2. RA. Wiradinata م 1680c
From Rodovid AR
سلالة | Wiratanudatar |
الجنس | ذكر |
الإسم الكامل | 2. RA. Wiradinata |
الأولياء
♂ 4. Pangeran Wiramanggala (H Rd Aria Wira Tanu Datar II / Mbah Dalem Tarikolot Cianjur) [Wiratanudatar] م 1643c |
الأحداث
1680c الميلاد:
ولادة الطفل: ♂ 4. Ngabehi Raksatjandra (Reisz, Geschiedenis van Buitenzorg, p. 11) [Wiratanudatar]
ولادة الطفل: ♂ 5. Rd. Wangsatjandra (Reisz, Geschiedenis van Buitenzorg, p. 11) [Wiratanudatar]
ولادة الطفل: ♀ 3. Nyi Rd. Gandanagara [Wiratanudatar]
ولادة الطفل: ♂ 2. RT. Pandji / Natadiredja [Wiratanudatar]
1708c ولادة الطفل: ♂ 1. RT. Wiradiredja [Wiratanudatar] م 1708c
1749 - 1758 اللقب المميّز: Bupati Bogor ke 6
ملاحظات
Catatan Admin : Endang Suhendar alias Idang
Dikutip dari Buku "Ringkasan Sejarah Walisongo, KHR. Abdullah bin Noch, hal 28-29", penulis percaya dengan buku ini karena Abdullah bin Noch juga keturunan dari RT. Wiradierdja melalu RA. Wiramanggala kakaknya RH. Muhammad Tohir (Aulia Kampung Baru). Setelah menjelaskan secara rinci mengenai sejarah dan silsilah Walisongo, pada halaman 28-29 juga memasukkan Silsilah Keluarga Dalem Cikundul yang memang masih terhubung dengan Silsilah Walisongo.
"H Rd Muhammad Thohir / Auliya Thohir Al Bughuri (1826-1849 M). Yang oleh anak cucunya dipanggil dengan sebutan, "Uyut Kampung Baru Bogor"; wafat pada tahun 1849 Masehi; seorang Ulama ahli taqwa dan ibadah. Adapun silsilah/nasabnya begini: Pangeran Ngabehi Jayasasana / Jayalalana / Raja Gagang / H Rd Aria Wira Tanu Datar I / Mbah Dalem Cikundul Cianjur / Bupati Cianjur I. Mempunyai putra-putri sebanyak 15 orang terdiri dari :
- R. Suriakencana,
- Nyi. R. Endang Kencana,
- Nyi R. Rarancang Kencana,
- R. Badagalbidigil Ariawirasajagat,
- Pangeran Wiramanggala / H Rd Aria Wira Tanu Datar II / Mbah Dalem Tarikolot Cianjur / Bupati Cianjur II.
- R. Aria Natamanggala,
- R. Aria Wiramanggala,
- Nyi R. Karanggan,
- R. Aria Surawangsa,
- R. Aria Tirtayuda
- Nyi R. Kaluntar,
- R. Aria Martayuda,
- Nyi R. Bogem,
- Nyi R. Jenggot,
- Nyi R. Kara.
Pangeran Wiramanggala / H Rd Aria Wira Tanu Datar II / Mbah Dalem Tarikolot Cianjur / Bupati Cianjur II. Mempunyai putra-putri sebanyak 7 orang, terdiri dari :
- R. Aria Astramanggala Wiratanu III (Dalem Dicondre),
- H Rd Tumenggung Wiradinata / Bupati Bogor I jaman Hindia Belanda, Kantor Pemerintahan di Sukaraja Bogor (1749-1754 M).
- R. Sutamanggala,
- R. Sutadinata,
- R. Suramanggala,
- Nyi R. Purbanagara,
- Nyi R. Paseliran
WIRADINATA H Rd Tumenggung Wiradinata / Bupati Bogor I jaman Hindia Belanda, Kantor Pemerintahan di Sukaraja Bogor (1749-1754 M). Mempunyai putra-putri sebanyak 3 orang terdiri dari :
- R.Tmg. Wiradireja H Rd Tumenggung Wiradiredja / Bupati Bogor II jaman Hindia Belanda, Kantor Pemerintahan di Sukaraja Bogor (1758-1769 M).
- R.Tmg. Panji alias R.Tmg. Natadireja, Bupati Bogor (1754-1758)
- Nyi R. Gandanegara menikah dengan RTA. Natanagara, Bupati Bogor (1769-1788)
H Rd Tumenggung Wiradiredja / Bupati Bogor II jaman Hindia Belanda, Kantor Pemerintahan di Sukaraja Bogor (1758-1769 M). Mempunyai putra-putri sebanyak 14 orang terdiri dari :
- R. Abdul,
- R. Brajamanggala,
- R. Tanjung Anom,
- Nyi R. Satmakara,
- Nyi R. Entang,
- R. Wiramanggala (Leluhur Abdullah bin Nuh),
- Nyi R. Bonggang,
- Nyi R. Aleja,
- H Rd Muhammad Thohir / Auliya Thohir Al Bughuri (1826-1849 M).
- R. Dja'far,
- R. Komar,
- Nyi R. Demas,
- Nyi R. Permas,
- R. Husein,
Adapun H Rd Muhammad Thohir / Auliya Thohir Al Bughuri (1826-1849 M). Mempunyai putra-putri sebanyak 21 orang dari tiga istri, dari istri ke 1, 10 orang putra-putri, dari isteri ke 2, 8 orang putra-putri dan dari istri ke 3, 3 orang putra-putri. H Rd Muhammad Thohir / Auliya Thohir Al Bughuri itu keturunan BANGSAWAN PAJAJARAN, dan seorang cucunya yang bernama H. Rd. Adipati Aria Suriawinata / H. Rd. Muhammad Sirodz / Mbah Dalem Sholawat (Pun Jangga Wareng) / Bupati Bogor ke 11 jaman Hindia Belanda, Kantor Pemerintahan di Soeka Ati Empang Bogor (1849-1872 M), ahli wirid SHOLAWAT. Adapun H Rd Tumenggung Wiradinata, Ayah H Rd Muhammad Thohir itu, adalah dari jihat ayahnya, keturunan Pangeran Aria Wangsa Goparana, seorang bangsawan Pajajaran yang meninggalkan kedudukannya yang tinggi karena memeluk agama 'Islam' Pangeran inilah yang menurunkan keluarga Aria Wiratanu (Dalam cikundul) dan Wiratanudatar."
Dalam bukunya, De Haan menulis : "WlRANATA (Wiradinata) ditunjuk sebagai pengganti Martawangsa. Menurut catatan, Bupati yang baru ini "Sudah Tua"; dalam daftar bupati Tjandjoer tertulis bahwa ia adalah saudara lelaki dari (Bupati yang) terbunuh pada tahun 1726 (Dalem Dicondre), dan Paman dari Bupati Tjiandjoer yang meerintah pada tahun 1727 - 1761 (RAA. Wiratanudatar IV/Ki Sabiruddin), sedangkan catatan 10 Desember 1751 diketahui bahwa ia, selain Kepala Kampongbaru, juga Patih dari Tjiandjoer (dan jika demikian Trah Tjiandjoer sedang bersaing dengan Trah Banten). Ini menjelaskan mengapa kedua kabupaten ini sekarang semakin dianggap sebagai satu kesatuan, setidaknya ini menyangkut budaya. The Staml. menyebut Bupati ini: Aria Wiriadinata, menurut laporan Freijer tanggal 22 Mei 1755 menyebutkan dia sebagai "Radeen Tua Wiera", dan itulah yang disebutnya dalam surat 26 Juni 1753"
H Rd Tumenggung Wiradinata, pada sebagian masa pemerintahannya berdomisili di Kampung Baru, tepatnya di Kampung Sukaraja (menurut catatan, pindah ke kampung Sukahati/Empang pada tahun 1754). Dikampung inilah kelak keturunannya terjadi perkawinan silang antara keturunan Trah Cianjur, Trah Banten, Trah Diponegoro, Trah Sumedang, Trah Karawang, Trah Sukapura, Trah Arab dan Trah China yang kesemuanya menetap di Kampung Baru yang berubah nama menjadi Buitenzorg dan Bogor.
المصادر
- ↑ http://silsilahwasilah.blogspot.com/search/label/Dalem%20Tarikolot -
- ↑ [F. De Haan, "PRIANGAN"] -
- ↑ http://wartadinata.blogspot.com/2010/03/napak-tilas-karuhun-bogor.html -
- ↑ https://archive.org/details/RingkasanSejarahWalisongo/page/n33 -
من الأجداد إلى الأحفاد

اللقب المميّز: Bupati Cianjur III (1707- 1726), Mengajukan gelar Pangeran Aria Adipati Amangkurat di Datar ke VOC

اللقب المميّز: 22 يونيو 1761 - 1788, Bupati Bogor ke 8
الزواج: ♂ 9. H Rd Muhammad Thohir (Auliya Thohir Al Bughuri)