak mengalir tapi terkadang ada arus yang kuat dari bagian dasarnya. Beberapa lubuk memiliki nama tersendiri dan karenanya sudah ada yang menjadi nama daerah seperti Lubuk Linggau di Sumatera Selatan dan Lubuk Pakam di Sumatera Utara.

Masyarakat sunda mengenal istilah lubuk dengan sebutan Leuwi. Seperti halnya Lubuk, beberapa nama daerah di Jawa Barat juga diambil dari nama Leuwi, antaranya adalah Leuwiliang di Kabupaten Bogor dan Leuwi Panjang yang kini menjadi nama terminal bis di Bandung. Bahkan ada beberapa nama Leuwi di Bogor memiliki kaitan erat dengan sejarah Pakuan Pajajaran dan ada yang sudah menjadi legenda salah satu antaranya bernama Leuwi Sipatahunan yang berada dekat dengan Istana Bogor di sungai Ciliwung.

Dalam tradisi lisan masyarakat sunda, kata Leuwi juga dipakai sebagai peribahasa untuk menggambarkan sikap dalam filosofi kehidupan sehari-hari seperti ungkapan "Ka Cai jadi saleuwi ka darat jadi salogak" yang memiliki makna; pepatah ini mengingatkan kita dalam menjalani hidup untuk selalu tetap bersama-sama, sebab manusia tidak dapat hidup sendirian.

Di sepanjang sungai Cisadane yang melintasi kawasan di Empang, ada dua Leuwi yang populer dengan sebutan Leuwi Ceuli dan Leuwi Kuda.

Ceuli dalam bahasa sunda berarti telinga, disebut demikian karena bentuknya yang hampir mirip daun telinga yang menjoros setengah melingkar yang dalam bahasa sunda disebut dengan sedong. Bagian dari sedong itulah yang jika dilihat dari atas jembatan Ledeng akan ada penampakan seperti berbentuk daun telinga, karena itulah orang-orang menamakannya dengan sebutan Leuwi Ceuli. Dahulu pada bagian sedong itu pula sering menjadi titik untuk pencarian jenazah yang hanyut terbawa oleh derasnya air sungai di Cisadane.

Adalah R.Mohammad Tohir atau akrab disapa Gan Toing yang dikenal memiliki kemampuan menyelam berlama-lama dalam sungai yang karena keahliannya itulah, Ia dikenal sebagai sebagai seorang Palika, sebuah kata petukangan yang dalam istilah Sunda maksudnya adalah "tukang teuleum".

Gan Toing sering dimintai bantuan untuk melakukan pencarian korban yang tenggelam di sungai, bahkan ia wafat saat sedang melakukan tugas mulianya ketika tengah mencari jenazah korban palid di sungai Cisadane, korbannya kala itu adalah anak seorang peranakan Arab putera laki-laki dari ami Mahfudz Mahdami yang tinggal dalam lorong sempit di Gang Surya, Lolongok Empang.


Peristiwa itu terjadi pada Bulan Suci Ramadhan saat dimana umat Islam tengah melaksanakan Ibadah puasa, demikian pula halnya dengan Gan Toing. Kejadian itu diperkirakan pada pukul 2 siang di tengah panasnya terik matahari, setelah dimintai pertolongan Ia pun segera bergegas dari kediamannya di Gang Intan dengan diiringi oleh para kerabat korban palid menuju sungai Cisadane. Diduga korban sudah terbawa arus sungai di dekat bendungan (dam pulo), atau pada bagian bawah arus air yang keluar dari pintu bendungan yang dibangun oleh pemerintah Kolonial Belanda tahun 1872.

Seperti biasanya, Gan Toing langsung menenggelamkan diri untuk melakukan pencarian pada celah bebatuan di dasar sungai. Ratusan masyarakat menyaksikan peristiwa yang mencekam itu karena setelah setelah timbul tenggelamnya Gan Toing sebagai seorang Palika, beberapa waktu kemudian setelah hampir lebih dari satu jam Ia tidak kunjung muncul kepermukaan.

Hari itu cuaca berubah menjadi mendung dan awan gelap menyeliputi kota Bogor pertanda akan turun hujan. Berkat bantuan seorang Palika lainnya, pada pukul lima sore Gan Toing akhirnya diketemukan sudah dalam keadaan tidak bernyawa dan ada pendarahan di tempurung kepalanya. Kuat dugaan ia terbentur oleh batu bercadas pada bagian tebing saat akan bangkit dari dasar sungai. Gan Toing wafat di mana ia selalu berhasil menemukan pencarian jenazah yang tenggelam dalam dasar sungai.

Menurut cerita yang berkembang di masyarakat, sebelumnya beliau sempat dicegah untuk tidak melakukan pencarian karena usianya yang sudah uzur dan juga kondisi kesehatannya yang sedang kurang sehat, tapi karena panggilan misi kemanusiaan profesinya itupun tetap dilakoninya hingga Ia syahid (Insya Allah) dalam keadaan berpuasa di kedalaman sungai Cisadane pada 16 Romadhon tahun 1969.

Palika yang insya Allah syahid di dasar sungai cisadane itu kemudian dimakamkan dalam komplek Pemakaman Keluarga Besar Dalem Sholawat di Empang, di batu nisannya ditulis Rd.Moh Thohir bin R.H.Gaos.

Ayahnya R.H.Gaos adalah bekas Hofd Penghoeloe Tjibadak di masa kolonial Hindia Belanda. R.H Gaos merupakan generasi kedua Raden Patih Candra Menggala atau Patih Bogor, sementara itu dari garis nasab ibunya merupakan generasi kelima Pangeran Dipenogoro dari garis anak laki-laki tertuanya Rd.Mas Djonet Dipenogoro yang wafat di Kampung Jawa Baru (Jabaru) di desa Pasir Kuda Bogor pada tahun 1832.


Adapun jembatan Ledeng yang melintasi Leuwi Ceuli dimana Palika Sepuh itu wafat sebagai syahid, dibangun oleh pemerintan kolonial Hindia Belanda yang pemakaiannya resmi dipergunakan pada 23 Desember 1922. Dinamakan Jembatan Ledeng karena dibawah jembatan itu ada saluran pipa air bersih yang diambil dari sumber mata air di daerah Kotabatu. Pipa Air Bersih atau pada masa Kolonial Hindia Belanda dinamakan sebagai waterleiding ini adalah sarana yang disediakan oleh Gemeente setingkat Pemerintah kota dimasa Hindia Belanda untuk memenuhi kebutuhan air minum bagi warga Buitenzorg, khususnya orang-orang kaya belanda.

Pusat pengambilan sumber air bersih di daerah Kotabatu tersebut hingga kini masih dikenal sebagai Gang Haminte dari kata asing yang sering sulit diucapkan oleh lidah setempat untuk Gemeente. Pengelolaan sumber air bersih itu sampai dengan sekarang ini tetap berada di bawah pengelolaan pemerintah kota Bogor.

Leuwi lainnya yang berada pada aliran sungai cisadane di Empang adalah yang dikenal dengan sebutan Leuwi Kuda. Lokasinya berada di dekat pertemuan antara sungai Cisadane dan sungai Cipinang Gading. Dinamakan Leuwi Kuda karena dahulu digunakan untuk tempat memandikan kuda-kuda milik Haji Abdullah bin Umar Hasanah, pemilik banyak angkutan delman yang karena itu dikenal pula dengan panggilan Haji Abdullah Delman. Konon ia memiliki 40 orang anak dari 7 orang istri yang dinikahinya.

Haji Abdullah Delman adalah peranakan Arab yang memiliki lahan luas di jalan sedane untuk menyimpan kuda-kuda dan delman miliknya. Pada tahun 90-an di jalan sedane masih terdapat nama tempat yang disebut sebagai Istal Kuda, tapi bukan milik Haji Abdullah. Istal adalah istilah yang digunakan untuk penyebutan nama kandang kuda.

Tidak jauh dari tempat pemandian kuda-kuda milik Haji Abdullah didirikan sebuah langgar (musholla) di tepian dekat dengan Leuwi Kuda. Langgar itu dahulunya berfungsi sebagai sarana ibadah yang disediakan oleh Haji Abdullah Delman untuk para pekerjanya, kusir dan juga para penambang batu dan pasir di sungai Cisadane. Seiring dengan kebutuhan dan banyaknya para pengguna, Langgar itu kelak kemudian diperluas dan dibangun menjadi sebuah masjid yang permanen pada tahun tujuh puluhan dan dinamakan Al-Munawwar. Haji Hasan Hasanah salah seorang anak laki-laki Haji Abdullah Delman memiliki pengaruh dan berperan penting dalam usaha perluasan, pembangunan dan memakmurkan Masjid Al-Munawwar tersebut.

Nama Haji Hasan Hasanah dan masjidnya kian terkenal setelah di Masjid itu diselenggarakan kuliah shubuh pada setiap bulan suci Ramadhan. Jamaah yang menghadiri kuliah shubuh membludak hingga lebih dari seribu orang baik dari kaum pria maupun wanita hingga tumpah ruah ke jalan. Dari kepopuleran tokoh pemakmurnya itulah orang-orang kemudian lebih mengenalnya sebagai Masjid Haji Hasan.

BACA JUGA: Hikayat Nyai Lameh dan Sejarah Kemandoran, Antara Pal Merah dan Soekaboemi; Land yang Dipimpin Landheer dan Para Mandor DIREKTUR YOUTH DEVELOPMENT "My Block, My Hood, My City", Nathaniel Viets-VanLear yang berpusat di Chicago Amerika Serikat mengunjungi Empang Teko dan Cucing Antik dalam keranjang cina peranakan, dan asal usul Patekoan di Batavia

Allahyarham kyai Hadji Hasan Hasanah atau akrab disapa Ustadz Hasan yang merupakan putera Hadji Abdullah Delman

Haji Hasan Hasanah juga dikenal sebagai penyelenggara tour ziarah ketempat-ketempat jejak Islam di Nusantara, jauh sebelum menjamurnya biro-biro perjalanan wisata religi dimasanya. Sebagai penyelenggara dan pimpinan tour ziarah, Haji Hasan dikenal bijak dan bertanggung jawab terhadap anggota rombongan selama dalam perjalanan, karena itu dari waktu ke waktu pesertanya semakin bertambah peminatnya.

Haji Hasan wafat pada 14 Maret 1986, jenazahnya dihantar kepemakaman oleh para penziarah yang memadati masjid Al-Munawwar yang dibinanya dan berada persis di samping kediamannya di Jalan Cisadane. Istrinya Ustadzah Khadidjah juga dikenal sebagai pemimpin Majelis Taklim Muslimah, baik kegiatan yang dipusatkan di Masjid maupun dari rumah ke rumah di kampung Lolongok Empang dan sekitarnya.
567113/7 <278+?> 4. NYI R. Ratnasari / Dedeh [Hamengku Buwono]
568114/7 <279+435!> 1. R. Basjah Wiradikusumah [Hamengku Buwono]
569115/7 <279+435!> 2. R. Moh. Toha [Hamengku Buwono]
570116/7 <279+435!> 3. R. Achmad [Hamengku Buwono]
571117/7 <279> R. MUH Agus [Hamengku Buwono]
572118/7 <279> R. Hasan [Hamengku Buwono]
573119/7 <279> NYI R. Julaeha [Hamengku Buwono]
574120/7 <279> NYI R. Salmah [Hamengku Buwono]
575121/7 <279> NYI R. Mari [Hamengku Buwono]
576122/7 <279> NYI R. Juhro [Hamengku Buwono]
577123/7 <279> NYI R. Hadijah [Hamengku Buwono]
578124/7 <302> R. ACE Sukarna [Hamengku Buwono]
581125/7 <305> R. AL KH. Darma [Hamengku Buwono]
582126/7 <322+?> 1. R. Suryo Diponegoro [Hamengku Buwono]
583127/7 <322+?> 2. R. Dewi Diponegoro [Hamengku Buwono]
584128/7 <322+?> 3. R. Popi Diponegoro [Hamengku Buwono]
585129/7 <322+?> 4. R. Ganis Diponegoro [Hamengku Buwono]
586130/7 <322+?> 5. R. Syawal Diponegoro [Hamengku Buwono]
587131/7 <322+?> 6. R. Reni Diponegoro [Hamengku Buwono]
588132/7 <323+?> 1. R. Abdul Madjid Diponegoro /Den Ci [Hamengku Buwono]
589133/7 <323+?> 2. R. Djahra Diponegoro /Ajang Dja [Hamengku Buwono]
590134/7 <323+?> 3. RM. Muhammad Diponegoro /Den Muhammad [Hamengku Buwono]
591135/7 <323+?> 1. R. Sumiyati Diponegoro [Hamengku Buwono]
592136/7 <323+?> 2. R. Juwita Diponegoro [Hamengku Buwono]
593137/7 <323+?> 3. R. Subroto Diponegoro [Hamengku Buwono]
594138/7 <323+?> 4. Iskhak Diponegoro [Hamengku Buwono]
595139/7 <323+?> 5. R. Sukarno Diponegoro [Hamengku Buwono]
596140/7 <323+?> 6. R. Yuniwati Diponegoro [Hamengku Buwono]
597141/7 <323+?> 7. R. Wisnu Diponegoro [Hamengku Buwono]
598142/7 <323+?> 8. R. Muliyati Diponegoro /Jeng Yati [Hamengku Buwono]
599143/7 <324+?> 1. R. Muchlis Diponegoro [Hamengku Buwono]
600144/7 <324+?> 2. R. Arifianto Diponegoro [Hamengku Buwono]
601145/7 <324+?> 3. R. Wahyu Husaini Diponegoro [Hamengku Buwono]
602146/7 <324+?> 4. R. Nirwan Dipokusumo Diponegoro [Hamengku Buwono]
603147/7 <324+?> 5. R. Ery Sudewo Diponegoro [Hamengku Buwono]
604148/7 <324+?> 6. R. Yuni Setyaningrum Diponegoro [Hamengku Buwono]
605149/7 <324+?> 7. R. Joko Diponegoro [Hamengku Buwono]
606150/7 <325+?> 1. R. Muhdi Alwi/BSA /Yedi [Hamengku Buwono]
607151/7 <325+?> 2. R. Mirzal Alwi/BSA /Yemi [Hamengku Buwono]
608152/7 <325+?> 3. R. Tomy Ali/BSA [Hamengku Buwono]
609153/7 <325+?> 4. R. Helmi Alwi / BSA [Hamengku Buwono]
610154/7 <326+?> 1.KRNS.Lestari Kutiyono ( Ternate -Jakarta ) [Hamengku Buwono]
611155/7 <326+?> 2. KRNS.Rini Kustiyono ( Ternate -Banten ) [Hamengku Buwono]
612156/7 <327> 1. R. Setioningsih Diponegoro /Yayu [Hamengku Buwono]
613157/7 <327> 2. R. Deseria Diponegoro / Desy [Hamengku Buwono]
614158/7 <327> 3. R. M.Janoko Diponegoro / Ary [Hamengku Buwono]
615159/7 <286> 1. Nyi Rd. Halimah [Hamengku Buwono]
617160/7 <287+?> 2. Rd. Syafei (Alm) [Hamengku Buwono]
619161/7 <287+?> 4. Rd. Hanafi (Alm) [Hamengku Buwono]
625162/7 <287+?> 10. Rd. H. Usman Satiaprana (Alm) [Hamengku Buwono]
629163/7 <303+?> 1. R. Putra Wisnu Agung Diponegoro \ Agung Dipo [Hamengku Buwono]
== ASAL-USUL ==


RADEN PUTRA WISNU AGUNG DIPONEGORO alias Agung Dipo, lahir di ............ 
pada ... ................ 19.. putra ke 1 dari 8 bersaudara dari pasangan orang tua 
RADEN HARTO PURWOWASONO (BRM. HERTOG DIPONEGORO (Generasi ke 6 dari Sultan HB-III)
dengan ....................................... (......) menikah ................... 19... 
dengan ............................ (......) dikaruniai ...... orang putra :
1. 
2. 
3. 
Image:Kraton2.jpg  SILSILAH KELUARGA (Dari Pancer Bapak)

#0. KANJENG SULTAN HAMENGKU BUWANA KAPING III ING NGAYOGYAKARTA
#1. BPH. Diponegoro
#2. RM. Djonet Dipomenggolo
#3. RM. Harjo Dipotjokromenggolo      (Pangeran Gringsing I)
#4. RM. Harjo Dipotjokro Hadimenggolo (Pangeran Gringsing II)
#5. RM. Harjodipo Hadikusumo          (Pangeran Gringsing III)
#6. R. DR. Harto Purwowasono 
#7. R. Putra Wisnu Agung Diponegoro
 
 - Terlampir Kekancingan -
SILSILAH KELUARGA (Dari Pancer Ibu)

#0. 
#1. 
#2. 
#3. 
#4. 
#5. 
#6. 
 
 - Terlampir Kekancingan -

PENDIDIKAN

- SD
- SMP
- SMA
- Universitas Sebelas Maret

PEKERJAAN

-
-
-

PROFESI

-
-
-
630164/7 <303> 2. R. Ngt. Gusti Laksmi Maha Dewi Sri Diponegoro [Hamengku Buwono]
631165/7 <303> 3. R. Ngt. Gusti Maya Brahma Diponegoro [Hamengku Buwono]
632166/7 <303> 4. R. Nalendro Wibowo Diponegoro [Hamengku Buwono]
633167/7 <303> 5. R. Ngt. Dwi Wahyuni Kusuma Wardhani Diponegoro [Hamengku Buwono]
634168/7 <303> 6. R. Putra Kusuma Wardhana Diponegoro [Hamengku Buwono]
635169/7 <303> 7. R. Kesuma Hendra Putra Diponegoro [Hamengku Buwono]
636170/7 <303> 8. R. Ngt. Putri Laksmini Murni Diponegoro [Hamengku Buwono]
637171/7 <328> 1. R. Nurani Diponegoro / Nur (Jakarta) [Hamengku Buwono]
638172/7 <328> 2. R. Anti Diponegoro (Jakarta) [Hamengku Buwono]
639173/7 <328+?> 3. R. Rio Diponegoro (Jakarta) [Hamengku Buwono]
640174/7 <329+?> 1. R. Adi Diponegoro (Surabaya) [Hamengku Buwono]
641175/7 <329+?> 2. R. Fanda Diponegoro (Kendari) [Hamengku Buwono]
642176/7 <329+?> 3. Virda Diponegoro (Surabaya) [Hamengku Buwono]
643177/7 <330+?> 1. R. Intan Permata Sari Diponegoro ( Ternate - Serang Banten ) [Hamengku Buwono]
644178/7 <330+?> 2. R. Putri Ramadhani Diponegoro ( Ternate - Malang ) [Hamengku Buwono]
645179/7 <331+?> 1. R. Kinanti Diponegoro ( Surabaya - Malang ) [Hamengku Buwono]
646180/7 <332+?> 1. Sony Saputra / Alm ( Malang ) [Hamengku Buwono]
648181/7 <333+?> 2. Rr. Virda Andhini Putri Diponegoro ( Jakarta - Malang ) [Hamengku Buwono]
== ASAL-USUL ==
#0. KANJENG SULTAN HAMENGKU BUWANA KAPING III ING NGAYOGYAKARTA
#1. BPH. Dipanegara
#2. Pangeran Abdul Madjid Diponegoro
#3. Pangeran Abdullah Diponegoro
#4. RM. Syawal Diponegoro
#5. RM. Abdullah Diponegoro
#6. R. Sudirman Diponegoro
#7. Rr. Virda Andhini Putri Diponegoro 

- Terlampir Kekancingan -


PENDIDIKAN

- 
- 
- 

PEKERJAAN/PROFESI

- 
-
-
649182/7 <352> Raden Ngantin Puri Wangi Hanindyari [Hamengku Buwono]
650183/7 <354> RAy. Sri Anggraeni [Hamengku Buwono]
651184/7 <367> 1. RNgt. Siti Handasah [Setrodrono]
652185/7 <367> 2. R. Taofiqurrohman [Setrodrono]
653186/7 <367> 3. R. Syamsudin [Setrodrono]
654187/7 <269> 1. RH. Dadang Pandji [Hamengku Buwono]
655188/7 <353> 1. R. Feelmar Garfield [Hamengku Buwono]
656189/7 <353+?> 2. R. Fahran Zarfiel [Hamengku Buwono]
657190/7 <376> 1. R. Ahmad Qohar [Hamengku Buwono]
658191/7 <254+?> 1. R. Uke Sukmawati (Uke) [Hamengku Buwono]
== ASAL-USUL ==

RADEN UKE SUKMAWATI DIPONEGORO alias UKE, lahir di Bogor pada ........................... putri ke 1 dari 8 bersaudara dari pasangan orang tua R.H. ABD. KARIM dengan RADEN Hj.SITI MARYAM (grade 6 dari HB-III) menikah pada............................dengan ..............................putra .........................dengan ..................................., dikaruniai ...orang anak :

Image:Kraton3.jpg  SILSILAH KELUARGA (Dari Pancer Ibu)

#0. KANJENG SULTAN HAMENGKU BUWANA KAPING III ING NGAYOGYAKARTA 
#1. BPH. Dipanegara 
#2. RM. Djonet Dipamenggala 
#3. RM. Ngabehi Dipamenggala 
#4. RM. KH. Usman Bakhsan Dipamenggala
#5. R.H.M. Rana Manggala 
#6. R.Hj. Siti Maryam 
#7. R. Uke Sukmawati Diponegoro 


PENDIDIKAN

- SD
- SMP
- SMA
- Perguruan Tinggi 

PEKERJAAN

== PROFESI ==
659192/7 <254> 2. R. Zulkarnaen [Hamengku Buwono]
660193/7 <254> 3. R. Evie Silvia [Hamengku Buwono]
661194/7 <254> 4. R. Rully Zulkifli [Hamengku Buwono]
662195/7 <254> 5. R. Ahmad Rivai [Hamengku Buwono]
663196/7 <254> 6. R. Zainul Arifin [Hamengku Buwono]
664197/7 <254> 7. R. Dina Hamidah [Hamengku Buwono]
665198/7 <254> 8. R. Darus Salam [Hamengku Buwono]
666199/7 <251+?> 1. R. Ida Farida [Hamengku Buwono]
667200/7 <251+?> 2. R. Titin Fatimah Mansyur [Hamengku Buwono]
668201/7 <251+?> 3. R. H. Didin Zaenudin Mansyur [Hamengku Buwono]
669202/7 <251+?> 4. R. Fifie Sofia Mansyur [Hamengku Buwono]
670203/7 <251> 5. R. Yoel Priatna [Hamengku Buwono]
671204/7 <251> 6. R. Yannie Latifah (Almrh) [Hamengku Buwono]
672205/7 <251+?> 7. R. Ike Agustina [Hamengku Buwono]
673206/7 <251> 8. R. Benny Benyamin (Alm) [Hamengku Buwono]
674207/7 <251> 9. R. Uche Bungsu Laksana Putra [Hamengku Buwono]
675208/7 <253> 1. R. Syarif Gazali [Hamengku Buwono]
676209/7 <253+?> 2. R. Darajat Wiyana [Hamengku Buwono]
677210/7 <253> 3. Lili Amalia Rakhmah [Hamengku Buwono]
678211/7 <253> 4. R. Rahmat Darmawan [Hamengku Buwono]
679212/7 <253> 5. R. Agus Sena [Hamengku Buwono]
680213/7 <253> 6. R. Dewi Endang [Hamengku Buwono]
681214/7 <253> 7. R. Sisi Rahayu Wulan [Hamengku Buwono]
682215/7 <253> 8. R. Ace Akhmad [Hamengku Buwono]
683216/7 <253> 9. R. Asep Susila [Hamengku Buwono]
684217/7 <253> 10. R. Aga Abdul Gaffar [Hamengku Buwono]
685218/7 <249+?> 1. R. Ema St Salmi [Hamengku Buwono]
686219/7 <249+?> 2. R. Tintin Suhartini [Hamengku Buwono]
687220/7 <250+?> 1. R. Etty Yusuf [Hamengku Buwono]
688221/7 <250> 2. R. Mariam Yusuf [Hamengku Buwono]
689222/7 <250> 3. R. Tini Yusuf [Hamengku Buwono]
690223/7 <250> 4. R. Edy Yusuf [Hamengku Buwono]
691224/7 <250+?> 5. R. Rudi Yusuf [Hamengku Buwono]
692225/7 <250> 6. R. Herry Yusuf [Hamengku Buwono]
693226/7 <250> 7. R. Evi Yusuf [Hamengku Buwono]
694227/7 <250> 8. R. Yanti Yusuf [Hamengku Buwono]
695228/7 <252+?> 1. R. Muhamad Alkasah [Hamengku Buwono]
696229/7 <252> 2. R. Rachdia Asih [Hamengku Buwono]
697230/7 <252> 3. R. Rachdita Ita [Hamengku Buwono]
698231/7 <252> 4. R. Muhamad Yasier [Hamengku Buwono]
699232/7 <252> 5. R. Rachadian Dina [Hamengku Buwono]
700233/7 <252> 6. R. Muh. Deny Rubidin [Hamengku Buwono]
701234/7 <429> 1. Nji R. Mariah [Kasultanan Banten]
702235/7 <429> 2. R. Pandu [Kasultanan Banten]
703236/7 <430+?> 1. Nji Rd. Emin-Cholik [Hamengku Buwono]
704237/7 <430+?> 2. R. Jusuf [Kasultanan Banten]
705238/7 <431+?> 1. Nyi R. Kalsum [Kasultanan Banten]
706239/7 <264+24+?> 3. R. Meilania Dessi Yani [Hamengku Buwono]
707240/7 <430+?> 3. RH. Soleh Sodik Nataatmadja [Hamengku Buwono]
708241/7 <278+?> 1. R. Sunardi [Wiradadaha]
710242/7 <281> 2. R. Husen (Purwakarta) [Hamengku Buwono]
711243/7 <281> 3. NR. Mari [Hamengku Buwono] 712244/7 <281> 4. NR. Eli [Hamengku Buwono] 713245/7 <281> 5. R. Sapri (Bogor) [Hamengku Buwono]
714246/7 <247+?> 1. R. Abdul Rachman (pm) [Kasultanan Banten]
715247/7 <247+?> 2. Nyi.R.Fatimah [Kasultanan Banten]
716248/7 <247+?> 3. R. Achmad Suhandi [Kasultanan Banten] 717249/7 <247+?> 4. RH. E. Muchtar [Kasultanan Banten]
718250/7 <443> 1. RA. Helda Maulana [Hamengku Buwono]
719251/7 <443> 2. R. Ricky Dicky Maulana Diponegoro [Hamengku Buwono]
720252/7 <383> 1. RM. Iwan Kridasantausa Diponegoro [Hamengku Buwono]
721253/7 <383> 2. RM. Andi Kridasusila Diponegoro [Hamengku Buwono]
722254/7 <383> 3. RM. Herry Kridaprakosa Diponegoro [Hamengku Buwono]
723255/7 <383> 4. RM. Doddy Kridalaksana Diponegoro [Hamengku Buwono]
724256/7 <383> 5. RM. Boma Kridautama Diponegoro [Hamengku Buwono]
726257/7 <383> 7. RM. Ronni Kridakristianto Diponegoro [Hamengku Buwono]
727258/7 <383> 8. RM. Suluh Kridalelana [Hamengku Buwono]
728259/7 <247+?> Nyi Rd.Hj. Titi Aisyah [Kasultanan Banten] 729260/7 <247+?> Nyi Rd.Iyah Sahriyah [Kasultanan Banten]
730261/7 <247+?> Nyi Rd Mariam [Kasultanan Banten]
731262/7 <247+?> Nyi Rd Mamah Rahmah [Kasultanan Banten]
732263/7 <248+?> 1. R. Nyi. Duduh Asiah [Wiratanudatar]
733264/7 <248+?> 2. R. Effendi [Wiratanudatar]
734265/7 <248+?> 3. R. Nyi. Hj. Aminah [Wiratanudatar]
735266/7 <248+?> 4. R. Danial [Wiratanudatar]
736267/7 <248+?> 5. R. Hasanudin [Wiratanudatar]
737268/7 <430> 4. Nyi Rd. Jubaedah [Hamengku Buwono]
738269/7 <415> Hana Rosdiana Diponegoro [Hamengku Buwono]
739270/7 <322+?> 7. R. Sri Diponegoro [Hamengku Buwono]
740271/7 <322+?> 8. R. Suhendro Diponegoro [Hamengku Buwono]

8

9681/8 <649> R Ngt Hanindya Djajasoemarta [Hamengku Buwono]
الميلاد: Purworejo, Alamat : Purworejo
== ASAL-USUL ==
Image:Kraton3.jpg  SILSILAH KELUARGA (Dari Pancer Ibu)

#0. KANJENG SULTAN HAMENGKU BUWANA KAPING III ING NGAYOGYAKARTA
#1. BPH. Dipanegara
#2. RAy. Hangreni Mangunjaya
#3. RM. Suparna Djajasoemarta
#4. RM. RM Kumbulkatja Djajawasita
#5. R Soekarna Djajahadisena
#6. R Dwi Handaja
#7. R Ngt Puri Wangi Hanindyari
#8. R Ngt Hanindya Djajasoemarta
- Terlampir Kekancingan -


PENDIDIKAN

- S1 Fisipol UGM


PEKERJAAN/PROFESI

-
10572/8 <707+?> 8. RH. Achmad Sukendar (Donden Sukendar) [Hamengku Buwono]
السكن: Jl Atzimar II No 1 Bogor Utara
== ASAL-USUL ==

RADEN HAJI ACHMAD SUKENDAR DIPONEGORO alias Donden Sukendar, lahir di Bogor pada ....., ..........19... putra ke 8 dari 9 bersaudara dari pasangan orang tua RH. Soleh Sodik Nataatmadja (Generasi ke 7 dari Sultan Hamengku Buwono III, Generasi ke 5 dari Sultan Haji/Sultan Abu Al Nashr 'Abdul Qahar Banten) dengan Ny. Rd. Hj. Siti Nurkoyah, menikah (tanggal), (bulan), (tahun) dengan Suherti putri Person:............................. (asal/keturunan), dikaruniai 4 orang anak :

1. Ny.Rd. Indri Agustia
2. R. Idham Khaliq
3. RM. Shobur
4. R. Achmad Juarsa

Image:Kraton3.jpg  SILSILAH KELUARGA (Dari Pancer Bapak)

0. KANJENG SULTAN HAMENGKU BUWANA KAPING III ING NGAYOGYAKARTA 
1. BPH. Dipanegara 
2. RM. Djonet Dipamenggala 
3. RM. Haryo Dipomenggolo 
4. RAy. Gondomirah
5. RAy. Rd. Antamirah 
6. RH. Ipih Sodik Nataatmadja 
7. RH. Soleh Sodik Nataatmadja 
8. RH. Achmad Sukendar Diponegoro (Donden Sukendar) 
 
 - Belum Ada Kekancingan -
   SILSILAH KELUARGA (JALUR SULTAN BANTEN)
0. Sultan Haji / Sayyid Abu Al Nashr 'Abdul Qahar Al Azmatkhan Al Husaini 
1. Pangeran Sayyid Muhammad Thahir al-Azmatkhan al-Husaini / Kanjeng Raden Tumenggung Prawirokusumo 
2. RA. Sutawidjaja 
3. RA. Mangkuwidjaja (Hoofd Djaksa & Hoofd Demang Bogor) 
4. Tb.H. Ipih Sodik Nataatmadja 
5. Tb.H. Soleh Sodik Nataatmadja 
6. Tb.H. Achmad Sukendar (Donden Sukendar) 
 
 - Belum Ada Kekancingan -
  SILSILAH KELUARGA (JALUR DALEM CIKUNDUL)

0. Pangeran Ngabehi Jayasasana/Jayalalana/Raja Gagang/H Rd Aria Wiratanu I/Mbah Dalem Cikundul Cianjur (Bupati Cianjur #I, 1681-1691)
1. Pangeran Wiramanggala / H Rd Aria Wiratanu II / Mbah Dalem Tarikolot Cianjur (Bupati Cianjur #II, 1691-1707)
2. H Rd Tumenggung Wiradinata (Bupati Bogor ke 6, 1749 - 1754
3. H Rd Tumenggung Wiradiredja (Bupati Bogor ke 8, 1758 - 1769
4. H Rd Muhammad Thohir (Auliya / Penghoeloe Bogor, 1826)
5. RAy. Habibah
6. RA. Mangkuwidjaja (Hoofd Djaksa & Hoofd Demang Bogor, 1866-1870) 
7. RH. Ipih Sodik Nataatmadja 
8. RH. Soleh Sodik Nataatmadja 
9. R.H. Achmad Sukendar (Donden Sukendar)

 - Belum Ada Kekancingan -
  SILSILAH KELUARGA (JALUR SUMEDANG LARANG)

0. Prabu Geusan Ulun / Pangeran Kusumadinata II (Pangeran Angkawijaya) (Prabu Sumedanglarang ke 9, 1578-1610)
1. Pangeran Rangga Gede / Kusumadinata IV (Bupati Sumedang ke 2, 1625-1633)
2. Dlm. Rangga Gempol II / Kusumadinata V / Raden Bagus Weruh (Bupati Sumedang ke 3, 1633-1656)
3. Pangeran Panembahan/Rangga Gempol III (Bupati Sumedang ke 4, 1656-1706)
4. Tumenggung Tanoemadja (Bupati Sumedang ke 5, 1706-1709)
5. Pangeran Rangga Gempol IV / Raden Tumenggung Kusumahdinata VI / Pangeran Karuhun (Bupati Sumedang ke 6, 1709-1744)
6. Dalem Istri Rajaningrat (Bupati Sumedang ke 7, 1744-1749)
7. Dalem. Rd. Soerialaga / Soerialaga I / Adipati Kusumadinata (Bupati Sumedang ke 10, 1765 - 1773
8. Dalem Raden Soerialaga II / Raden Tumenggung Suryalaga II (Dalem Taloen) (Bupati Bogor ke 8, 1801 - 1811
9. Patih Rangga Candramenggala
10. Raden Tumenggung Adipati Suradimenggala (Bupati Bogor ke 8, 1758 - 1769)
11. RAy. Rd. Antamirah 
12. RH. Ipih Sodik Nataatmadja 
13. RH. Soleh Sodik Nataatmadja 
14. R.H. Achmad Sukendar (Donden Sukendar)

 - Belum Ada Kekancingan -


PENDIDIKAN

- SD  (Thn .....)
- SMP (Thn .....)
- SMA (Thn .....)
- Perguruan Tinggi (Thn ....) 

PEKERJAAN

Tahun ....- ....., ...............................;
Tahun ....- ....., ...............................;
Tahun ....- ....., ...............................;
9543/8 <627+?> 1. Nyi Rd. Mundiyah [Hamengku Buwono]
الميلاد: 1935, Muntilan
10064/8 <627+?> 2. R Hidayat [Hamengku Buwono]
الميلاد: 1937
10075/8 <627+?> 3. R. Ruhiyat [Hamengku Buwono]
الميلاد: 1942
3. R RUHIYAT, (lahir 1942) berputra
3.1. DADANG DARMAYADI, putra
3.1.1. ASTUTI
3.1.2.  RIZKI
3.2. SRIYATI, putra
3.2.1. IKA
3.2.2. ALDI
3.2.3. FIA
3.2.4. LINDA
3.3. RODIAH, putra
3.3.1. YUDI
3.3.2. RIRIN
3.3.3. LILI
3.4. DARMAWAN, putra
3.4.1. EKAL
3.4.2. ZIRUL
8796/8 <523+?> R. H. Darifai Widya Permana [Hamengku Buwono]
الميلاد: 11 يناير 1949, Bogor
10597/8 <709+31> NR. Eneng Djuarsih Suradhiningrat [Hamengku Buwono]
الميلاد: 8 يونيو 1950, Purwakarta
الزواج: <39> Usin Sanusin bin Karta [?]
8818/8 <523+?> R. HJ. IDA Farida N. [Hamengku Buwono]
الميلاد: 1 مارس 1953, Bogor
8779/8 <521+?> R. Jatayu Wiaty Salmun (uyu) [Hamengku Buwono]
الميلاد: 23 ديسمبر 1956, Bogor
R. Endang Suhendar Diponegoro
R. Endang Suhendar Diponegoro
74210/8 <472+?> R. Endang Suhendar Diponegoro [Hamengku Buwono]
الميلاد: 7 ديسمبر 1959, [https://en.wikipedia.org/wiki/Bogor Bogor]
== ASAL-USUL ==

RADEN ENDANG SUHENDAR DIPONEGORO alias Idang, lahir di Bogor pada 7 Desember 1959 putra ke 2 dari 6 bersaudara dari pasangan orang tua OPU M.YUSUF (Generasi ke 5 dari Sultan Gowa-32) dengan RADEN NYIMAS TUTI TRISNAWATI JAYAKUSUMAH (grade 7 dari HB-III) menikah 17 Desember 1988 dengan RADEN EUIS EKA HASANAH, BSc putri R.HM. HASBULLAH, Cianjur grade 7 dari R. Adipati Wiratanu Baja (Bupati Sukapura VII, 1765-1807) dengan Hj. YOYOH NASROH, Jakarta dikaruniai 3 orang anak :

1. Rr. Inesia Violina Diponegoro
2. Rb. M. Harpa Ramadhan Diponegoro
3. Rb. M. Gitar Ramadhan Diponegoro
Image:Kraton3.jpg  SILSILAH KELUARGA (Dari Pancer Ibu)

0. KANJENG SULTAN HAMENGKU BUWANA KAPING III ING NGAYOGYAKARTA 
1. BPH. Dipanegara 
2. RM. Djonet Dipamenggala 
3. RM. Ngabehi Dipamenggala 
4. RM. KH. Usman Bakhsan Dipamenggala
5. R.H. Abdul Ghani Menggala 
6. R. Masdir Jayakusumah 
7. R. Nyimas Tuti Trisnawati Jayakusumah 
8. R. Endang Suhendar Diponegoro 
 
 - Belum Ada Kekancingan -
Image:Gowa4.jpg  SILSILAH KELUARGA (Dari Pancer Bapak)

0. RAJA GOWA KE-32 Sultan Abdul Kadir (1826-1893)
1. Puang H. Muhammad Djarbi 
2. Dato' KH. Muhammad Taeran 
3. Karaeng Hj. Lasa Aisyah 
4. Tetta Hj. Siti Saheci 
5. Opu M. Joesoef 
6. Daeng Endang Suhendar Diponegoro 

  SILSILAH KELUARGA (JALUR SULTAN BANTEN)
0. Sultan Haji / Sayyid Abu Al Nashr 'Abdul Qahar Al Azmatkhan Al Husaini 
1. Pangeran Sayyid Muhammad Thahir al-Azmatkhan al-Husaini / Kanjeng Raden Tumenggung Prawirokusumo (Regent Salatiga) 
2. RA. Sutawidjaja (Hoofd Djaksa Bogor) 
3. RA. Mangkuwidjaja (Hoofd Djaksa & Hoofd Demang Bogor) 
4. RH. Sulaeman (Leden Bogor)
5. Nji R. Kuraesin
6. RM. H Abdul Ghani / Rm.h. Sarhun / Lurah Ihun 
7. R. Masdir Jayakusumah 
8. R. Nyimas Tuti Trisnawati Jayakusumah 
9. R. Endang Suhendar Diponegoro 
 
 - Belum Ada Kekancingan -
  SILSILAH KELUARGA (JALUR DALEM CIKUNDUL)

0. Pangeran Ngabehi Jayasasana/Jayalalana/Raja Gagang/H Rd Aria Wiratanu I/Mbah Dalem Cikundul Cianjur (Bupati Cianjur #I, 1681-1691)
1. Pangeran Wiramanggala / H Rd Aria Wiratanu II / Mbah Dalem Tarikolot Cianjur (Bupati Cianjur #II, 1691-1707)
2. H Rd Tumenggung Wiradinata (Bupati Bogor ke 6, 1749 - 1754
3. H Rd Tumenggung Wiradiredja (Bupati Bogor ke 8, 1758 - 1769
4. H Rd Muhammad Thohir (Auliya / Penghoeloe Bogor, 1826)
5. RAy. Habibah
6. RA. Mangkuwidjaja (Hoofd Djaksa & Hoofd Demang Bogor, 1866-1870) 
7. RH. Sulaeman (Leden/Dewan Kota van Buitenzorg, 1874-1882
8. Nji R. Kuraesin
9. RM. H Abdul Ghani / Rm.h. Sarhun / Lurah Ihun 
10. R. Masdir Jayakusumah
11. R. Nyimas Tuti Trisnawati Jayakusumah
12. R. Endang Suhendar Diponegoro 
 - Belum Ada Kekancingan -

فهرست

PENDIDIKAN

- SD
- SMP
- SMA
- Perguruan Tinggi (non diploma)
- Pendidikan Programmer Komputer
- Pendidikan Ilmu Transportasi (Urbansys Planning System)
- Analisis Investasi Jalan Tol 

PEKERJAAN

Tahun 1978 - 1980, Staf khusus bidang kesenian, Walikotamdya Bogor;
Tahun 1981 - 1984, PERJAN Pegadaian, bidang Rekruitment HRD;
Tahun 1985 - 2003, PT. Jasa Marga (Persero), bidang Perencanaan Jalan Tol;
Tahun 2003 - 2007, PT. Bukaka Teknik Utama, Adviser Investasi Jalan Tol Cikampek-Palimanan;
Tahun 2006 - 2007, PT. Lintas Marga Sedaya (PT LMS) (BUJT Jalan Tol CIPALI), posisi Analisa Bisnis Plan
Tahun 2007 - 2014, UEM Builder Berhard (Malaysia)/PT Karabha Griyamandiri, Chief Liaison Officer Proyek Jalan Tol Cikampek-Palimanan.
Tahun 2015 - 2017, PT. Sriwijaya Markmore Persada (BUJT Jalan Tol KAPALBETUNG), posisi Analisa Bisnis Plan
Tahun 2017 - Sekarang, KONSULTAN PRAKRSA JALAN TOL

PROFESI

Sebagai Musisi :

Profesi bidang music diawali dengan mengikuti pelatihan formal pada tahun 1976-1981 pada Orkes Simphony bentukan bapak Ahmad Syam selaku Walikota Madya Bogor dengan pelatih Letkol Nur Syamsi dibawah pembinaan musisi nasional Idris Sardi. Orkes Simphony ini yang pada akhirnya berubah bentuk menjadi Brass Band dengan orientasi music pengiring pada upacara-upacara di lingkungan Pemkot Bogor dan Jawa Barat.

Bermain pada alat music : Alto Saxophone, Tennor Saxophone, Sofrano, Trumpet, Guitar Melody, Bass Guitar, Vocals

Riwayat Band :

Tahun 1977-1981 : The BARBOR’S (Bogor, genre : Funky, Rock, Vocalist : Betharia Sonatha);
Tahun 1982-1984 : The PERJAN PEGADAIAN, sebagai band pengiring artis dan acara internal perusahaan;
Tahun 1982-1984 : The BAYUDIAS Band, Home band acara-acara utama TVRI;
Tahun 1982-1985 : The KANCHALILA Band, Entertainment Band;
Tahun 1983-1985 : The ANIES CLAN, Entertainment Jazz Band
Tahun 1983-1986 : The ALTO Band, Entertainment Band (Vocalist : Jeane Retno);
Tahun 1983-1988 : KRAKATAU STEEL BAND, Band pengiring artis dan acara internal perusahaan
Tahun 1983-1986 : The MODERATE BAND, Home Band TVRI
Tahun 1984-1987 : BOGOR CITY BAND, Enterntainment Jazz Band
Tahun 1985-2003 : The ALEBA Band (Jasa Marga), band pengiring artis dan acara internal perusahaan;
Tahun 1988-1990 : LEO KRISTI Big Band (18-19-20 Agustus 1988, Konser Kemerdekaan di Gedung Kesenian Jakarta)
Tahun 1990-1992 : The VOLCANO Band ( Vocalist : DUDI ISKANDAR )
Tahun 1990-2003 : Djakarta L’Loyd Band, band pengiring artis dan acara internal perusahaan;
The KANCHALILA BAND
The KANCHALILA BAND
The KRAKATAU STEEL BAND
The KRAKATAU STEEL BAND
The ALEBA BAND (Jasa Marga)
The ALEBA BAND (Jasa Marga)
The DJAKARTA LOYD BAND
The DJAKARTA LOYD BAND
KOLABORASI BAND (TNT-BAND)
KOLABORASI BAND (TNT-BAND)
HOME BAND AYER RESORT
HOME BAND AYER RESORT

Rekayasa Konstruksi dan Investasi Jalan Tol

Mulai tahun 1990 menggeluti bidang rekayasa konstruksi dalam bidang Perencanaan Jalan Tol pada kantor pusat PT Jasa Marga [Persero], dengan sub bidang pekerjaan antara lain :

  • Survey & Studi dan Desain Teknik Jalan Tol dengan produk berupa Studi Pendahuluan Jalan Tol;
  • Studi Kelayakan Jalan Tol;
  • Supervisi Final Engineering Design dan Analisis Kelayakan Jalan Tol.

Tahun-tahun selanjutnya mulai mengkhususkan diri pada Analisis Investasi Jalan Tol dengan lingkup pekerjaan :

  • Analisa Biaya;
  • Pembebasan Tanah Jalan Tol;
  • Analisa Biaya Konstruksi Jalan Tol;
  • Proyeksi Lalu Lintas;
  • Analisa BKBOK (sebagai dasar perhitungan tarif tol);
  • Analisa Biaya Operasi & Pemeliharaan Jalan Tol;
  • Bisnis Plan Jalan Tol;
  • Prakarsa Jalan Tol Baru (Inisiasi Jalan Tol Baru, mulai dari konsep, perijinan sampai konstruksi).
                                 
CIPALI-Indonesia Project Preparation                            Review Design CIPALI-Indonesia Project                      Indonesia & Malaysia Project Implementation
                                                                                 
                                                       Supervision LRT Project Malaysia                   CIPALI Project Reporting to Chairman                  CIPALI Project Reporting to Chairman     

GETACI PROJECT with NEOS-Lending Agency (Netherland), 2018 CRBC/CCCC Getaci Projects'2020 HKI JAPEK II Projects
74311/8 <472+?> R. Supriatini Diponegoro (Tintin) [Hamengku Buwono]
الميلاد: 1961, Bogor
الوفاة: 2019, Bogor
الدفن: Pemakaman Taman Muara, Bogor Selatan
== ASAL-USUL ==
RADEN SUPRIATINI DIPONEGORO alias Tintin, lahir di Bogor pada .........19... 
putri ke 3 dari 6 bersaudara dari pasangan orang tua OPU M.YUSUF (Generasi ke 5 dari Sultan Gowa-32) 
dengan RADEN NYIMAS TUTI TRISNAWATI JAYAKUSUMAH (grade 7 dari HB-III) menikah .........19... dengan 
SYAMSUDIN (Jakarta) dikaruniai 2 orang anak :
1. R. Eka Sandra Pratiwi Diponegoro
2. R. Aida Nandara Diponegoro
Image:Kraton3.jpg  SILSILAH KELUARGA (Dari Pancer Ibu)

#0. KANJENG SULTAN HAMENGKU BUWANA KAPING III ING NGAYOGYAKARTA
#1. BPH. Diponegoro
#2. RM. Djonet Dipamenggala
#3. RM. Ngabehi Dipamenggala
#4. RM. KH. Usman Bakhsan Dipamenggala
#5. R.H. Abdul Ghani Menggala
#6. R. Masdir Jayakusumah
#7. R. Nyimas Tuti Trisnawati Jayakusumah 
#8. R. Supriatini Diponegoro
 
 - Belum Ada Kekancingan -
Image:Gowa4.jpg  SILSILAH KELUARGA (Dari Pancer Bapak)

#0. RAJA GOWA KE-32 Sultan Abdul Kadir (1826-1893)
#1. Puang H. Muhammad Djarbi 
#2. Dato' KH. Muhammad Taeran 
#3. Karaeng Hj. Lasa Aisyah 
#4. Tetta Hj. Siti Saheci 
#5. Opu M. Joesoef
#6. Daeng Supriatini Diponegoro
 
 - Belum Ada Kekancingan -

-

PENDIDIKAN

- SD - SMP - SMA


PEKERJAAN

== PROFESI ==
95512/8 <579> 1. R. Wisnu Wibowo [Hamengku Buwono]
الميلاد: 1963
== ASAL-USUL ==


RADEN WISNU WIBOWO DIPONEGORO alias Wisnu, lahir di ....... pada .................. 19.. 
putra ke... dari... bersaudara dari pasangan orang tua RADEN NGANTEN SRI DEWI DIPONEGORO
(Generasi ke 7 dari Sultan HB-III) dengan  ...........................(asal........................)
menikah pada .................19.. dengan USWATUL CHASANAH.  dikaruniai 2 orang putra :
1. R. Ngt. Kartika Inshiana Wisnu Wardhani  
2. Rb. Nafi Wianditra Hafri Nugraha
Image:Kraton2.jpg  SILSILAH KELUARGA (Dari Pancer Ibu)

#0. KANJENG SULTAN HAMENGKU BUWANA KAPING III ING NGAYOGYAKARTA
#1. BPH. Diponegoro
#2. RM. Djonet Dipomenggolo
#3. RM. Harjo Dipotjokromenggolo
#4. RM. Harjo Dipotjokro Hadimenggolo
#5. RM. Harjo Dipo Hadikusumo
#6. R. DR. Harto Purwowasono
#7. R.Ngt SRI DEWI
#8. R. Wisnu Wibowo 
  
 - Terlampir Kekancingan -
SILSILAH KELUARGA (Dari Pancer Bapak)

#0. 
#1. 
#2. 
#3. 
#4. 
#5. 
#6.
#7. 
 
 - Terlampir Kekancingan -

فهرست

PENDIDIKAN

- SD
- SMP
- SMA
- Perguruan Tinggi

PEKERJAAN

-
-
-

PROFESI

-
-
-


DOKUMENTASI

Image:Wisnu Wibowo Gringsing3.jpg
79413/8 <498+?> 2. R. Ir. Hj. Liestiati F. Nurdin, M.Fish ( Lies ) [Hamengku Buwono]
الميلاد: 17 يونيو 1964, Ujung Pandang
الزواج: <40> Prof. Dr. Ir. HM. Nurdin Abdullah, M.Agr. [Bantaeng] م 7 نوفمبر 1963
== ASAL-USUL ==

RADEN Ir. Hj. LIESTIATI F. NURDIN DIPONEGORO, M.Fish alias Lies, lahir di Ujung Pandang, putra ke 2 dari 5 bersaudara dari pasangan orang tua R. Dra. Hj. ISLANIA KURNIATI DIPONEGORO (Generasi ke 7 dari Sultan Hamengku Buwono Ke III) dengan Prof. Dr. Ir. H. FACHRUDIN, menikah dengan Prof. Dr. Ir. HM. NURDIN ABDULLAH, M.Agr., dikaruniai 3 orang anak :

  1. . Raden Putri Fatimah Nurdin Diponegoro, SE, M.Agr. P.hD
  2. . Raden Muhammad Syamsul Rezza Nurdin Diponegoro, SH
  3. . Raden Muhammad Fathul Fauzy Nurdin Diponegoro, S.Ikom
Foto Keluarga
Foto Keluarga
Gubernur terpilih Sulawesi Selatan, Prof Nurdin Abdullah bakal punya menantu baru
Gubernur terpilih Sulawesi Selatan, Prof Nurdin Abdullah bakal punya menantu baru
Nurdin Abdullah dan Keluarga Salat Idul Fitri di Kediaman Pribadi
Nurdin Abdullah dan Keluarga Salat Idul Fitri di Kediaman Pribadi
Image:Kraton3.jpg  SILSILAH KELUARGA KASULTANAN YOGYAKARTA

#0. KANJENG SULTAN HAMENGKU BUWANA KAPING III ING NGAYOGYAKARTA 
#1. BPH. Dipanegara 
#2. RM. Djonet Dipamenggala 
#3. RM. Ngabehi Dipamenggala 
#4. RM. KH. Usman Bakhsan Dipamenggala
#5. R.H. Abdul Ghani Menggala 
#6. R. Masdir Kurnaen 
#7. R. Hj. Islania Kurniati Diponegoro 
#8. R. Hj. Liestiati F. Nurdin Diponegoro 
 
 - Belum Ada Kekancingan -
 SILSILAH KELUARGA KASULTANAN BANTEN

#0. Sultan Hadji/Sultan Abu Nashr Muhammad Abdul Kahar (Sultan Banten Ke 7, 1683-1687) 
#1. Pangeran Muhammad Thahir/RA. Prawirokusumo (Bupati Salatiga 1862-1863) 
#2. RA. Soetawidjaja (Jaksa Bogor 1840-1841) 
#3. RA. Mangkoewidjaja (Bupati Bogor 1865-1870) 
#4. RH. Sulaeman (Penghoeloe Bogor) 
#5. R.Hj. Kuraesin
#6. R.H. Abdul Ghani Menggala/Lurah Ihoen 
#7. R. Masdir Kurnaen 
#8. R. Hj. Islania Kurniati Diponegoro 
#9. R. Hj. Liestiati F. Nurdin Diponegoro 
 

 - Belum Ada Kekancingan -

PENDIDIKAN

  1. . SD Pembangunan Makassar
  2. . SMPN V Makassar
  3. . SMA Kartika Chandra Kirana Makassar
  4. . S1 - Fak Perikanan & Kelautan Unhas
  5. . S2 – Faculty of Fisheries Kyushu Univercity

PEKERJAAN =

  1. . Dosen Fakultas Perikanan & Kelautan Unhas Makassar


ORGANISASI

  1. . Bendahara HIPMIKANI Sulsel
  2. . Bendahara PERSADA
  3. . Pengurus Jantung Sehat Sulsel
  4. . Ketua TP PKK Prov Sulsel
  5. . Ketua DekranasadaProv Sulsel
  6. . Ketua Yayasan TK, PAUD & TPA Kartini makassar
  7. . Penasehat BKMT Prov.sulsel
  8. . Ketua Jantung Sehat Prov. Sulsel
  9. . Bunda PAUD Prov.sulsel
  10. . Bunda Anak Sulsel.
  11. . Ketua Perwosi Sulawesi Selatan.
  12. . Ketua Yayasan Kanker Indonesia Cabang Sulawesi Selatan
Foto Keluarga
Foto Keluarga
Lies Nurdin Dilantik sebagai Bunda Baca Sulsel
Lies Nurdin Dilantik sebagai Bunda Baca Sulsel
Mufidah Kalla Optimis Sulsel Makin Maju
Mufidah Kalla Optimis Sulsel Makin Maju
Ketua Dekranasda Sulsel Liestiaty bersama Gubernur Sulsel, Bupati Barru, dan Founder Bosowa
Ketua Dekranasda Sulsel Liestiaty bersama Gubernur Sulsel, Bupati Barru, dan Founder Bosowa
Ketua Dekranasda Sulsel Hj Liestiati Fachruddin bersama Dekranasda Bungo Jambi
Ketua Dekranasda Sulsel Hj Liestiati Fachruddin bersama Dekranasda Bungo Jambi
Ketua PKK Sulawesi Selatan Liestiaty F Nurdin hadir membuka Peringatan Hari Kesatuan Gerak (HKG) PKK ke-46
Ketua PKK Sulawesi Selatan Liestiaty F Nurdin hadir membuka Peringatan Hari Kesatuan Gerak (HKG) PKK ke-46
Istri Nurdin Abdullah Ajak Masyarakat Peduli Kesehatan
Istri Nurdin Abdullah Ajak Masyarakat Peduli Kesehatan
Liestiaty F Nurdin Ajak TP PKK Perkuat Kinerja sebagai Motor Penggerak Pemutus Penularan Covid-19
Liestiaty F Nurdin Ajak TP PKK Perkuat Kinerja sebagai Motor Penggerak Pemutus Penularan Covid-19
Dilantik Jadi Ketua PKK SulSel oleh dr. Erni Guntarti Tjahjo Kumolo
Dilantik Jadi Ketua PKK SulSel oleh dr. Erni Guntarti Tjahjo Kumolo
Mufidah Kalla dan Liestiaty Nurdin Hadiri Grand Opening My Kopi’O di Nipah Mall
Mufidah Kalla dan Liestiaty Nurdin Hadiri Grand Opening My Kopi’O di Nipah Mall
96914/8 <579> 2. R. Krisna Putra [Hamengku Buwono]
الميلاد: 1965
== ASAL-USUL ==


RADEN KRISNA PUTRA DIPONEGORO alias Krisna, lahir di ....... pada .................. 19.. 
putra ke... dari... bersaudara dari pasangan orang tua RADEN NGANTEN SRI DEWI DIPONEGORO
(Generasi ke 7 dari Sultan HB-III) dengan  ...........................(asal........................)
menikah pada .................19.. dengan .....................  dikaruniai ....orang putra :
1.   
2. 
3.
Image:Kraton3.jpg  SILSILAH KELUARGA (Dari Pancer Ibu)

#0. KANJENG SULTAN HAMENGKU BUWANA KAPING III ING NGAYOGYAKARTA
#1. BPH. Diponegoro
#2. RM. Djonet Dipomenggolo
#3. RM. Harjo Dipotjokromenggolo
#4. RM. Harjo Dipotjokro Hadimenggolo
#5. RM. Harjo Dipo Hadikusumo
#6. R. Harto Purwowasono
#7. R.Ngt SRI DEWI
#8. R. Krisna Putra 
  
 - Terlampir Kekancingan -
SILSILAH KELUARGA (Dari Pancer Bapak)

#0. 
#1. 
#2. 
#3. 
#4. 
#5. 
#6.
#7. 
 
 - Terlampir Kekancingan -

PENDIDIKAN

- 
- 
- 
- 

PEKERJAAN

-
-
-

PROFESI

-
-
-


== DOKUMENTASI ==
97015/8 <579> 3. R. Ngt. Dewi Pancawati [Hamengku Buwono]
الميلاد: 1967
== ASAL-USUL ==


RADEN NGANTEN PANCAWATI DEWI DIPONEGORO alias ......., lahir di ....... pada .................. 19.. 
putra ke... dari... bersaudara dari pasangan orang tua RADEN NGANTEN SRI DEWI DIPONEGORO
(Generasi ke 7 dari Sultan HB-III) dengan  ...........................(asal........................)
menikah pada .................19.. dengan .........................  dikaruniai ..... orang putra :
1.1. Rb. Hade Pratama Diponegoro 
2.2. Rr. Alya Nismara Cayadewi Diponegoro
3.3. Rb. Muhammad Ayman Arshq Ramadhan  Diponegoro 
Image:Kraton3.jpg  SILSILAH KELUARGA (Dari Pancer Ibu)

#0. KANJENG SULTAN HAMENGKU BUWANA KAPING III ING NGAYOGYAKARTA
#1. BPH. Diponegoro
#2. RM. Djonet Dipomenggolo
#3. RM. Harjo Dipotjokromenggolo
#4. RM. Harjo Dipotjokro Hadimenggolo
#5. RM. Harjo Dipo Hadikusumo
#6. R. Harto Purwowasono
#7. R.Ngt SRI DEWI
#8. R.Ngt Pancawati Dewi 
  
 - Terlampir Kekancingan -
SILSILAH KELUARGA (Dari Pancer Bapak)

#0. 
#1. 
#2. 
#3. 
#4. 
#5. 
#6.
#7. 
 
 - Terlampir Kekancingan -

PENDIDIKAN

- 
- 
- 
- 

PEKERJAAN

-
-
-

PROFESI

-
-
-


== DOKUMENTASI ==
99616/8 <626+32> 1. Rd. Narayana Yoga Pertama [Hamengku Buwono]
الميلاد: 16 مايو 1969, Bogor
94717/8 <497+34> R. Dewi Nurul Wasliah [Hamengku Buwono]
الميلاد: 30 سبتمبر 1969, Bogor
99718/8 <626+32> 2. Rd. Yadi Indra Mulyadi Yogaprana [Hamengku Buwono]
الميلاد: 8 يونيو 1971, Cianjur
94819/8 <497+34> R. Susi Susilah Rohmah [Hamengku Buwono]
الميلاد: 1 نوفمبر 1972, Bogor
96320/8 <580+?> 1. R. Wibowo Kusumo Winoto, SH. [Hamengku Buwono]
الميلاد: 1973
== ASAL-USUL ==


RADEN WIBOWO KUSUMO WINOTO DIPONEGORO,SH alias Wibowo, lahir di ....... pada .................. 19.. 
putra ke 1 dari 5 bersaudara dari pasangan orang tua RADEN HENO ERLANGGA (Generasi ke 7 dari Sultan HB-III) 
dengan  SOEPARMINI, SH (asal........................) menikah pada .................19.. dengan .................,
dikaruniai ...orang putra :
1.  
2.  
3. 

Image:Kraton2.jpg  SILSILAH KELUARGA (Dari Pancer Bapak)

#0. KANJENG SULTAN HAMENGKU BUWANA KAPING III ING NGAYOGYAKARTA
#1. BPH. Diponegoro
#2. RM. Djonet Dipomenggolo
#3. RM. Harjo Dipotjokromenggolo
#4. RM. Harjo Dipotjokro Hadimenggolo
#5. RM. Harjo Dipo Hadikusumo
#6. R. DR. Harto Purwowasono
#7. R. Heno Erlangga, SH
#8. R. Wibowo Kusumo Winoto, SH 
  
 - Terlampir Kekancingan -
SILSILAH KELUARGA (Dari Pancer Ibu)

#0. 
#1. 
#2. 
#3. 
#4. 
#5. 
#6.
#7. 
 
 - Terlampir Kekancingan -

PENDIDIKAN

- S1, dari Univ Jember,K.N. dari UGM
 

PEKERJAAN

- Advokat

PROFESI

-
-
99821/8 <626+32> 3. NR. Rengganis Kurniawati Yogaprana [Hamengku Buwono]
الميلاد: 14 ابريل 1973, Bogor
96422/8 <580+?> 2. R. Ngt. Retno Wulandari, SH. [Hamengku Buwono]
الميلاد: 1974
Pendidikan :

- S1 dari UMS,K.N. dari UNDIP

Pekerjaan :

- Notaris-P.P.A.T.
74623/8 <472+?> Rb. Deny Supramana Diponegoro [Hamengku Buwono]
الميلاد: 1975, Cigudeg-Bogor
الوفاة: 2012, Bogor
== ASAL-USUL ==
#0. KANJENG SULTAN HAMENGKU BUWANA KAPING III ING NGAYOGYAKARTA
#1. BPH. Dipanegara
#2. RM. Djonet Dipamenggala
#3. RM. Ngabehi Dipamenggala
#4. RM. KH. Usman Bakhsan Dipamenggala
#5. R.H. Abdul Ghani Menggala
#6. R. Masdir Jayakusumah
#7. R. Nyimas Tuti Trisnawati Jayakusumah 
#8. R. Deni Supramana Dipanegara
- Belum Ada Kekancingan -

Keturunan dari Pancer Bapak :

#0. RAJA GOWA KE-32 Sultan Abdul Kadir (1826-1893)
#1. Puang H. Muhammad Djarbi 
#2. Dato' KH. Muhammad Taeran 
#3. Karaeng Hj. Lasa Aisyah 
#4. Tetta Hj. Siti Saheci 
#5. Opu M. Joesoef
#6. Daeng Deni Supramana Dipanegara

PENDIDIKAN

- SD - SMP - SMA


PEKERJAAN

== PROFESI ==
99924/8 <626+32> 4. NR. Popi Yuliawati Yogaprana [Hamengku Buwono]
الميلاد: 4 سبتمبر 1975, Bogor
96525/8 <580+?> 3. R. Ngt. Kustini Kusumo Wardhani, S.Sn [Hamengku Buwono]
الميلاد: 1976
Pendidikan :

-S1(sarjana seni jurusan Tari)dari STSI(ISI) Surakarta

Pekerjaan:

-PNS guru SMPN
83126/8 <505+?> R. Andri Rivai [Hamengku Buwono]
الميلاد: 19 مايو 1976, Bogor
94927/8 <497+34> R. Deden Komarudin [Hamengku Buwono]
الميلاد: 15 ديسمبر 1977, Bogor
الزواج:
100028/8 <626+32> 5. Rd. Tedi Wibisana Yogaprana [Hamengku Buwono]
الميلاد: 10 يونيو 1978, Bogor
الوفاة: 29 يناير 2020, Bogor, Dimakamkan di Pemakaman Keluarga Keramat Warungpari Kel. Rangga Mekar Kec. Bogor Selatan Kota Bogor
95029/8 <497+34> R. Pipoh Siti Humairoh [Hamengku Buwono]
الميلاد: 10 يونيو 1980, Bogor
الزواج:
الزواج:
83230/8 <505+?> Rr. Herminy Ruchaemah (ema) [Hamengku Buwono]
الميلاد: 13 نوفمبر 1980, Bogor
96631/8 <580+?> 4. R. Putra Wisnu Wardhana [Hamengku Buwono]
الميلاد: 1981
(telah meninggal)
100132/8 <626+32> 6. Rd. Ruhyat Apandi Yogaprana [Hamengku Buwono]
الميلاد: 26 سبتمبر 1981, Bogor
الزواج: <41> 1. Yayu Siti Iyay Rohaya [?] م 5 يونيو 1982, Bogor
95133/8 <497+34> R. MOH Fahmi Abdul Aziz [Hamengku Buwono]
الميلاد: 19 مارس 1982, Bogor
الزواج: <42> Dewi Sinta [?] م 17 يونيو 1988
100234/8 <626+32> 7. Rd. Rimau Gumelar Yogaprana [Hamengku Buwono]
الميلاد: 11 سبتمبر 1983, Bogor
96735/8 <580+?> 5. R. Bayu Giri Prakosa, S.E.,M.Si. [Hamengku Buwono]
الميلاد: 1985
Pendidikan :

- S1 dari UNS, Ak ( Akutansi) - S2 dari Univ Udhayana

Pekerjaan :

- PNS di Departemen Perindustrian.
100336/8 <626+32> 8. Rd. Banyu Dewanata Yogaprana [Hamengku Buwono]
الميلاد: 2 ابريل 1985, Bogor
100437/8 <626+32> 9. Rd. Surya Tirta Bayu Yogaprana [Hamengku Buwono]
الميلاد: 11 نوفمبر 1986, Bogor
الزواج: <43> Suryaningsih [?] م 7 يوليو 1986, Bumi Nabung, Lampung Tengah
100538/8 <626+32> 10. Rd. Purnama Alam Yogaprana [Hamengku Buwono]
الميلاد: 1 ابريل 1988, Bogor
الزواج: <44> Sri Rahmawati Sya'diyah [?] , Bogor, Akad nikah dilaksanakan di KUA Bogor Selatan pada tanggal 15 Mei 2022, Pukul 08.00 WIB
95239/8 <497+34> R. Moch Fajrin Siddiq [Hamengku Buwono]
الميلاد: 16 يونيو 1989, Bogor
74840/8 <473> R. Hedi Hadiwinata [Hamengku Buwono]
الوفاة: 26 سبتمبر 1997, Muara-Bogor, Kecelakaan Garuda Indonesia Penerbangan GA 152 (26 Sptember 1997), Medan
95341/8 <618+?> 1. Rd. H. Adang Yusuf Martadiredja [Hamengku Buwono]
الوفاة: 5 سبتمبر 2011, Bogor
Ceuk Kang R. Gunawan Dipomenggolo (19 November 2014 8:57): Alm bapa saya pernah cerita, taun 1950-an pernah dibawa neneknya (Siti Rahmat) ke walikota/bupati bogor saat itu, alm bapa yg masih muda sempat tanya "emang saha eta teh ni ?", kemudian dijawab oleh neneknya "geus dang ulah loba omong eta teh masih baraya"
79842/8 <499+33> 1. Drs. R. Deddi Fardillah [Hamengku Buwono]
الزواج: <45> Susi Widiani [?]
الزواج:
الزواج: <46> Tetty Siti Rohaeti [?]
الوفاة: 28 فبراير 2018, Wafat karena Serangan Jantung (Bandung)
74143/8 <472+?> R. Pepen Ruspendi Diponegoro [Hamengku Buwono]
== ASAL-USUL ==
RADEN PEPEN RUSPENDI DIPONEGORO alias Pepen, lahir di Bogor pada ... ........... 195 
putra ke 1 dari 6 bersaudara dari pasangan orang tua OPU M.YUSUF (Generasi ke 5 dari Sultan Gowa-32) 
dengan RADEN NYIMAS TUTI TRISNAWATI JAYAKUSUMAH (grade 7 dari HB-III) menikah ............ 19... 
dengan RADEN ANIK SUDIRYANI(Banjar)dikaruniai 4 orang anak :
1. R. Rubi Rubiyana Diponegoro
2. Rb. Agustanjaya Diponegoro
3. Rr. Nurwina Septi Diponegoro
4. Rr. Rizqi Melina Diponegoro
Image:Kraton3.jpg  SILSILAH KELUARGA (Dari Pancer Ibu)

#0. KANJENG SULTAN HAMENGKU BUWANA KAPING III ING NGAYOGYAKARTA 
#1. BPH. Dipanegara 
#2. RM. Djonet Dipamenggala 
#3. RM. Ngabehi Dipamenggala 
#4. RM. KH. Usman Bakhsan Dipamenggala
#5. R.H. Abdul Ghani Menggala 
#6. R. Masdir Jayakusumah 
#7. R. Nyimas Tuti Trisnawati Jayakusumah 
#8. R. Pepen Ruspendi Diponegoro 
 
 - Belum Ada Kekancingan -
Image:Gowa4.jpg  SILSILAH KELUARGA (Dari Pancer Bapak)

#0. RAJA GOWA KE-32 Sultan Abdul Kadir (1826-1893)
#1. Puang H. Muhammad Djarbi 
#2. Dato' KH. Muhammad Taeran 
#3. Karaeng Hj. Lasa Aisyah 
#4. Tetta Hj. Siti Saheci 
#5. Opu M. Joesoef
#6. Daeng Pepen Ruspendi Diponegoro   
 - Belum Ada Kekancingan -

PENDIDIKAN

- SD - SMP - SMA - Pendidikan Auditur BPK

PEKERJAAN

Tahun 1973 - 2012, Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Tahun 2012 Pensiun

== PROFESI ==
74444/8 <472+?> R. Lilih Suryya Diponegoro [Hamengku Buwono]
== ASAL-USUL ==
RADEN LILIH SURYYA DIPONEGORO alias Lilih, lahir di Bogor pada ...Oktober 1964 
putra ke 4 dari 6 bersaudara dari pasangan orang tua OPU M.YUSUF (Generasi ke 5 dari Sultan Gowa-32)
dengan RADEN NYIMAS TUTI TRISNAWATI JAYAKUSUMAH (grade 7 dari HB-III) menikah ........ 19.. dengan 
CECEP SURYATNA dikaruniai 4 orang anak :
1. Rb. Randy Adityana Diponegoro
2. Rr. Alin Nurgianti Diponegoro
3. Rr. Dita Trijayanti Diponegoro
4. Rb. Ivan Wiranata Diponegoro 
Image:Kraton3.jpg  SILSILAH KELUARGA (Dari Pancer Ibu)

#0. KANJENG SULTAN HAMENGKU BUWANA KAPING III ING NGAYOGYAKARTA
#1. BPH. Diponegoro
#2. RM. Djonet Dipamenggala
#3. RM. Ngabehi Dipamenggala
#4. RM. KH. Usman Bakhsan Dipamenggala
#5. R.H. Abdul Ghani Menggala
#6. R. Masdir Jayakusumah
#7. R. Nyimas Tuti Trisnawati Jayakusumah 
#8. R. Lilih Suryya Diponegoro
 
 - Belum Ada Kekancingan -
Image:Gowa4.jpg  SILSILAH KELUARGA (Dari Pancer Bapak)

#0. RAJA GOWA KE-32 Sultan Abdul Kadir (1826-1893)
#1. Puang H. Muhammad Djarbi 
#2. Dato' KH. Muhammad Taeran 
#3. Karaeng Hj. Lasa Aisyah 
#4. Tetta Hj. Siti Saheci 
#5. Opu M. Joesoef
#6. Daeng Lilih Suryya Diponegoro
 
 - Belum Ada Kekancingan -

PENDIDIKAN

- SD
- SMP
- SMA


PEKERJAAN

== PROFESI ==
74545/8 <472+?> R. Maryati Diponegoro ( Yeti ) [Hamengku Buwono]
== ASAL-USUL ==
RADEN MARYATI DIPONEGORO alias Yeti, lahir di Bogor pada ....... 19.. 
putra ke 5 dari 6 bersaudara dari pasangan orang tua ANDI M.YUSUF (Generasi ke 5 dari Sultan Gowa-32)
dengan RADEN NYIMAS TUTI TRISNAWATI JAYAKUSUMAH (grade 7 dari HB-III) menikah pada tahun 19.. 
dengan RADEN RACHMAN SUPENA dikaruniai 5 orang anak :
1. Rb. Niki Adrian Purnama Diponegoro
2. Rr. Ranti Dwilestari Diponegoro
3. Rb. Jodi Triadi Diponegoro
4. Rr. Gita Septia Permata Diponegoro 
5. Rr. Verda Fauziyah Rachman Diponegoro
Image:Kraton3.jpg  SILSILAH KELUARGA (Dari Pancer Ibu)

#0. KANJENG SULTAN HAMENGKU BUWANA KAPING III ING NGAYOGYAKARTA
#1. BPH. Diponegoro
#2. RM. Djonet Dipamenggala
#3. RM. Ngabehi Dipamenggala
#4. RM. KH. Usman Bakhsan Dipamenggala
#5. R.H. Abdul Ghani Menggala
#6. R. Masdir Jayakusumah
#7. R. Nyimas Tuti Trisnawati Jayakusumah 
#8. R. Maryati Diponegoro
 
 - Belum Ada Kekancingan -
Image:Gowa4.jpg  SILSILAH KELUARGA (Dari Pancer Bapak)

#0. RAJA GOWA KE-32 Sultan Abdul Kadir (1826-1893)
#1. Puang H. Muhammad Djarbi 
#2. Dato' KH. Muhammad Taeran 
#3. Karaeng Hj. Lasa Aisyah 
#4. Tetta Hj. Siti Saheci 
#5. Opu M. Joesoef
#6. Daeng Yeti Maryati Diponegoro
 
 - Belum Ada Kekancingan -

PENDIDIKAN

- SD
- SMP
- SMA


PEKERJAAN

== PROFESI ==
74746/8 <470+?> R. EDI Wahyudi [Hamengku Buwono]
74947/8 <479+?> R. Syahiddin Suryakusumah [Hamengku Buwono]
75048/8 <479> R. Indra [Hamengku Buwono]
75149/8 <479> R. Sari [Hamengku Buwono]
75250/8 <479> R. Wulan [Hamengku Buwono]
75351/8 <479> R. Endang [Hamengku Buwono]
75452/8 <480+?> R. Harry R. Hidayat [Hamengku Buwono]
75553/8 <480> R. Denny R. Hidayat [Hamengku Buwono]
75654/8 <480> R. Indriati Renitasari [Hamengku Buwono]
75755/8 <480> R. Yulia Purnamasari [Hamengku Buwono]
75856/8 <481+?> R. Aditya Tirta Wiguna [Hamengku Buwono]
== ASAL-USUL ==


RADEN ADITYA TIRTA WIGUNA DIPONEGORO alias Adit, lahir di .......... pada .. ............. 19.. 
putra ke 1 dari 2 bersaudara dari pasangan orang tua RADEN SUHERMAN S. (Generasi ke 7 dari HB-III)
dengan IBU HARTATI (Purworejo) menikah ................... 19.. dengan .................
(putri........... ) dikaruniai .. orang anak :
1. 
2. 

Image:Kraton3.jpg  SILSILAH KELUARGA (Dari Pancer Bapak)

#0. KANJENG SULTAN HAMENGKU BUWANA KAPING III ING NGAYOGYAKARTA
#1. BPH. Diponegoro
#2. RM. Djonet Dipomenggolo
#3. RM. Harjo Dipomenggolo
#4. RM. H. Abbas Dipomenggolo
#5. RAy. Siti Maryam
#6. R. Drs. H. Mansyur
#7. R. Suherman S. 
#8. R. Aditya Tirta Wiguna
 
 - Belum Ada Kekancingan -
Image:Gowa4.jpg  SILSILAH KELUARGA (Dari Pancer Bapak)

#0. RAJA GOWA KE-32 Sultan Abdul Kadir I Kumala Karaeng Lembang Parang Sultan Abdul Kadir Moh Aidid Tuminanga ri Kakuasanna
    (1826-1893).
#1. Daeng H. Muhammad Djarbi
#2. Daeng Hj. Nyonya Abas Dipomenggolo
#3. Andi Hj. Siti Maryam
#4. Andi Drs. H. Mansyur
#5. Andi Suherman S.
#6. Andi Aditya Tirta Wiguna
 
 - Belum Ada Kekancingan -

PENDIDIKAN

- 
- 
- 
- 

PEKERJAAN

-
-
- 

== PROFESI ==
75957/8 <481+?> R. Indah Pranasari Hernaningtias [Hamengku Buwono]
76058/8 <482+?> R. Agung Rahmadi [Hamengku Buwono]
76159/8 <482> R. Mahendra [Hamengku Buwono]
76260/8 <482> R. Kresna Hadiwijaya [Hamengku Buwono]
76361/8 <482> R. Retno A. Wulandari [Hamengku Buwono]
76462/8 <483+?> R. AYU [Hamengku Buwono]
76563/8 <483> R. Puspa [Hamengku Buwono]
76664/8 <483> R. Arief [Hamengku Buwono]
76765/8 <484+?> R. Rahmat C. Winata [Hamengku Buwono]
76866/8 <484> R. Dody A. Kusuma [Hamengku Buwono]
76967/8 <484> R. Dicky Saputra [Hamengku Buwono]
77068/8 <484> R. Fany Saraswati [Hamengku Buwono]
77169/8 <485+?> R. Asti Fitria Astuti S. [Hamengku Buwono]
77270/8 <485> R. Marahdomu S [Hamengku Buwono]
77371/8 <485> R. Marahdika S. [Hamengku Buwono]
77472/8 <485> R. Putri Saraswati [Hamengku Buwono]
77573/8 <485> R. Yusuf Ibrahim [Hamengku Buwono]
77674/8 <477+?> R. Irene Anggraini Kusumah [Hamengku Buwono]
77775/8 <477+?> R. Rangga Permana Kusumah (Angga) [Hamengku Buwono]
77876/8 <473+?> R. Henny Handayani [Hamengku Buwono]
77977/8 <473+?> R. ADI Karyadi [Hamengku Buwono]
78078/8 <471+?> R. IDA [Hamengku Buwono]
78179/8 <471> R. Elli [Hamengku Buwono]
78280/8 <471> R. Emma [Hamengku Buwono]
78381/8 <471> R. Iyus [Hamengku Buwono]
78482/8 <478+?> R. Bahraini Riza [Hamengku Buwono]
== ASAL-USUL ==


RADEN BAHRAINI RIZA DIPONEGORO alias Bahrain, lahir di ....... pada .. ......... 19.. putra 
ke 1 dari 4 bersaudara  dari pasangan orang tua RADEN RIDWAN JAYAKUSUMAH (Generasi ke 7 dari Sultan HB-III) 
dengan CUT NANI HAFIANI (Aceh Darussalam) menikah pada ..... 19.. dengan ........ (asal      ) dikaruniai 
putra-putri:
1. Rr. ............
2. Rb. ............

Image:Kraton3.jpg  SILSILAH KELUARGA (Dari Pancer Bapak)

#0. KANJENG SULTAN HAMENGKU BUWANA KAPING III ING NGAYOGYAKARTA
#1. BPH. Dipanegara
#2. RM. Djonet Dipamenggala
#3. RM. Ngabehi Dipamenggala
#4. RM. KH. Usman Bakhsan Dipamenggala
#5. R.H. Abdul Ghani Menggala
#6. R. Masdir Jayakusumah
#7. R. Ridwan Jayakusumah 
#8. R. Bahraini Reza Diponegoro
 
 - Belum Ada Kekancingan -


PENDIDIKAN

- SD
- SMP
- SMA
- S1 


PEKERJAAN

-
-
-
== PROFESI ==
78583/8 <478+?> R. Budhi Nusantara [Hamengku Buwono]
== ASAL-USUL ==


RADEN BUDI NUSANTARA DIPONEGORO alias Budi, lahir di ....... pada .. ......... 19.. putra 
ke 2 dari 4 bersaudara  dari pasangan orang tua RADEN RIDWAN JAYAKUSUMAH (Generasi ke 7 dari Sultan HB-III) 
dengan CUT NANI HAFIANI (Aceh Darussalam) menikah pada ..... 19.. dengan KRISTYAWATI HENDRAYANI (asal      ) 
dikaruniai putra-putri:
1. Rb. ..................

Image:Kraton3.jpg  SILSILAH KELUARGA (Dari Pancer Bapak)

#0. KANJENG SULTAN HAMENGKU BUWANA KAPING III ING NGAYOGYAKARTA
#1. BPH. Dipanegara
#2. RM. Djonet Dipamenggala
#3. RM. Ngabehi Dipamenggala
#4. RM. KH. Usman Bakhsan Dipamenggala
#5. R.H. Abdul Ghani Menggala
#6. R. Masdir Jayakusumah
#7. R. Ridwan Jayakusumah 
#8. R. Budi Nusantara Diponegoro
 
 - Belum Ada Kekancingan -


PENDIDIKAN

- SD
- SMP
- SMA
- S1 


PEKERJAAN

-
-
-
== PROFESI ==
78684/8 <478+?> R. Bella Kusnandar [Hamengku Buwono]
== ASAL-USUL ==


RADEN BELLA KUSNANDAR DIPONEGORO alias Bella, lahir di ....... pada .. ......... 19.. putra 
ke 3 dari 4 bersaudara  dari pasangan orang tua RADEN RIDWAN JAYAKUSUMAH (Generasi ke 7 dari Sultan HB-III) 
dengan CUT NANI HAFIANI (Aceh Darussalam) menikah pada ..... 19.. dengan MAHMUDAH (asal      ) dikaruniai putra-putri:
1. Rb. Nizar Maulana
2. Rb. Aqeela
3. Rr. Bella Putri
Image:Kraton3.jpg  SILSILAH KELUARGA (Dari Pancer Bapak)

#0. KANJENG SULTAN HAMENGKU BUWANA KAPING III ING NGAYOGYAKARTA
#1. BPH. Dipanegara
#2. RM. Djonet Dipamenggala
#3. RM. Ngabehi Dipamenggala
#4. RM. KH. Usman Bakhsan Dipamenggala
#5. R.H. Abdul Ghani Menggala
#6. R. Masdir Jayakusumah
#7. R. Ridwan Jayakusumah 
#8. R. Bella Kusnandar Diponegoro
 
 - Belum Ada Kekancingan -


PENDIDIKAN

- SD
- SMP
- SMA
- S1 


PEKERJAAN

-
-
-
== PROFESI ==
78785/8 <478+?> R. Rina Kusmawati [Hamengku Buwono]
78886/8 <496+?> R. Muh. Bahar [Hamengku Buwono]
78987/8 <496> R. NUR Muhammad Drajat [Hamengku Buwono]
79088/8 <496> R. Basra [Hamengku Buwono]
79189/8 <496> R. Rima [Hamengku Buwono]
79290/8 <496> R. Selly [Hamengku Buwono]
79391/8 <498+?> 1. R. Yanuar Fachrudin [Hamengku Buwono]
79592/8 <498+?> 3. R. Vien Fachrudin [Hamengku Buwono] 79693/8 <498+?> 4. R. M. Taufiq Fachrudin [Hamengku Buwono]
79794/8 <498+?> 5. R. M. Iqbal Fachrudin [Hamengku Buwono]
79995/8 <499+33> 2. Dr. R. Finny Redjeki Diponegoro, SE, MM, CAA [Hamengku Buwono]
== ASAL-USUL ==

RADEN FINNY REDJEKI DIPONEGORO alias Finn, lahir di Bogor, putra ke 2 dari 3 bersaudara dari pasangan orang tua R. ELLY KASWATI (Generasi ke 7 dari Sultan Hamengku Buwono Ke III) dengan ZARLY DJUNAEDI, menikah dengan AHMAD HIDAYAT, dikaruniai 3 orang anak :

1. Raden Bagus Muhammad Rizki Fauzi Diponegoro
2. Raden Bagus Muhammad Raihan Diponegoro
3. Raden Roro Salsabila Diponegoro
Foto Keluarga
Foto Keluarga
Finn
Finn
Rizki
Rizki
Raihan
Raihan
Salsabila
Salsabila


Image:Kraton3.jpg  SILSILAH KELUARGA KASULTANAN YOGYAKARTA

#0. KANJENG SULTAN HAMENGKU BUWANA KAPING III ING NGAYOGYAKARTA 
#1. BPH. Dipanegara 
#2. RM. Djonet Dipamenggala 
#3. RM. Ngabehi Dipamenggala 
#4. RM. KH. Usman Bakhsan Dipamenggala
#5. R.H. Abdul Ghani Menggala 
#6. R. Masdir Kurnaen 
#7. R. Elly Kaswati Diponegoro 
#8. R. Finny Redjeki Diponegoro 
 
 - Belum Ada Kekancingan -
 SILSILAH KELUARGA KASULTANAN BANTEN

#0. Sultan Hadji/Sultan Abu Nashr Muhammad Abdul Kahar (Sultan Banten Ke 7, 1683-1687) 
#1. Pangeran Muhammad Thahir/RA. Prawirokusumo (Bupati Salatiga 1862-1863) 
#2. RA. Soetawidjaja (Jaksa Bogor 1840-1841) 
#3. RA. Mangkoewidjaja (Bupati Bogor 1865-1870) 
#4. RH. Sulaeman (Penghoeloe Bogor) 
#5. R.Hj. Kuraesin
#6. R.H. Abdul Ghani Menggala/Lurah Ihoen 
#7. R. Masdir Kurnaen 
#8. R. Elly Kaswati Diponegoro 
#9. R. Finny Redjeki Diponegoro 
 

 - Belum Ada Kekancingan -

PENDIDIKAN

- SD
- SMP
- SMA
- S1  
- S2
- S3 

PEKERJAAN =

- Bank BJB (Jabatan terakhir: Pemimpin Cabang)
- Dosen UNPAD
- Dosen Universitas Sangga Buana YPKP

== KARYA ==
80096/8 <499+33> 3. R. Arief Budiman [Hamengku Buwono]
80197/8 <500+?> R. Yudisastra Wiguna [Hamengku Buwono]
80298/8 <500> R. Meilinda Sarrah [Hamengku Buwono]
80399/8 <500+?> R. Suci Wulandari [Hamengku Buwono] 804100/8 <500> R. Rizki Fitra Maulana [Hamengku Buwono]
805101/8 <500> R. Kharis Rivaldi Juaniasyah [Hamengku Buwono]
806102/8 <501+?> R. Safitri Sakill Hermawan [Hamengku Buwono]
807103/8 <501> R. Indra Abdi [Hamengku Buwono]
808104/8 <501+?> R. Bimbi Marissa Febrianti [Hamengku Buwono]
809105/8 <501+?+?> R. Rafabel Suprayitno [Hamengku Buwono]
810106/8 <501+?+?+?> R. Imam Sumantri [Hamengku Buwono]
811107/8 <501+?+?> R. Ernaningrum [Hamengku Buwono]
812108/8 <501+?+?> R. Ernaningsih [Hamengku Buwono]
813109/8 <502+?> Rr. Aisyah [Hamengku Buwono]
814110/8 <502+?> Rr. Siti Nurjanah (nurul) [Hamengku Buwono]
815111/8 <502+?> Rb. M. Ridwan [Hamengku Buwono]
816112/8 <502+?> Rr. Siti Fatimah [Hamengku Buwono]
817113/8 <502+?> Rb. M. Yanuar [Hamengku Buwono]
818114/8 <502+?> Rb. M. Ramadhan [Hamengku Buwono]
819115/8 <503> Rr. Winda Utami [Hamengku Buwono]
820116/8 <503> Rr. Wiwie [Hamengku Buwono]
821117/8 <503+?> Rr. Winni [Hamengku Buwono]
822118/8 <503+?> Rr. Yoshi [Hamengku Buwono]
823119/8 <503+?> Rb. E. Mulyana [Hamengku Buwono]
824120/8 <504> Rr. Siti Mashita [Hamengku Buwono]
825121/8 <504> Rr. Siti Rainur Meisyatari [Hamengku Buwono]
826122/8 <504+?> Rb. Andi Syawaludin [Hamengku Buwono]
827123/8 <505+?> R. Syamsudin (udin) [Hamengku Buwono]
828124/8 <505+?> R. Arifin ( Ipin ) [Hamengku Buwono]
829125/8 <505+?> R. Yayat [Hamengku Buwono]
830126/8 <505+?> R. Diding [Hamengku Buwono]
833127/8 <474+?> 1. R. Pranata Raharja Diponegoro (Toto) [Hamengku Buwono] 834128/8 <474+?> 2. R. Sumirat Tjahaya Diponegoro (Yayat) [Hamengku Buwono] 835129/8 <474+?> 3. R. Hj.Tina Herlina Diponegoro (Nina) [Hamengku Buwono]
836130/8 <474+?> 4. R. Kurnia Wanata Diponegoro (Nia) [Hamengku Buwono]
== ASAL-USUL ==

RADEN KURNIA WANATA DIPONEGORO alias Kurnia, lahir di Semarang pada 25 November 19... putra ke 4 dari 5 bersaudara dari pasangan orang tua R. Harja Sutisna Jayakusumah (Generasi ke 7 dari Sultan HB-III) dengan Ibu Mardiyah dikaruniai anak :

  1. Rr. Sheva Anadzaky Danurendra
Image:Kraton3.jpg  SILSILAH KELUARGA (Dari Pancer Ibu)

#0. KANJENG SULTAN HAMENGKU BUWANA KAPING III ING NGAYOGYAKARTA 
#1. BPH. Dipanegara 
#2. RM. Djonet Dipamenggala 
#3. RM. Ngabehi Dipamenggala 
#4. RM. KH. Usman Bakhsan Dipamenggala
#5. R.H. Abdul Ghani Menggala 
#6. R. Masdir Jayakusumah 
#7. R. Harja Sutisna Jayakusumah 
#8. R. Kurnia Wanata Diponegoro 
 
 - Belum Ada Kekancingan -


PENDIDIKAN

- SD
- SMP
- SMA
- Perguruan Tinggi 


PEKERJAAN

-
-

PROFESI

-
-
837131/8 <474+?> 5. R. Ira Hadikusumah Diponegoro [Hamengku Buwono] 838132/8 <475> R. Bambang Meirano [Hamengku Buwono]
839133/8 <475+?> R. Irwan Junarsa [Hamengku Buwono]
840134/8 <475+?> R. NUR Endah Noviani (nuri) [Hamengku Buwono]
841135/8 <476> R. Dian Mardiana [Hamengku Buwono]
842136/8 <476+?> R. Fitria Yulianti [Hamengku Buwono]
843137/8 <508+?> R. Harun Alrasyid [Hamengku Buwono]
844138/8 <511+?> R. Enen [Hamengku Buwono]
845139/8 <507> Ψ 1 [?]
846140/8 <507> Ψ 2 [?]
847141/8 <507+?> Ψ 3 [?]
848142/8 <509> Ψ 1 [?]
849143/8 <509+?> Ψ 2 [?]
850144/8 <511+?> R. Diding [Hamengku Buwono]
851145/8 <511+?> R. Entin [Hamengku Buwono]
852146/8 <512+?> R. Sukanta [Hamengku Buwono]
853147/8 <512> Ψ 2 [?]
854148/8 <513> R. Dedi Nurtholib (nunuy) [Hamengku Buwono]
855149/8 <513> R. IIS [?]
856150/8 <513+?> R. Dede [Hamengku Buwono]
857151/8 <514+?> Ψ 1 [?]
858152/8 <514+?> Ψ 2 [?]
859153/8 <519+?> Ψ 1 [?]
860154/8 <519+?> Rb. Pepen Supendi [Hamengku Buwono]
861155/8 <519+?> Rr. Neni [Hamengku Buwono]
862156/8 <519+?> Rr. Yeti [Hamengku Buwono]
863157/8 <515+?> Ψ 1 [?]
864158/8 <515+?> Ψ 2 [?]
865159/8 <516+?> Ψ 1 [Hamengku Buwono]
866160/8 <516+?> Ψ 2 [Hamengku Buwono]
867161/8 <516+?> Ψ 3 [Hamengku Buwono]
868162/8 <518+?> Ψ 1 [Hamengku Buwono]
869163/8 <520+?> R. Abdul Kadir ( Oding ) [Hamengku Buwono]
870164/8 <521+?> R. Yeti [Hamengku Buwono]
871165/8 <521+?> R. Parti [Hamengku Buwono]
872166/8 <521+?> R. Iwan [Hamengku Buwono]
873167/8 <521+?> R. AAS [Hamengku Buwono]
874168/8 <521+?> R. Neni [Hamengku Buwono]
875169/8 <521+?> R. Hedi [Hamengku Buwono]
876170/8 <521+?> R. Ented [Hamengku Buwono]
878171/8 <522+?> Rb. Yoyo [Hamengku Buwono]
880172/8 <523+?> Rb. Diding [Hamengku Buwono]
882173/8 <523+?> Rb. EFA [Hamengku Buwono]
883174/8 <524+?> Ψ 1 [Hamengku Buwono]
884175/8 <524+?> Ψ 2 [Hamengku Buwono]
885176/8 <524+?> Ψ 3 [Hamengku Buwono]
886177/8 <525> R. Imam [Hamengku Buwono]
887178/8 <525+?> R. Agus Sofyan [Hamengku Buwono]
888179/8 <525> R. TRI Setiyadi [Hamengku Buwono]
889180/8 <525+?> R. Gunawan [Hamengku Buwono]
890181/8 <525+?> R. Dodi Irawan [Hamengku Buwono]
891182/8 <525+?> R. Anto Darmayanto [Hamengku Buwono]
892183/8 <526+?> R. Dadang [Hamengku Buwono]
893184/8 <526+?> R. Yuyet [Hamengku Buwono]
894185/8 <526+?> R. ADE [Hamengku Buwono]
895186/8 <526+?> R. Tini [Hamengku Buwono]
896187/8 <528> R. Suratmi [Hamengku Buwono]
897188/8 <528> R. Sukendar [Hamengku Buwono]
898189/8 <528> R. Sulaeman [Hamengku Buwono]
899190/8 <528> R. Suhardi [Hamengku Buwono]
900191/8 <528> R. Sudarjat [Hamengku Buwono]
901192/8 <528> R. Suheni [Hamengku Buwono]
902193/8 <528> R. Supiati [Hamengku Buwono]
903194/8 <528> R. Surachman [Hamengku Buwono]
904195/8 <541> 1. R. Endjoh Danumihardja [Hamengku Buwono]
905196/8 <541> 2. R. Achmad Sanusi [Hamengku Buwono]
906197/8 <541> 3. R. Ningrum [Hamengku Buwono]
907198/8 <541> 4. R. Rukminah [Hamengku Buwono]
908199/8 <563> R. Dahlan Royani [Hamengku Buwono]
909200/8 <563> NYI R. Siti Hasanah [Hamengku Buwono]
910201/8 <563> R. Moch. Duyeh [Hamengku Buwono]
911202/8 <563> NYI R. Siti Rogayah [Hamengku Buwono]
912203/8 <569> NYI R. Soleha [Hamengku Buwono]
913204/8 <569> R. Musa [Hamengku Buwono]
914205/8 <570> NYI R. Sukarsih [Hamengku Buwono]
915206/8 <570> R. Gunawan [Hamengku Buwono]
916207/8 <570> R. Harun [Hamengku Buwono]
917208/8 <570> NYI R. Supiah [Hamengku Buwono]
918209/8 <570> NYI R. Siti Entit [Hamengku Buwono]
919210/8 <570> R. Jamil [Hamengku Buwono]
920211/8 <570> NYI R. Sumini [Hamengku Buwono]
921212/8 <571> NYI R. Juhro [Hamengku Buwono]
922213/8 <572> R. Amirsyah [Hamengku Buwono]
923214/8 <572> NYI R. Harsinah [Hamengku Buwono]
924215/8 <572> NYI R. Jumiati [Hamengku Buwono]
925216/8 <572> R. Jaenalludin [Hamengku Buwono]
926217/8 <578> R. Sudarmawijaya [Hamengku Buwono]
927218/8 <578> R. Aminah Wijaya [Hamengku Buwono]
928219/8 <578> ? [Hamengku Buwono]
929220/8 <578> NYI R. Sariwulan [Hamengku Buwono]
930221/8 <578> NYI R. Rukmini [Hamengku Buwono]
931222/8 <578> NYI R. Siti Munigar [Hamengku Buwono]
932223/8 <578> NYI R. Siti Jenar [Hamengku Buwono]
933224/8 <578> NYI R. SRI Suwarni [Hamengku Buwono]
934225/8 <578> R. Sudirja [Hamengku Buwono]
935226/8 <578> R. Suharja [Hamengku Buwono]
936227/8 <578> R. Sumantri [Hamengku Buwono]
937228/8 <578> NYI R. Sukmiati [Hamengku Buwono]
938229/8 <581> R. KH. Maksum [Hamengku Buwono]
939230/8 <490> R. Muhammad [Hamengku Buwono]
940231/8 <490> R. AAH Mafahir [Hamengku Buwono]
941232/8 <490> Ust. R. Abdul Wafa [Hamengku Buwono]
942233/8 <490> R. Ahmad Hujatullah [Hamengku Buwono]
943234/8 <490> R. Euis Nurhayati [Hamengku Buwono]
944235/8 <490> R. Bunyamin [Hamengku Buwono]
945236/8 <490> R. Nikmatullah [Hamengku Buwono]
946237/8 <476+?> R. Mulya Saputra [Hamengku Buwono]
956238/8 <633> Rb. Supratama Dwipa [Hamengku Buwono]
957239/8 <633> Rb. Gusti Atmojo Suryo Menggolo [Hamengku Buwono]
958240/8 <633> Rr. Ambar Rukmini [Hamengku Buwono]
Atas permintaan keluarga Diputus Ayahnya : 846205
959241/8 <624> Rd. Teddy Sao Wirakusumah [Hamengku Buwono]
960242/8 <618+?> 2. Rd. Syarif Kusnadi Jamal Martadiredja [Hamengku Buwono]
961243/8 <618+?> 3. Nyi.Rd. Yuliani Wahyu Martadiredja [Hamengku Buwono]
962244/8 <618+?> 4. Nyi Rd. Mimi Wahyu Martadiredja ( Wafat Bayi) [Hamengku Buwono]
971245/8 <629> Ψ 1. [Hamengku Buwono]
972246/8 <629+?> 2. R. Parama Putra [Hamengku Buwono]
973247/8 <651> 1. RNgt. Siti Juwariah [Setrodrono]
974248/8 <651> 2. R. Hidayat Purbadi [Setrodrono]
975249/8 <651> 3. R. Haris Purwanto [Setrodrono]
976250/8 <651> 4. R. Siswo Purnomo [Setrodrono]
977251/8 <651> 5. R. Haris Munandar [Setrodrono]
978252/8 <651> 6. RNgt. Siti Nurjanah [Setrodrono]
979253/8 <651> 7. R. M. Burhanuddin [Setrodrono]
980254/8 <651> 8. RNgt. Endang Murtafi'ah [Setrodrono]
981255/8 <651> 9. RNgt. Siti Waqi'ah [Setrodrono]
982256/8 <651> 10. RNgt. Nurul Badriyah [Setrodrono]
983257/8 <654> 1. R. Sudjatna [Hamengku Buwono]
984258/8 <654> 2. R. Juwariyah [Hamengku Buwono]
985259/8 <654> 3. R. Muhammad Hidayat [Hamengku Buwono]
986260/8 <654> 4. R. Euis Sukaesih [Hamengku Buwono]
987261/8 <654> 5. R. Siti Juleha [Hamengku Buwono]
988262/8 <654> 6. R. Muhammad Taufik [Hamengku Buwono]
989263/8 <654> 7. R. Neneng Sukemi [Hamengku Buwono]
990264/8 <654> 8. R. Muhammad Lukman [Hamengku Buwono]
991265/8 <654> 9. R. Indah Ratnawati [Hamengku Buwono]
992266/8 <654> 10. R. Dedeh Juwita [Hamengku Buwono]
993267/8 <654> 11. R. Nur Aini Oktavia [Hamengku Buwono]
994268/8 <654> 12. R. Dedi Priatna [Hamengku Buwono]
995269/8 <535+983!> 1. R. Enda Juanda [Hamengku Buwono]
1008270/8 <628+?> 4. R. Iskandar [Hamengku Buwono]
4. R ISKANDAR, berputra
4.1. ASEP
4.2. ROSI
4.3. IRFAN
1009271/8 <628+?> 5. Nyi R. ETI [Hamengku Buwono]
5. R ETI, berputra
5.1. RIZKI
5.2. AGUNG
1010272/8 <628+?> 6. Nyi Rd. ENI Rohaeni [Hamengku Buwono]
6. ENI ROHAENI, berputra
6.1. GITA
6.2. GINA
6.3. GARNIA
6.4. GIAN
1011273/8 <628+?> 7. R Saleh Sudrajat [Hamengku Buwono]
7. R SALEH SUDRAJAT, berputra
7.1. FREDI
7.2.
7.3. ANNISA
1012274/8 <628+?> 8. R. ADE [Hamengku Buwono]
8. R ADE, berputra
8.1. AGUNG
8.2. DEDE
8.3. ENENG
1013275/8 <548> 1. R. Anwar Basari [Hamengku Buwono]
1014276/8 <545> 1. R. Anwar Sanusi [Hamengku Buwono]
1015277/8 <566> 1. R. Ibrahim [Hamengku Buwono]
1016278/8 <566> 2. R. Harun [Hamengku Buwono]
1017279/8 <566> 3. Nyi Rd. Djubaedah [Hamengku Buwono]
1018280/8 <567+?> 1. R. Djua [Hamengku Buwono]
1019281/8 <720> 1. RA. Almira Kridarahmanda Diponegoro [Hamengku Buwono]
1020282/8 <720> 2. RA. Elita Kridavirmata Diponegoro [Hamengku Buwono]
1021283/8 <721> 1. RM. Reksa Kridawasesa Diponegoro [Hamengku Buwono]
1022284/8 <721> 2. RM. Andre Kridaprawira Diponegoro [Hamengku Buwono]
1023285/8 <721> 3. RM. Alvin Diponegoro [Hamengku Buwono]
1024286/8 <722> 1. Alvita Kridaprakosa Diponegoro [Hamengku Buwono]
1025287/8 <723> 1. RA. Adinda Kridasaksana Diponegoro [Hamengku Buwono]
1026288/8 <724> 1. RM. Aldiva Rizky Kridautama [Hamengku Buwono]
1027289/8 <725> 1. RA. Anastasya Arinta Kridamaranatha Diponegoro [Hamengku Buwono]
1028290/8 <726> 1. RM. Raja Kridarukmana Diponegoro [Hamengku Buwono]
1029291/8 <727> 1. RM. Kenzi Kridabalakosa Diponegoro [Hamengku Buwono]
1030292/8 <728+38> Rd.Hj Heni Haeriah [Kasultanan Banten] 1031293/8 <728+38> R Ali Rahmat [?]
1032294/8 <728+38> Rd Yeyen Maryani [?]
1033295/8 <728+38> Rd Tati Martati [?]
1034296/8 <728+38> R Herman Sukarja [?]
1035297/8 <728+38> R Moch Harris [?]
1036298/8 <728+38> Rd Rida Afrida [?]
1037299/8 <716+37> R. Yadi [Kesultanan Banten]
1038300/8 <716+37> R. Yanti [Kesultanan Banten]
1039301/8 <716+37> R. Rudi [Kesultanan Banten]
1040302/8 <716+37> R. Dadang [Kesultanan Banten]
1041303/8 <716+37> R. Heri [Kesultanan Banten]
1042304/8 <716+37> R. Asep [Kesultanan Banten]
1043305/8 <668+?> 1. R. Dadang Adri [Hamengku Buwono]
1044306/8 <668+?> 2. R. Indra Zaenudin [Hamengku Buwono]
1045307/8 <668+?> 3. R. M. Dian Solahudin /Yangyang [Hamengku Buwono]
1046308/8 <668+?> 4. R. Rima Rahmawati [Hamengku Buwono]
1047309/8 <668+?> 5. R. Dewi Ratih Syarifah [Hamengku Buwono]
1048310/8 <668+?> 6. R. M. Raflidin [Hamengku Buwono]
1049311/8 <737> 1. Nyi Rd. Rubiah [Hamengku Buwono]
1050312/8 <707+?> 1. Ny. Rd. Siti Djuariah (Pupu Nuju Bayi) [Hamengku Buwono]
1051313/8 <707+?> 2. RH. Achmad Sobari [Hamengku Buwono]
1052314/8 <707+?> 3. Ny. Rd. Hj. Solihat [Hamengku Buwono]
1053315/8 <707+?> 4. RH. Achmad Sudardjat [Hamengku Buwono]
1054316/8 <707+?> 5. Ny.Rd.Hj. Siti Aisyah [Hamengku Buwono]
1055317/8 <707+?> 6. R. Moch. Supriatna (Tatan Muchtar) [Hamengku Buwono]
1056318/8 <707+?> 7. Ny.Rd. Hj. Siti Sofiati [Hamengku Buwono]
1058319/8 <707+?> 9. RH. Dodi Firdaus [Hamengku Buwono]
1060320/8 <565> 1. R. Yusuf (Sukabumi) [Hamengku Buwono]
1061321/8 <565> 2. R. Haroen Djajadilaga [Hamengku Buwono]
Personal tools