The Rodovid Charitable Foundation pledges to support the Rodovid.org genealogy website and announces the first fundraising round to cover the web hosting fees.

Pangeran Panggung / Wali Joko

From Rodovid AR

الشّخص:704578
Jump to: navigation, search
سلالة Brawijaya V
الجنس ذكر
الإسم الكامل Pangeran Panggung / Wali Joko
الأولياء

Bhre Kertabhumi/ Wijaya Parakramawardhana / Raden Alit (Brawijaya V) [Majapahit Rajasa] و 1478

Ratu Dwarawati / Dewi Amarawati Permaisuri Dewi Murdaningrum [Kerajaan Champa]

ملاحظات

WALI JOKO/Raden Panggung

Wali Joko yang memiliki nama kecil Jaka Suwirya adalah kakak-beradik dengan Sunan Katong yang konon dimakamkan di Kaliwungu. Wali Joko yang di saat mudanya bernama Pangeran Panggung, merupakan putra bungsu Prabu Kertabumi atau Prabu Brawijaya V dengan Permaisuri Dewi Murdaningrum, seorang putri dari Kerajaan Campa (ada yang menyebutkan Kamboja atau Thailand saat ini).

Berdasarkan penelusuran sejarah yang berhasil dirangkum, disebutkan bahwa Wali Joko masih memiliki hubungan darah dengan Raden Patah, raja pertama Kesultanan Demak Bintoro. Dimana, Raden Patah adalah putra Prabu Kertabumi dengan Permaisuri putri Kerajaan Campa, Dewi Kian.

Saat muda, Pangeran Panggung pernah berguru pada Syeh Siti Jenar. Raden Patah yang mengetahui hal ini, kemudian menasehati Wali Joko agar meninggalkan ajaran yang dinilai menyimpang dari syariat Islam, utamanya di bidang tauhid itu. Raden Patah menyarankan agar Wali Joko belajar agama kepada Sunan Kalijaga yang beraliran ahlusunnnah wal jama'ah.

Sekitar tahun 1500 Masehi, atau tepatnya 1210 H, Pangeran Panggung mendirikan sebuah masjid di Kendal. Pangeran Panggung datang dan mendirikan masjid di daerah Kendal, setelah melewati pengembaraan yang cukup panjang. Pengembaraan yang harus dilakukan, setelah kerajaannya, yaitu Majapahit, runtuh karena diserang pasukan Prabu Girindra Wardhana dari Kediri.

Di masjid yang didirikannya, Wali Joko memiliki sejumlah santri. Beliau menanggung seluruh kebutuhan hidup para santrinya. Selain diberi pembelajaran ilmu agama, para santri juga dikaryakan antara lain dengan mengolah lahan pertanian dan tambak.

Kini, masjid peninggalan Wali Joko tersebut dikenal dengan Masjid Agung. Seiring berjalannya waktu, masjid yang berdiri gagah di pusat Kota Kendal ini telah mengalami delapan kali renovasi. Di sisi lain, tidak banyak benda-benda peninggalan yang dapat ditemui di masjid itu.

Menurut catatan takmir masjid, sejarah hanya menyisakan antara lain berupa, maksurah atau tempat shalat bagi bupati kala itu, mimbar tempat khotbah berbahan kayu jati yang di bagian muka bertuliskan tahun 1210 H, serta bergambar beduk dan penabuhnya.

Di kompleks berdirinya masjid yang saat ini sedang dibangun sebuah menara dengan tinggi 45 meter. Adanya makam di kompleks masjid, pada awalnya adalah rumah Wali Joko. Selain makam Wali Joko yang berada di depan sebelah selatan Masjid Agung Kendal, di belakang masjid juga terdapat dua makam ulama lainnya, yaitu makam Kiai Abu Sujak yang di era 1800-an adalah penghulu pertama Masjid Agung Kendal dan makam Wali Hadi yang meninggal pada 1930.

Tradisi peninggalan Wali Joko yang masih dapat ditemui di Masjid Agung Kendal, salah satunya ialah membuat tradisi buka bersama dan juga Kegiatan Tadarus di bulan Ramadan serta menggelar pengajian Kitab Kuning (kitab yang berisi uraian dan penjabaran para ulama yang bersumber dari Alquran dan Hadis.


من الأجداد إلى الأحفاد

الأجداد
Manggalawardhani / Bhre Tanjungpura (Dyah Suragharini / Putri Junjung Buih)
الزواج: Raden Rajasawardhana Dyah Wijayakumara/ Brawijaya II
اللقب المميّز: 1447, Menurut prasasti Waringin Pitu, Dyah Wijayakumara memiliki istri bernama Manggalawardhani Bhre Tanjungpura. Dari perkawinan itu lahir dua orang anak, yaitu Dyah Samarawijaya dan Dyah Wijayakarana.
الأجداد
الأولياء
Girishawardhana Dyah Suryawikrama / Bhra Hyang Purwawisesa (Dyah Suryawikrama / Brawijaya III)
اللقب المميّز: 1456 - 1466, Prabu Majapahit XI bergelar Brawijaya III
الوفاة: 1466
الأولياء
 
== 3 ==
21. Bathara Katong / Lembu Kanigoro (Raden Joko Piturun)
الزواج: Niken Gandani ? (Ki Ageng Kutu)
اللقب المميّز: 11 أغسطس 1496, Ponorogo, Adipati Ponorogo I
Bondan Kejawen / Rahaden Bondhan Kejawan Aryo Lembu Peteng (Ki Ageng Tarub 3)
الميلاد: Jurumertani sudah pada waktunya untuk mengirim Pajak Hasil Bhumi ke Kerajaan, dalam perjalanannya di ikuti oleh Bondan, yang tidak diketahui Jurumertani, Sesampainya di Kerajaan menyerahkan Pajakhasil Bumi, kemudian menghadap sang Prabu, Namun mendadak terdengan suara Gong Berbunyi, mengejutkan Sang Prabu dan seluruh isi kerajaan termasuk Jurumertani, setelah dikejar tertangkaplah seorang anak "Bondan", dan diserahkan pada sang Prabu, melihat kejadian itu Jurumertani terbelalak KAGET, dan menghampiri Prabu sambil berbisik Itu adalah Putera-sang Prabu. Sang Prabu menatap wajah si Bondan dengan seksama, kemudian penasehat spirituil Kerajaan menhampiri Sang Prabu berkata, Anak turun dari Anak itu (Bondan) akan menjadi Raja-raja ditanah jawa
الميلاد: Petilasan Makam dari Bondan Kejawan ada : 3 Tempat yaitu : 1. Desa Taruban-Purwodadi, dari kota Purwodadi ke arah Blora Km 13 ada perempatan belok Kanan 2km ada Situs yang dikelola oleh Kasunanan Surakarto, dsisin ada makam Ki Ageng Tarub I, dan R Bondan Kejawan ( Ki Ageng Tarub II) 2. 1 Km dari sini ( Ds Taruban ) arah ke perempatan ada Tandingan seolah-olah Makam Bondan Kejawan 3. Sebelah barat Kota Yogya ( Jl Wates dkt SPBU) ada dusun Kejawen disana ada makan Bondan Kejawan Pahlawan Majapahit
الزواج: Retno Dewi Nawangsih
الزواج:
الزواج: Retno Dewi Nawangsih
Bethara Katong
العمل: Adipati di Ponorogo
17. Puteri Hadi / Putri Ratna Marsandi
الميلاد: anak No 17 dari Bhre Kertabhumi ( Brawidjaja V ), suami dari Juru Paniti
الزواج: Juru Paniti
11. Raden Sudjana / Lembu Niroto
اللقب المميّز: Adipati Blambangan
Raden Jaka Dhalak
الميلاد: Diputus : 25677
Hario Dewa Ketul
العمل: Bali, Adipati di Bali
Raden Jaka Lawu
الوفاة: Java, Indonesia, Mount Lawu
Raden Jaka Buras / Raden Palingsingan
الوفاة: Gunung Kidul
== 3 ==

Personal tools
لغات أخرى