Nyi Armilah

From Rodovid AR

الشّخص:897480
Jump to: navigation, search
سلالة ?
الجنس أنثى
الإسم الكامل Nyi Armilah
أسماء أخرى Ratu Mertasari (Nyi Gedeng Badori/ Siti Armilah) Sindangkasih
[١]

الأحداث

~29 مايو 1505 ولادة الطفل: Pangeran Santri / Kusumadinata I (Raden Solih) [Wretikandayun] م ~29 مايو 1505 و 1580c

ملاحظات

PANGERAN SANTRI SUMEDANG KETURUNAN “MAJALENGKA”?

Tatang M. Amirin; 3 Oktober 2010

Pangeran Santri dikenal sebagai “Raja Sumedang” karena menikah dengan Ratu Pucuk Umum (katanya umum itu artinya sembah; jadi Pucuk Umum artinya “pupucuk nagara anu wajib sinembah” alias pimpinan tertinggi negara yang wajib disembah).

Asal-usul Pangeran Santri relatif agak kacau balau dalam berbagai tulisan. Ada yang menyatakannya sebagai Putra Pangeran Muhammad anak Pangeran Panjunan dari istrinya Siti Armilah. Pangeran Muhammad ini dikenal sebagai pengislam “Sindangkasih Majalengka” dan makamnya dipercaya ada di dekat Sindangkasih/Babakan Jawa, Majalengka. Versi lain keturunan Palembang. Nah ini cuplikan berbagai tulisan tentangnya.

Artikel I:

Nyi Mas Ratu Patuakan mempunyai suami yaitu Sunan Corenda, putra Sunan Parung, cucu Prabu Siliwangi (Prabu Ratu Dewata). Nyi Mas Ratu Patuakan mempunyai seorang putri bernama Nyi Mas Ratu Inten Dewata (1530-1578), yang setelah ia meninggal menggantikannya menjadi ratu dengan gelar Ratu Pucuk Umun[m]. > Ratu Pucuk Umun[m] menikah dengan Pangeran Kusumahdinata, putra Pangeran Pamalekaran (Dipati Teterung), putra Aria Damar Sultan Palembang keturunan Majapahit. Ibunya Ratu Martasari/Nyi Mas Ranggawulung, keturunan Sunan Gunung Jati dari Cirebon. Pangeran Kusumahdinata lebih dikenal dengan julukan Pangeran Santri karena asalnya yang dari pesantren dan perilakunya yang sangat alim. Dengan pernikahan tersebut berakhirlah masa kerajaan Hindu di Sumedang Larang. Sejak itulah mulai menyebarnya agama Islam di wilayah Sumedang Larang.

Ratu Pucuk Umun[m] dan Pangeran Santri

Pada pertengahan abad ke-16, mulailah corak agama Islam mewarnai perkembangan Sumedang Larang. Ratu Pucuk Umun[m], seorang wanita keturunan raja-raja Sumedang kuno yang merupakan seorang Sunda muslimah; menikahi Pangeran Santri (1505-1579 M) yang bergelar Ki Gedeng Sumedang dan memerintah Sumedang Larang bersama-sama serta menyebarkan ajaran Islam di wilayah tersebut. Pangeran Santri adalah cucu dari Syekh Maulana Abdurahman (Sunan Panjunan) dan cicit dari Syekh Datuk Kahfi, seorang ulama keturunan Arab Hadramaut yang berasal dari Mekkah dan menyebarkan agama Islam di berbagai penjuru daerah di kerajaan Sunda. Pernikahan Pangeran Santri dan Ratu Pucuk Umun[m] ini melahirkan Prabu Geusan Ulun atau dikenal dengan Prabu Angkawijaya. Pada masa Ratu Pucuk Umun, ibukota Kerajaan Sumedang Larang dipindahkan dari Ciguling ke Kutamaya.

Dari pernikahan Ratu Pucuk Umun[m] dengan Pangeran Santri memiliki enam orang anak, yaitu:

  1. Pangeran Angkawijaya (yang tekenal dengan gelar Prabu Geusan Ulun)
  2. Kiyai Rangga Haji, yang mengalahkan Aria Kuda Panjalu ti Narimbang, supaya memeluk agama Islam.
  3. Kiyai Demang Watang di Walakung. >
  4. Santowaan Wirakusumah, yang keturunannya berada di Pagaden dan Pamanukan, Subang.
  5. Santowaan Cikeruh.
  6. Santowaan Awiluar.

Kontradiksi (internal) 1: Nyi Mas Ratu Inten Dewata atau Ratu Pucuk Umum “bertahunkan” 1530-1558 (tak jelas masa hidup atau masa memerintah;al;ai masa hidup, apa benar hanya 28 tahun). Ia menikah dengan Pangeran Kusumahdinata atau Pangeran Santri atau Ki Gedeng Sumedang yang “bertahunkan” 1505-1579 (Masa hidup apa memerintah?; Bagaimana bisa memerintah tidak sama dengan “ratu” asli Sumedang yang dinikahinya?) Tahun yang sungguh-sungguh “aneh.” [Uf, tahunnya saya salah cermati: 1530-1558– harusnya 1530-1578; jadi tidak ada masalah—anggap tidaka da]

Kontroversi (internal )2: Pangeran Kusumahdinata (Pangeran Santri, Ki Gedeng Sumedang) itu putra Pangeran Pamalekaran (Dipati Teterung), putra Aria Damar Sultan Palembang keturunan Majapahit. Ibunya Ratu Martasari/Nyi Mas Ranggawulung, keturunan Sunan Gunung Jati dari Cirebon (Pernyataan I), tetapi ia juga adalah cucu dari Syekh Maulana Abdurahman (Sunan Panjunan)–tidak disebutkan bahwa ia putra Pangeran Palakaran atau Pamelekaran (Pangeran “Mulana” Muhammad)–dan cicit dari Syekh Datuk Kahfi, seorang ulama keturunan Arab Hadramaut yang berasal dari Mekkah dan menyebarkan agama Islam di berbagai penjuru daerah di kerajaan Sunda

Artikel II:

Keur nu raresep kana sajarah Sumedang, ieu aya artikel heubeul tina PR tanggal 21/9/2002

Pajajaran Runtuh, Islam Masuk (1530-1601); Majalengka Ditukar dengan Permaisuri

KETIKA Sumedanglarang dipimpin Nyi Mas Ratu Inten Dewata —putra Nyi Mas Ratu Patuakan— pengaruh ajaran Islam mulai berkembang di wilayah ini. Bermula ketika Nyi Mas Ratu Inten Dewata yang bergelar Ratu Pucuk Umum (umum=sembah) menikah dengan Pangeran Ulama Islam dari Cirebon, yaitu Pangeran Kusumadinata yang juga putra Pangeran Pamalekaran (Dipati Teturung) putra dari Aria Damar Sultan Palembang, keturunan Majapahit. Sementara dari pihak ibu, yaitu Ratu Martasari atau Nyi Mas Rangga Wulung merupakan keturunan Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah).

Artikel III:

Ratu Pucuk Umum Menikah dengan Ki Gedeng Sumedang yang lebih dikenal dengan nama Pangeran Santri. Pangeran ini adalah putera Pangeran Palakaran dari puteri Sindangkasih [baca: Siti Armilah–Pen.]. Pangeran Palakaran putera Maulana Abdurahman alias Pangeran Panjunan.

Kontroversi Atikel I – III: Artikel II mengambil salah satu “nasab” keturunan Pangeran Santri (ayah Pangeran Pamelekaran “dari Palembang dan ibu dari Cirebon.”) Artikel III menyebut ayah Pangeran Santri adalah Pangeran Palakaran dan ibunya dari Sindangkasih (tanpa menyebut nama).

Artikel IV:

Nurfadhil Al-Alawi

Jalur I Raden Angkawijaya/Prabu Geusan Ulun (Raja Sumedang Larang 1578 – 1601 M) bin

  1. Ki Gedeng Sumedang/Pangeran Kusumahdinata/Pangeran Santri 1530-1578. {Menikah dengan Setyasih/Ratu Pucuk Umum/Ratu Inten Dewata, Ratu Kerajaan Sumedang Larang yang juga merupakan Putri Raja Talaga} bin
  2. Pangeran Palakaran/Pamelakaran bin
  3. Pangeran Panjunan Cirebon/Sayyid Maulana Abdurrahman bin
  4. Sulaiman Al-Baghdadi (Berdakwah ke Asia Tenggara, Raja dari Kerajaan Islam di Thailand yang pernah tinggal lama di Baghdad, mempelajari ilmu Agama Islam).

Jalur II Raden Angkawijaya/Prabu Geusan Ulun (Raja Sumedang Larang 1578 – 1601 M) bin

  1. Ki Gedeng Sumedang/Pangeran Kusumahdinata/Pangeran Santri, beribukan
  2. Nyi Mas Ranggawulung/Ratu Martasari binti
  3. Sunan Gunung Jati (Sayyid/Syarif Hidayatullah).

Catatan: Artikel IV hanya mendeskripsikan ada dua versi asal-usul nasab keturunan Pangeran Santri.

Artikel V:

Ti mangsana kapangmimpinan Ratu Pucuk Umum Ratu Intan Déwata ieu di Karajaan Sumedang Larang mulana nyubebar agama Islam. Lantarana Ratu Pucuk Umum dipigarwa ku Ki Gedeng Sumedang nu katelah ku Pangéran Santri téa (putrana Pangéran Palakaran, incuna Pangéran Panjunan). Ratu Pucuk Umum lan Pangéran Santri dipaparin 6 putra, nu mana salah sawiosna nyaéta Radén Angkawijaya nu jaga jenengna téh Prabu Geusan Ulun.

Artikel V menguatkan bahwa Pangeran Santri itu anak Pangeran Palakaran (dicatat di tulisan lain sebagai Pangeran Muhammad), incu Pangeran Panjunan (Sayyid Maulana Abdurrahman).

Artikel VI:

Majalengka Akan Peringati Hari Jadinya 7 Juni Mendatang.

Majalengka, Pelita.

Sedangkan, berdasarkan cerita rakyat, bahwa nama Majalengka didasarkan pada hilangnya atau ngahiyangnya Nyi Rambut Kasih isteri dari Prabu Siliwangi. Nyi Rambut Kasih menghilang maka pohon-pohon Maja yang ada di Kerajaan Sindangkasih pun ikut menghilang. Sejak itulah wilayah tersebut dinamakan Majalengka. Hilangnya pohon maja, yang kemudian kepemimpinan diganti oleh Pangeran Muhammad putra dari Pangeran Panjunan asal Cirebon. Sejak tahun 1490 M itulah adanya wilayah yang disebut Majalengka. Pada Tahun 1504 M Pangeran Muhammad memperisteri putri pemuka agama Islam Siti Armilah yang kemudian lahirlah Pangeran Santri tahun 1505 M. Karena kemampuan dan kecerdasannya Pangeran Santri mendirikan Kerajaan Sumedang tahun 1530 M-1581 M. (ck-87)

Artikel VI : menegaskan bahwa (1) Pangeran Santri itu anak Pangeran Muhamad (dapat diduga itu sama dengan Pangeran Palakaran atau Pangeran Pamelekaran) bin Pangeran Panjunan (dapat diduga itu Sayyid Maulana Abdurrahman), tetapi (2) ada tahun aneh (jika dikaitkan dengan versi lain–lihat artikel berikut di bawah), yaitu Pangeran Muhammad dengan istrinya Siti Armilah “menaklukkan” Sindangkasih tahun 1490, tetapi (dalam versi ini) Pangeran Muhammad menikahi Siti Armilah putri pemuka Islam (entah di mana) tahun 1504 dan melahirkan Pangeran Santri 1505. Kontroversi dengan “sejarah Sumedang” adalah menurut versi ini Pangeran Santri mendirikan Kerajaan Sumedang (bukan menjadi raja karena menikahi Ratu Sumedang).

Artikel VII (Terkait perkawinan Pangeran Muhammad dan /Siti Armilah)

Kemudian lagi pada tahun 1489 utusan Cirebon, Pangeran Muhammad dan isterinya Siti Armilah atau Gedeng Badori diperintahkan untuk mendatangi Nyi Rambut Kasih dengan maksud agar Ratu maupun Kerajaan Sindangkasih masuk Islam dan Kerajaan Sindangkasih masuk kawasan ke Sultanan Cirebon. Nyi Rambut Kasih menolak, timbul pertempuran antara pasukan Sindangkasih dengan pasukan Kesultanan Cirebon. Kerajaan Sindangkasih menyerah dan masuk Islam sedangkan Nyi Rambut kasih tetap memeluk agama Hindu. Mulai saat inilah ada Candra Sangkala Sindangkasih Sugih Mukti tahun 1490.

Artikel VIII (Juga berkait Siti Armilah dan Nyi Rambut Kasih)

Samemehna, Pangeran Muhammad geus ngawin mojang Sindangkasih, nyaeta Siti Armilah. Padahal barang breh ningali Pangeran Muhammad, Nyi Rambutkasih teh aya hate kadua leutik alias bogoheun. Ku lantaran kitu, ti batan bogoh teu laksana, Nyi Rambutkasih leuwih milih ngaleungit asup ka jero bumi bari sakalian mawa sakabeh tangkal maja anu aya di dinya. Nyeueung kitu, rahayat Sindangkasih patinggorowok : “Majae langka! Majae langka!”

Artikel IX:

Kemudian Sunan Tuakan digantikan oleh putrinya yang kedua yang bernama Ratu Sintawati alias Nyai Mas Patuakan (1462 – 1530 M) sebagai raja Sumedang Larang ketujuh. Ratu Sintawati menikah dengan Sunan Corenda raja Talaga putera Ratu Simbar Kancana dari Kusumalaya putra Dewa Niskala penguasa Galuh. Dari Ratu Sintawati dan Sunan Corenda mempunyai putri bernama Satyasih atau dikenal sebagai Ratu Inten Dewata [yang] setelah menjadi penguasa Sumedang yang kedelapan bergelar Ratu Pucuk Umum (1530 – 1578 M).

Pada masa Ratu Sintawati agama Islam mulai menyebar di Sumedang pada tahun 1529 M. Agama Islam disebarkan oleh Maulana Muhammad alias Pangeran Palakaran putera Maulana Abdurahman alias Pangeran Panjunan. Pangeran Palakaran menikah dengan Nyi Armilah seorang puteri Sindangkasih Majalengka dan hasil pernikahan tersebut pada tanggal 6 bagian gelap bulan jesta tahun 1427 saka (+ 29 Mei 1505 M) lahirlah seorang putra bernama Rd. Solih atau Ki Gedeng Sumedang alias Pangeran Santri. Kemudian Pangeran Santri menikah dengan Ratu Pucuk Umum, yang akhirnya Pangeran Santri menggantikan Ratu Pucuk Umum sebagai penguasa Sumedang. Pangeran Santri dinobatkan sebagai raja Sumedang Larang dengan gelar Pangeran Kusumadinata I pada tanggal 13 bagian gelap bulan Asuji tahun 1452 saka (+ 21 Oktober 1530 M). Pangeran Santri merupakan murid Sunan Gunung Jati.

Penegasan 1: Ratu Pucuk Umum (Setyasih) anak Ratu Sumedang (Sintawati alias Nyai Mas Patuakan) dengan keturunan raja Talaga (Sunan Corenda = Sunan Parung?).

Penegasan 2: Ratu Pucuk Umum menikah dengan Pangeran Santri anak Pangeran Palakaran (“Pangeran” Maulana Muhammad yang menikah dengan Stiti Armilah putri Sindangkasih Majalengka–bukan Beber Cirebon!).

Jadi, Ratu Pucuk Umum keturunan Talaga Majalengka menikah dengan Pangeran Santri keturunan Sindangkasih Majalengka. Jadi, keturunan Pangeran Santri (Prabu Geusan Ulun dst) itu keturunan Majalengka.

Kontroversi (internal 1): Pada masa Sintawati Ratu Patuakan (1462-1530), tegasnya 1529 Islam mulai tersebar di Sumedang lewat “Pangeran” Maulana Muhammad. Maulana Muhammad menikahi Siti Armilah (dari artikel lain: putri seorang ulama Islam) putri Sindangkasih Majalengka (dari artikel lain diketahui tahun 1504) dan melahirkan pangeran Santri 1505. Jadi, Pangeran Maulana Muhammad “sebelum menyebarkan Islam tahun 1529 di Sumedang” bersama Siti Armilah dan Pangeran Santri berada di mana?

Pertanyaan: Benarkah Siti Armilah itu putri Sindangkasih Majalengka yang muslimah dan putri ulama Islam di Sindangkasih Majalengka? Jadi, di Sindangkasih Majalengka sudah ada ulama Islam? Kalau begitu, Islam masuk Sindangkasih Majalengka dengan damai, bukan dengan perang. Tidak ada perang antara Pangeran Muhamad dengan Nyi Rambut Kasih, dan tidak ada Nyi Rambut Kasih menghilang karena tidak mau “negaranya” masuk Islam. Karena Islam sudah masuk di kerajaannya jauh sebelum Pangeran Muhamad memintanya untuk masuk Islam. Atau, kenapa Pangeran Muhamad harus diutus “mengislamkan Sindangkasih” oleh Sultan Cirebon kalau di Sindangkasiuh sudah “banyak” yang masuk Islam (dengan adanya pemuka atau ulama Islam) di situ? Juga tidak masuk akal kalau Pangeran Muhammad ke Sindangkasih untuk meminta buah maja ke Nyi Rambut Kasih, sebab pasti Siti Armilah tahu di mana pohon maja berada. Jangan dikacaukan bahwa pohon maja itu hanya ada satu dan berbuah hanya satu. Jelas ada Dalem Lumaju Agung (Ageng) yang memerintah di Maja (sejak jaman Kerajaan Talaga dulu namanya tidak berganti). Jadi, pasti di situ banyak pohon maja. Ada di “Majalengka-Sindangkasih” pohon maja sehingga daerahnya disebut “-maja-” (Tegalmaja, Karangmaja, Sawahmaja, Majalaya, Majasari, Majacondong, dsb)? Tidak ada! Kenapa tidak minta ke “penguasa daerah” Maja saja?

Kontroversi (internal) 2: Pangeran Santri menikahi Ratu Pucuk Umum (memerintah 1530-1578), lalu (menurut versi ini) menggantikan Ratu Pucuk Umum bergelar Prabu Kusumadinata I pada tahun 1530. Menggantikan atau bersama-sama menjadi “raja dan ratu”? Masa menggantikan (meneruskan) terjadi pada tahun yang sama? Kalau menggantikan dalam arti memang kemudian yang memegang tampuk pemerintahan itu Pangeran Santri, maka mestinya Ratu Pucuk Umum tidak dicantumkan sebagai “raja” Sumedang tahun 1530-1578 (karena masa itu masa Kusumadinata I yang kemudian digantikan Prabu Geusan Ulun mulai 1578).

Mungkin cukup sekian. Mangga, kita telusuri lagi sejarah dengan baik dan benar!

المصادر

  1. https://tatangmanguny.wordpress.com/kontroversi/pengeran-santri-sumedangcirebon-siapa/ -

من الأجداد إلى الأحفاد

 
== 1 ==
== 1 ==
الأطفال
Ratu Pucuk UmuN / Nyi Mas Ratu Inten Dewata (Pangeran Istri)
الزواج: Pangeran Santri / Kusumadinata I (Raden Solih)
اللقب المميّز: 1530 - 1578, Sumedang Larang, Prabu Sumedang Larang Ke 8
Pangeran Santri / Kusumadinata I (Raden Solih)
الميلاد: ~29 مايو 1505
الزواج: Ratu Pucuk UmuN / Nyi Mas Ratu Inten Dewata (Pangeran Istri)
اللقب المميّز: 21 October 1530 - 1580, Sumedang Larang, Raja Sumedang Larang Ke 9
الوفاة: 1580c
الأطفال
الأحفاد
1.1. Prabu Geusan Ulun / Pangeran Kusumadinata II (Pangeran Angkawijaya)
الميلاد: ~19 يوليو 1556
الزواج: 3. Nyimas Cukang Gedeng Waru
الزواج: Ratu Harisbaya
الزواج: Nyi Mas Pasarean
اللقب المميّز: 1578 - 1610, Prabu Sumedang Larang Ke 9
الوفاة: 1610
الأحفاد

Personal tools
لغات أخرى